Tuesday, November 4, 2014

ETIKA (1)


ETIKA SEBAGAI ILMU

Yang menjadi ciri khas manusia dibanding  dengan makhluk lain adalah, Manusia adalah makhluk yang bertanya.
Manusia selalu mempunyai keinginan bahkan bisajadi merupakan suatu kebutuhan untuk mengetahui  segala sesuatu yang ada disekitarnya. Dan apabila yang diketahuinya itu tidak sesuai dengan yang diinginkannya, maka ia akan berusaha untuk mengubahnya.  Dan bila ia tidak mungkin merubahnya, maka ia yang akan menyesuaikan dirinya.
Sebagai makhluk yang bertanya, manusia sudah mulai bertanya sejak ia lahir tentang apapun yang ada disekitarnya,  contoh:
  1. Bertanya dengan matanya
  2. Bertanya dengan tangannya
  3. Bertanya dengan mulutnya
Dan kemudian sesuai dengan perkembangan usianya maka kemudian manusia mulai bertanya dengan pertanyaan paling dasar, Apa? What is?
Hal ini menggambarkan bahwa manusia tidak betah untuk hidup dalam rahasia dan manusia seolah tidak dapat hidup apabila kehidupan disekitarnya adalah kehidupan yang tidak dapat ia mengerti atau tidak dapat dipahaminya.
Dan pertanyaan “apa” ini adalah pertanyaan yang biasa dilontarkan anak-anak yang didorong oleh rasa ingin tahunya tentang hal-hal yang ia rasa asing dan belum dia ketahui. Namun demikian orang dewasapun juga bertanya tentang “apa” ini, karena walaupun usia sudah dewasa tetapi masih banyak hal yang belum diketahuinya, terutama untuk hal-hal yang baru. Pertanyaan dasar tentang “apa” tersebut digunakan untuk memuaskan manusia dari rasa keingin-tahuannya. Oleh karena itu pertanyaan tentang “apa” merupakan pertanyaan yang abadi sepanjang usia manusia.
Apakah manusia puas cukup apabila telah mengetahui “apa” yang ada atau terjadi disekitarnya? Jawabnya: BELUM!
Setelah manusia mendapatkan jawaban dari hal yang belum diketahuinya tersebut, maka kemudian akan timbul pertanyaan berikutnya, Mengapa? Why?
Hal ini menggambarkan bahwa ternyata manusia tidak pernah puas dengan jawaban dari pertanyaan “apa” tersebut, walaupun dia sudah mengetahui apa yang belum diketahui sebelumnya. Dan ingin tahu lebih lanjut dari apa yang baru saja diketahuinya itu.
Untuk menjawab pertanyaan “apa” maka dibutuhkan adalah sebuah “nama”
Dan untuk menjawab pertanyaan “mengapayang diperlukan adalah suatu “gagasan”. Dan “gagasan” tersebut terletak pada akal manusia. Akal inilah yang kemudian mengamati, menimbang-nimbang, dan mengambil kesimpulan bahwa apa yang baru diketahuinya tersebut dapat ada atau terjadi karena suatu sebab. Dan akal manusia yan mengamati, menimbang-nimbang, dan kemudian mengambil suatu kesimpulan itulah yang disebut sebagai HAKEKAT ILMU.
ILMU selalu berusaha mencari dan merumuskan hukum-hukum yang berlaku yang ada dibalik peristiwa-peristiwa atau kenyataan-kenyataan tertentu.
Tetapi ternyata akal manusia juga memiliki keterbatasan walaupun akal manusia selalu mempunyai sifat “ingin tahu”. Akal manusia tidak selalu dapat menjawab semua pertanyaan & tidak selalu dapat mengungkap semua rahasia, misalnya tentang kematian.Wilayah yang tidak dapat dipahami oleh akal manusia ini disebut dimensi suprarasional dalam hidup manusia.
Untuk menjawab pertanyaan dasar “apa” yang dibutuhkan adalah sebuah “nama”. Tetapi untuk menjawab pertanyaan “MENGAPA”, Manusia membutuhkan 2 hal yaitu: Akal & Iman atau Ilmu & Agama.
Akal & Ilmu berguna untuk menjawab hal-hal yang berada dalam batas kemampuan/pemahaman akal manusia.
Sedangkan Iman & Agama, adalah untuk memahami hal-hal yang ada diluar kemampuan akal manusia untuk memahaminya.
Ketika ilmu belum berkembang, maka agama yang menjawab. Misalnya tentang sakit kusta, akal dan ilmu yang ada dalam diri manusia pada waktu yang lalu belum dapat menjawab tentang “apa” sakit kusta  itu, dan “mengapa” penyakit itu bisa terjadi. Sehingga kemudian wilayah iman & agama yang menjawab, bahwa sakit kusta adalah “penyakit kutukan dari Tuhan”.
Maka kesimpulan dari pertanyaan “mengapa” dalam kaitannya dengan Akal & Iman atau Ilmu & Agama adalah: untuk hal-hal yang dapat dijawab secara ilmiah, biarlah ilmu yang menjawabnya. Dan untuk hal-hal yang tidak dapat dimengerti/dipahami akal manusia, maka biarlah iman & agama yang menjawabnya.
Manusia memerlukan keduanya untuk memuaskan pertanyaan “mengapa” yaitu: Akal & Iman atau Ilmu & Agama. Untuk itulah maka manusia tidak hanya berakal atau berilmu, tetapi juga penting untuk beriman dan beragama.
Akal & Iman; Ilmu & Agama:
Ø  Masing-masing mempunyai fungsinya sendiri-sendiri dalam diri manusia.
Ø  Dan keduanya (Akal & Iman atau Ilmu & Agama) tidak hendak saling bersaing, karena keduanya memiliki wilayah/dimensi masing-masing dalam diri manusia.
Karena keduanya (Akal & Iman atau Ilmu & Agama) mempunyai wilayah/dimensi masing-masing dalam diri manusia, maka dapat disimpulkan demikian,
Ø  Ilmu tidak akan menjadi ilmiah bila menjadi satu agama.
Ø  Agama akan berubah menjadi tahayul apabila ditafsirkan sebagai ilmu.

