Friday, October 31, 2014

Taat Pada Pimpinan Tuhan


TAAT PADA PIMPINAN TUHAN


Dari segala yang baik yang dijanjikan TUHAN kepada kaum Israel, tidak ada yang tidak dipenuhi; semuanya terpenuhi. Yosua 21 : 45.
Ayat ini menyatakan bahwa, tidak ada  janji Tuhan kepada bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah yang tidak tergenapi. Dan Yosua yang dipakai oleh Tuhan untuk menggenapi semua janjiNya.
Pada masa kepemimpinan Musa, janji Tuhan mengenai tanah perjanjian hampir tidak tergenapi karena ketidak percayaan Israel dan ketidak taatan Musa. Musa sendiri hanya dapat melihat tanah perjanjian itu dari kejauhan, yaitu di dataran Moab dari atas puncak gunung Nebo,  dan setelah itu Musa meninggal. Namun pada akhirnya bangsa Israel dapat masuk ke tanah perjanjian di bawah kepemimpinan Yosua.

Pertanyaannya, mengapa Yosua yang dipakai oleh Tuhan untuk menggenapi janji-Nya?

1. Yosua sejak muda melayani Tuhan. Yosua dari masa mudanya telah melayani Tuhan di bawah kepemimpinan Musa. (Bil 11:28)
2. Yosua mengikut Tuhan dengan sepenuh hati (Bil 32:12)
3. Yosua selalu menjaga relasinya dengan TUHAN. Yosua tahu bahwa sumber hikmat dan kuasa asalnya dari TUHAN Allah. Ketika akan menyeberangi sungai Yordan untuk berperang, Yosua berhenti dahulu dan membangun mezbah untuk Tuhan dan membacakan taurat-Nya (Yos 3:9). Yosua menempatkan Tuhan di atas segala yang dia akan lakukan.
4. Yosua memiliki iman dan visi yang jelas didalam Tuhan. Pada waktu Yosua dan Kaleb kembali dari pengintaian, mereka bersama 10 orang lain memberikan laporan hasil dari apa yang mereka lihat di hadapan bangsa Israel. Para pengintai yang lain memberikan laporan yang sungguh menakutkan dan membuat bangsa Israel putus asa. Dalam situasi itu, Yosua dan Kaleb berdiri dan berkata, "Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya. Jika Tuhan berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya" (Bil 14:7-8).
Yosua memiliki iman yang kuat kepada TUHAN Allah, ia yakin bahwa TUHAN Allah berkuasa untuk menaklukkan musuh-musuh mereka. Keyakinannya dilatar belakangi pengalaman hidupnya bergaul dengan TUHAN Allah, sehingga Yosua memiliki visi TUHAN yang jelas tentang masa depan mereka di tanah Kanaan.

Refleksi:
Pertama, Walaupun Israel sebagai umat pilihan Allah harus mengalami sengsara di Mesir selama 3,5 abad lamanya, tetapi Tuhan tidak pernah lalai untuk menepati janji-Nya.
Kedua, Tuhan selalu punya rencana-Nya sendiri, yang bahkan tak terpikir oleh manusia. Tuhan memakai Yosua yang merupakan seorang pelayan untuk menjadi seorang pemimpin, guna menggenapi semua janji Tuhan kepada umat pilihanNya.
Ketiga, Tuhan memilih Yosua untuk menjadi pemimpin karena Yosua mengikut Tuhan dengan sepenuh hati, setia, serta taat pada pimpinanNya. Amin. (JAP)


