Tuesday, November 4, 2014

PROSES PEMBAHARUAN


Proses Pembaharuan

Bacaan :   
·         Kolose 3:1-4
·         Kolose 3:5-11
Tujuan Instruksional Umum:
·         Pesertadidik memahami bahwa dirinya telah dibangkitkan bersama Kristus. Dan dengan pembaptisan, mereka telah dibebaskan dari perhambaan dunia untuk  lebih mementingkan hal-hal yang berhubungan dengan hidup rohani, bukan yang bersifat duniawi.
Tujuan Instruksional Khusus:
·         Pesertadidik menyadari bahwa pertobatan harus ditandai oleh perubahan pola hidup yang melawan kenikmatan duniawi.
·         Pesertadidik menyadari panggilan kasih Allah yang menuntun mereka kepada pembaharuan moral dan spiritual.


I. Dasar Pemikiran
Kemajuan adalah satu kata yang secara umum dipahami secara positif. Lawan dari kata “kemajuan” adalah “kemunduran”. Hampir dapat dipastikan, setiap orang mengharapkan adanya kemajuan dalam hidupnya, daripada mengalami kemunduran. Setiap orang pasti mengharapkan terjadinya perubahan kualitas dan kuantitas dalam hidupnya: dari tidak tahu menjadi tahu; dari tahu satu hal menjadi dua hal, dst; dari tidak ada menjadi ada; dari ada satu menjadi ada dua, dst.
Apakah zaman sekarang ini dapat kita katakan sebagai zaman penuh dengan kemajuan? Sudah tentu! Banyak hal yang dapat kita nikmati berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Dulu orang tidak mengantongi pesawat telepon. Sekarang orang dapat mengantongi dua (bahkan lebih dari dua) telepon genggam. Ini kemajuan atau kemunduran? Pasti kemajuan!
Namun, kemajuan berkat hasil-hasil iptek itu tampaknya dibayang-bayangi kemunduran. Buktinya, dulu orang mengikuti persekutuan atau kebaktian di gereja tidak pakai acara bertelepon. Sekarang orang bisa bertelepon sambil ikut kebaktian. Orang bisa dengar khotbah sambil memainkan jempolnya di handphone-nya untuk menulis short massage service (sms).
Sekali lagi, ini adalah kemajuan. Tapi sadarkah kita bahwa hal ini dapat membuat suatu kemunduran?
Dampak negatif dari kemajuan di era globalisasi teknologi kamunikasi yang membuat dunia yang begitu luas serasa “tanpa batas” adalah nilai-nilai moral dan tata susila yang menjadi ciri khas bangsa Timur menjadi pudar. Hal ini karena akulturasi budaya (masuknya budaya asing) dari negara-negara Barat yang masuk dengan deras ke Indonesia melalui teknologi komunikasi. Budaya asing tersebut sering diterima begitu saja oleh para anak-anak muda yang masih labil dalam emosi dan belum matang dalam berpikir  karena takut dibilang: ketinggalan jaman!. Sehingga nilai-nilai agama diacuhkan, dan khususnya kekristenan dianggap: “jadul” (jaman dulu), “kuno” dan “kurang gaul”.
Akulturasi budaya masuk melalui media Televisi (TV kabel, TV berlangganan atau antena parabola memungkinkan pemirsa dapat menikmati tayangan-tayangan stasiun TV luar negeri), Media masa cetak (Banyak diantaranya yang berisi berita-berita yang tidak mendidik), Tayangan film (Banyak film yang beredar yang sengaja mengekspoitasi kekerasan dan sex), sampai dengan Media masa elektronik ( Internet walaupun banyak manfaatnya tetapi seringkali disalahgunakan dengan mengakses tayangan-tayangan yang  menghancurkan moral)
Kita tentu tidak alergi dengan berbagai kemajuan-kemajuan yang ada didunia modern ini. Justru kita patut bersyukur! Karena dengan berbagai kemajuan teknologi yang ada akan banyak menolong kita dalam mengerjakan banyak hal. Namun, kita juga seharusnya selalu berusaha kritis terhadap setiap kemajuan. Kita harus berusaha memperhitungkan dampak negatif dari suatu kemajuan.
Kemajuan iptek memungkinkan pekerjaan-pekerjaan manusia dapat ditangani dengan baik dan mudah. Sekali lagi, ini patut kita syukuri!
Namun, tampaknya kemudahan-kemudahan akibat hasil-hasil iptek itu dapat menggiring orang pada sikap egois-hedonis, yakni sikap mengutamakan kesenangan diri.
Hal-hal yang berkaitan dengan hubungan sosial dengan sesamanya dikesampingkan apabila hal tersebut tidak membawa kesenangan dalam dirinya. Apalagi dalam hubungan vertical manusia dengan Allah. Dalam hal ini Allah justru dinilai hendak merebut kesenangan-kesenangan itu dari diri mereka. Sehingga dengan tindakan sadar orang-orang seperti ini akan meninggalkan Allah, menghindari pertemuan-pertemuan ibadah, bahkan menghindari orang-orang dari dalam persekutuan Kristen karena dicurigai akan mencampuri urusan kesenangan mereka pribadi.
Allah telah tersingkir dari khasanah manusia egois-hedonis. Allah telah dibelakangi oleh para pecandu kenikmatan dunia. Sekalipun barangkali Allah sering disebut oleh mereka, penyebutan Allah itu tampaknya tanpa makna, karena toh dilakukan untuk kepentingan, kesenangan dan hiburan diri semata. Bagi pecandu kenikmatan dunia, yang menjadi pusat hidup tidak lagi Allah, tetapi diri sendiri.