Pertanyaan manusia (lanjutan)
Bagaimana Seharusnya (what ought)
Pertanyaan tentang “bagaimana seharusnya” ini berasal dari kesadaran manusia tentang apa yang benar dan apa yang salah, baik dan jahat, tepat atau tidak tepat. Maka inilah yang disebut sebagai Kesadaran etis manusia.
Kesadaran etis manusia ini adalah kesadaran tentang norma-norma. Dan norma-norma inilah yang kemudian pada penerapannya mampu mengendalikan tingkah laku manusia, dan manusia tidak hanya mengikuti dorongan nalurinya saja.
Satu misal demikian, tentang hal makan pada binatang, binatang digerakkan oleh nalurinya untuk memuaskan perutnya. Tentu saja hal ini berbeda dengan manusia, tentang hal makan manusia tidak saja digerakkan nalurinya atas desakan untuk memuaskan perutnya, tetapi juga dikendalikan oleh norma-norma.
Misalnya: kambing akan makan rumput untuk memuaskan nalurinya atas desakan kebutuhan perutnya, maka saat makan rumput kambing tindak akan peduli rumput siapa yang dimakannya.
Hal ini tentunya berbeda dengan manusia bukan?

Selanjutnya tentang norma-norma yang mengatur tentang “bagaimana manusia seharusnya” ternyata tidak dapat berlaku sama disemua tempat. Norma yang mengatur bagaimana manusia seharusnya ternyata memiliki standart yang berbeda-beda dari satu orang dan orang yang lain, kelompok satu dengan kelompok yang lainnya. Satu contoh adalah tentang poligami atau memiliki istri lebih dari satu. Praktek-praktek poligami sangat ditentang karena praktek tersebut diyakini merendahkan derajat wanita. Tetapi pada tempat dan kelompok orang tertentu, poligami justru diyakini sebagai simbol status dari orang tertentu, misalkan status seorang kepala suku/raja.
Oleh karena itu, dalam norma yang mengatur bagaimana manusia seharusnya, ternyata tidak ada batasan yang jelas dalam norma yang berlaku dalam satu orang/kelompok dengan orang/kelompok yang lain. Atau dapat dipahami dalam satu pengertian bahwa, semua orang memiliki kesadaran etis masing-masing. Dan kesadaran etis yang ada dalam diri satu/kelompok manusia ini belum dapat dikatakan sebagai etika.
Lalu apa itu ETIKA?
Etika adalah ilmu atau study mengenai norma-norma yang mengatur tingkah laku manusia.
Atau dapat dikatakan dengan kalimat yang lebih sederhana: Etika berbicara tentang APA YANG SEHARUSNYA dilakukan oleh manusia. Tentang apa yang BENAR, BAIK, dan TEPAT.
(JAP)

No comments:

Post a Comment