II.Pemahaman Teologis: Hidup yang dibangkitkan (Kol 3:1-4)
Karena  itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang diatas, dimana Kristus ada, duduk disebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang diatas, bukan dibumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus didalam Allah. Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.
Disini rasul Paulus menuliskan satu nasihat yang sifatnya umum. Jemaat telah dibangkitkan bersama Kristus dan dengan pembaptisan, mereka telah dibebaskan dari perhambaan dunia. Karena itu, jemaat diminta untuk lebih mementingkan hal-hal yang berhubungan dengan hidup rohani, bukan yang bersifat duniawi.
Paulus ingin memastikan satu hal, yaitu bahwa “kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah” (ay. 3). Hal ini untuk meyakinkan dan untuk kembali mengingatkan, bahwa orang-orang Kristen sungguh telah bersatu dengan Kristus dan bersama dengan Kristus, dan mereka ada di dalam Allah. Memang, orang-orang Kristen masih tinggal di dunia. Tetapi, tidak semata-mata demikian karena, dengan lebih memerhatikan hal-hal surgawi, orang-orang Kristen diyakinkan bahwa: meskipun mereka masih tinggal di dunia akan tetapi mereka adalah pewaris kerajaan surga dan bersiap untuk menyongsong “dunia lain yang akan segera datang”.
Nasihatnya itu sebenarnya sederhana saja. Orang-orang Kristen adalah orang-orang yang beriman kepada Kristus. Konsekuensinya, orang Kristen tentu saja mesti sepenuhnya bersatu bersama Kristus. Mereka ini telah mati dan bangkit bersama Kristus (makna babtisan). Karena itu, jangan lagi terikat dan lebih memerhatikan hal-hal yang duniawi. Sebaliknya, perhatikanlah hal-hal surgawi, sebab demikianlah panggilan hidup orang Kristen!
Hal ini adalah semacam puncak pengabdian (devotion). Sebagai contoh, terkadang seseorang karena demikian cintanya dan hatinya telah melekat pada musik menyatakan bahwa: musik adalah hidupnya! Demikian pula yang begitu menyukai sepakbola menyatakan bahwa: sepakbola adalah hidupnya!
Puncak pengabdian orang Kristen (yang seharusnya menjadi suatu keharusan bagi setiap orang Kristen) adalah: Kristus adalah hidupnya, dan hidupnya adalah untuk Kristus!

III. Pemahaman Etis: Pembaharuan hidup orang Kristen (Kol 3:5-10)
Didalam Kolose 3:1-4 diatas rasul Paulus memaparkan pemahaman teologis tentang orang Kristen yang telah mati dan bangkit bersama Kristus. Untuk dapat hidup bersama dengan Kristus tidak hanya berhenti pada tahap mengetahui, mengerti dan memahami setiap ajaran atau doktrin Kristen saja. Oleh karena itu rasul Paulus selanjutnya memaparkan tuntutan etis dalam Kolose 3:5-11 yang harus dikerjakan orang Kristen dalam hidupnya. Setiap orang Kristen harus memiliki kesadaran etis untuk menjadi pelaku-pelaku firman dalam hidupnya (Yakobus 1:22)
Yang dimaksud dengan kesadaran etis adalah kesadaran tentang norma-norma yang ada dalam diri manusia. Norma inilah yang mengendalikan tingkah laku manusia. Yang membuatnya tidak sekedar mengikuti desakan dan dorongan naluri alamiahnya (makan dan sex). Yaitu norma-norma atau ukuran-ukuran tentang apa yang seharusnya. Norma-norma tentang apa yang benar dan apa yang salah, apa yang baik dan apa yang jahat, apa yang tepat dan apa yang tidak tepat. Manusia akan berusaha untuk melakukan apa yang dianggap benar, baik dan tepat. Dan sebaliknya, sedapat mungkin tidak melakukan apa yang menurut pendapatnya salah, jahat dan tidak tepat.
Alkitab khususnya Perjanjian Baru sangat jelas dan tidak ragu-ragu menuntut orang Kristen untuk menumpas total segala sesuatu yang melawan Allah.
Dan disini Paulus mulai dengan tuntutan yang hidup dan mendaftarkan hal-hal yang harus dibuang dari kehidupan orang Kristen:
  1. Percabulan dan kenajisan harus dibuang!
Etika Kristen menekankan kesucian, memandang hubungan jasmani antara manusia yang berbeda jenis kelamin sebagai sesuatu yang sangat berharga. Sehingga penggunaan seks yang sembarangan akan merusak citra diri orang Kristen sebagai gambar Allah (Imago Dei).
  1. Hawa nafsu, nafsu jahat dan keserakahan
Adalah manusia yang menjadi budak nafsu-nafsunya. Nafsu disini berarti: haus terhadap sesuatu yang tidak berhak untuk dimiliki. Apabila merupakan keinginan akan uang, ia mendorong pencurian. Apabila keinginan akan kuasa, akan mendapatkannya dengan segala cara dan apabila sudah berkuasa akan bertindak semena-mena.
Keinginan-keinginan tersebut menurut Paulus disamakan dengan penyembahan berhala. Hakikat penyembahan berhala dalam hal ini adalah: orang yang hidupnya dikuasai oleh keinginan untuk  mendapatkan benda-benda, dan telah menempatkan benda-benda tersebut menggantikan kedudukan Allah.
Hal-hal yang harus ditanggalkan dari kehidupan orang Kristen:
Kata yang digunakan adalah kata untuk menanggalkan pakaian. Ketika orang Kristen dibabtiskan, ia menanggalkan pakaiannya ketika masuk kedalam air, dan ketika ia keluar dari air ia mengenakan jubah baru yang putih bersih. Pengertiannya: Orang Kristen menanggalkan kehidupan yang lalu dan mengenakan kehidupan yang baru didalam Kristus. Disini Paulus mendaftarkan hal-hal yang harus ditanggalkan oleh orang Kristen.
  1. Memadamkan perasaan marah dan geram.
Bagi orang Kristen ledakan kemarahan maupun kemarahan yang berupa kegeraman adalah dilarang. Karena kemarahan seringkali menghilangkan akal sehat, sehingga orang Kristen tidak akan dapat melakukan tindakan-tindakan etis dalam hidupnya.
  1. Menanggalkan Kejahatan.
Orang Kristen harus menanggalkan pikiran-pikiran yang jahat. Karena pikiran yang jahat akan menuntun orang untuk melakukan tindakan-tindakan yang jahat.
  1. Menanggalkan fitnah dan kata-kata kotor dan tidak boleh saling mendustai.
Ucapan fitnah akan melahirkan perseteruan dan pertengkaran anatara sesama manusia. Kata-kata kotor diterjemahkan sebagai ucapan cabul yang berhubungan dengan ucapan lisan, yang seringkali menjadi sebuah kebiasaan walaupun tidak dimaksudkan untuk memaki. Mendustai adalah pernyataan yang tidak benar. Orang Kristen harus selalu berbicara kebenaran, supaya setiap orang menjadi yakin bahwa orang Kristen hidup dalam kebenaran.

Semua tindakan etis diatas harus senantiasa ada dalam hidup orang Kristen karena orang Kristen adalah Gambar Allah yang hidup, yang dapat dilihat oleh semua orang. Kesimpulan orang terhadap hidup orang Kristen sangat menentukan bagaimana orang yang belum percaya mengenal Kristus yang hidup dalam diri setiap orang Kristen.
Memang kita semua adalah manusia biasa dan bukan Tuhan, juga bukan Kristus yang sempurna. Akan tetapi hal ini tidak boleh menjadi alasan pembenaran bagi orang Kristen untuk tidak hidup benar sebagaimana yang dikehendaki Tuhan dalam hidup orang percaya. Untuk itu orang Kristen harus rela dan ikhlas untuk terus menerus diperbaharui dan memperharui hidupnya sebagai proses menuju kesempurnaan sebagai Gambar Allah.

IV. Pembaharuan total  (Penutup)
Menjadi Kristen bukan berarti secara otomatis hidupnya akan menjadi lebih kristiani sebagai pengikut Kristus. Menjadi Kristen berarti melakukan tindakan dengan kesadaran penuh untuk mengupayakan perubahan total dalam kepribadiannya. Ada orang-orang tertentu yang memang beragama Kristen tetapi tidak bisa dibilang hidup secara kristiani karena hidupnya justru merupakan ingkaran dari ajaran Kristus. Menjadi Kristen dalam pengertian yang sesungguhnya adalah menanggalkan manusia lamanya dan mengenakan manusia baru. Tanda-tanda dari manusia baru adalah seseorang yang hati dan pikiran yang telah diperbaharui oleh Roh Kudus sehingga melahirkan tindakan-tindakan dalam hidupnya yang benar dan tidak menyimpang dari ajaran Kristus. Sehingga mencapai keadaan yang seharusnya, yaitu kemanusiaan menurut gambar Allah. Untuk mencapai kesempurnaan sebagaimana gambaran khaliknya inilah ciptaan baru hidup dalam proses pembaharuan untuk dapat hidup lebih berkwalitas. Dalam proses pembaharuan inilah seseorang harus memiliki keikhlasan dan kerelaan untuk hidupnya terus menerus diperbaharui oleh Roh Kudus.
Menjadi manusia baru bukan berarti menutup diri dengan lingkungan sosialnya karena menganggap hanya dirinyalah yang benar dan orang lain salah. Menjadi manusia baru harus berdampak juga dalam hubungan sosialnya dengan mampu merobohkan tembok-tembok pemisah.
Dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Bar-bar atau orang Skit, budak atau merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan didalam segala sesuatu. (Kol 3:11)
Tembok-tembok pemisah yang seringkali memisahkan orang Kristen sebagai manusia baru dalam hubungan sosialnya adalah:
  1. Primordialisme atau yang berkaitan tentang asal muasal atau identitas seseorang dari latar belakang keturunannya.
Kekristenan merobohkan tembok pemisah yang berasal dari kelahiran atau kebangsaan. Bangsa-bangsa yang berbeda, yang saling merendahkan atau membenci, telah ditarik masuk dalam satu keluarga dalam Kristus dan duduk bersama dengan damai di meja perjamuan Tuhan.
  1. Kekristenan merobohkan tembok pemisah yang berasal dari peraturan ibadah dan upacara. Orang-orang yang bersunat dan tidak bersunat sama-sama ditarik masuk kedalam satu persekutuan.
  2. Kekristenan merobohkan tembok pemisah diantara mereka yang berbudaya dan mereka yang (dianggap) tidak berbudaya. Orang Skit adalah bangsa Bar-bar yang dungu dan bebal pada jaman kuno dan orang Yunani adalah kaum orang yang terpelajar. Semua dipersatukan dalam Kristus sebagai satu keluarga dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.
  3. Kekristenan merobohkan tembok pemisah antara kelas-kelas. Dalam gereja perdana, budak dan orang merdeka bisa masuk dan duduk bersama dalam gereja dengan damai.

Didalam hadirat Allah perbedaan-perbedaan sosial dalam dunia sama sekali tidak berlaku. Semuanya dipersatukan didalam Kristus.
Manusia lama yang telah diubahkan menjadi manusia baru tidak serta merta langsung diangkat Tuhan dari dunia ini. Manusia baru harus menjadi imamat yang rajani, bangsa yang kudus (1 Petrus 2:9) tetapi tetap ditempatkan dalam dunia yang tidak kudus ini. Inilah yang sulit bagi manusia baru untuk hidup kudus. Apabila untuk menjadi kudus dengan cara mengurung diri di biara, maka hal ini tidak terlalu sulit untuk menjaga kekudusan. Tetapi jelas maksud Tuhan bukan hal itu.
“Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ditengah-tengah serigala….” (Matius 10:16) Yang penting dari perintah ini adalah: posisi kita tetap sebagai “domba” walau harus di tengah “serigala”. Apabila kita ternyata tidak mampu mengubahkan “serigala” itu untuk menjadi “domba”, paling tidak kita tetap sebagai domba dan tidak pernah berubah menjadi serigala.
Amin. (JAP)

No comments:

Post a Comment