Apakah Yang Aku Perbuat Supaya Aku Selamat


APAKAH YANG HARUS AKU PERBUAT, SUPAYA AKU SELAMAT?
Kisah Para Rasul 16:30-31


Tema diatas adalah pertanyaan yang diajukan oleh kepala penjara di kota Filipi terhadap rasul Paulus dan Silas. Uniknya, pertanyaan tersebut diajukan sebelum rasul Paulus dan Silas berbicara apa-apa tentang Injil dan keselamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Malahan posisi rasul Paulus dan Silas pada waktu itu adalah sebagai tawanan yang berada dibawah pengawasan kepala penjara tersebut.
Mengapa kepala penjara tersebut bertanya tentang keselamatan, padahal rasul Paulus belum memberitakannya?
Hal ini berkaitan dengan sikap dan karakter yang ditunjukkan oleh rasul Paulus dan Silas saat berada didalam penjara tersebut. Rasul paulus tidak melawan saat dia diperlakukan tidak adil (difitnah) oleh tuan-tuan perempuan yang memiliki roh penenung, tidak memberontak saat dipenjarakan, tetap memiliki spiritualitas yang baik walau dalam penderitaan, dan tidak mengambil keuntungan (melarikan diri) saat pintu-pintu penjara terbuka dan belenggu mereka terlepas akibat gempa bumi yang hebat.
Sikap dan karakter rasul Paulus dan Silas ini sungguh berbeda dengan orang lain pada umumnya. Dan hal ini yang membuat kepala penjara ingin mendengar kabar keselamatan dari rasul Paulus dan Silas.
Apa yang dimaksud “keselamatan” oleh kepala penjara tersebut?
·         Arti keselamatan secara umum adalah: kelepasan atau pembebasan dari bencana, kerusakan, marabahaya, kerugian.
Dalam pengertian keselamatan secara umum ini, kepala penjara tersebut sudah diselamatkan oleh sikap rasul Paulus dan Silas yang tidak mengambil keuntungan pribadi dengan melarikan diri, sehingga kepala penjara tidak perlu bunuh diri sebagai pertanggungan jawab akan tugasnya untuk mengawasi para tawanan.
Saat kepala penjara sudah mengalami keselamatan dalam pengertian keselamatan duniawi, maka ia kemudian ingin mengalami keselamatan secara rohani.
·         Arti keselamatan secara rohani dalam iman Kristen adalah: kelepasan/pembebasan dari kuasa dosa dan konsekwensi hukuman akibat dosa tersebut.
Rasul Paulus katakan kepada kepala penjara tersebut: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu." Kis. 16:31
Cara Allah menyelamatkan manusia dari kuasa dosa adalah melalui Tuhan Yesus Kristus dan karya keselamatannya diatas kayu salib.
“Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!” Roma 5:10
Dalam Roma 5:10 ini rasul Paulus menyatakan pengajaran yang sangat penting dalam iman Kristen berkaitan dengan keselamatan:
1.       Kematian Kristus
Kematian Kristus diatas kayu salib telah memperdamaikan antara manusia dan Allah yang telah terpisah karena dosa manusia.
2.       Kebangkitan Kristus
Kata “lebih-lebih” dalam teks Roma 5:10 berarti: “jauh lebih penting.”
Jadi arti ayat tersebut adalah: setelah diperdamaikan dengan Allah melalui kematian Kristus diatas kayu salib, jauh lebih penting lagi bahwa hidup orang percaya diselamatkan oleh hidup Kristus dengan menjadi “manusia baru” dalam kuasa kebangkitanNya. Karena kuasa Allah yang membangkitkan Kristus dari kematian adalah kuasa yang sama untuk menjadikan orang berdosa menjadi “manusia baru” untuk hidup didalam Kristus.
Rasul Paulus yang telah menjadi manusia baru dan hidup dalam Kristus mampu menunjukkan sikap dan karakter yang berbeda dari orang lain pada umumnya. Sikap dan karakter “manusia baru” rasul Paulus inilah yang telah menyelamatkan kepala penjara dari tindakan yang hendak membunuh dirinya, terlebih lagi sikap dan karakter “manusia baru” rasul Paulus telah membuka jalan keselamatan untuk mendapatkan hidup yang kekal bagi kepala penjara dan seisi rumahnya dengan mengenal dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.
Refleksi pribadi:
Apabila suatu saat nanti, ada orang yang bertanya kepada kita: “Apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?”
Bagaimana kita menjawabnya?
Tidak cukup bagi kita dengan hanya memberikan jawaban teologis tentang keselamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Tetapi kita yang memberitakan keselamatan tersebut harus hidup dalam Kritus sebagai “manusia baru”, hidup yang selayaknya dilakukan bagi orang berdosa yang telah diselamatkan! (JAP)

Kekristenan yang dualistik


KEKRISTENAN YANG DUALISTIK

Rom. 12:2 “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”
Ada sebagian orang Kristen yang memisahkan antara kehidupan rohani dengan kehidupan duniawi yang menjadi aktifitas hidup sehari-hari. Karena mereka berfikir bahwa kehidupan rohani terpisah dengan kehidupan sekuler/duniawi.
Sebagai contoh adalah, adanya pendapat umum yang mengatakan bahwa aktifitas kehidupan di gereja dengan pelayanannya adalah rohani, sedangkan sebagian besar waktu yang dihabiskan dalam segala aktifitas hidup dan di dalam pekerjaan sehari-hari itu adalah duniawi/sekuler dan tidak ada kaitannya dengan kehidupan rohani.
Inilah yang disebut dengan kekristenan yang dualistik,  yaitu pemisahan antara hal yang rohani dan yang sekuler. Pemikiran ini membelah hidup menjadi dua bagian yaitu hidup rohani dan hidup duniawi, seolah-oleh keduanya tidak berhubungan. Dan pandangan mereka terhadap Firman Tuhan/Alkitab adalah, apa yang diajarkan di dalam Alkitab hanya berlaku di dalam kehidupan di gereja dan di dalam aktifitas kehidupan rohani saja. Sedangkan untuk kehidupan di luar aktifitas rohani, di mana mereka menghabiskan jauh lebih banyak waktu seperti di dalam bekerja, membina keluarga, sekolah, bermasyarakat dll, semuanya dilakukan dengan kebijaksanaan diri sendiri yang tidak ada hubungannya dengan Alkitab/Firman Tuhan.
Praktek kekristenan yang demikian tidak akan sungguh-sungguh membentuk orang Kristen untuk menemukan arti hidup didalam Tuhan, dan tidak memahami tujuan hidupnya sebagai orang percaya.
Rasul Paulus mengatakan dalam Roma 12:2 mengajarkan “janganlah kita menjadi serupa dengan dunia ini.....”. Ayat ini mengajarkan agar di dalam seluruh hidup orang percaya jangan menjadi duniawi/sekuler, baik dalam aktifitas kehidupan rohani, maupun aktifitas hidup sehari-hari. Atau dengan kata lain jangan biarkan dunia membentuk kita menjadi seperti mereka, tapi kita harus mengembangkan diri kita untuk hidup dalam kehendak Allah, walaupun kita masih tinggal didunia yang fana ini.
Karena pemahaman kekristenan yang dualistik  inilah, maka tidak heran apabila ada orang Kristen yang rajin berjemaat dan tekun mengikuti kegiatan-kegiatan gereja, tetapi praktek hidupnya sehari-hari tidak berbeda dengan orang-orang lain pada umumnya, seperti halnya yang dikatakan rasul Paulus tentang perbuatan “daging”,
Gal. 5:19 “Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, 20. penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, 21. kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu seperti yang telah kubuat dahulu bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.”
Bahkan tidak sedikit orang Kristen yang menganut kekristenan yang dualistik ini kemudian menjadi pelaku-pelaku kejahatan atau kriminal.
Padahal yang sebenarnya adalah, dalam kekristenan selalu membutuhkan aplikasi nilai-nilai kebenaran dalam praktek kehidupan sehari-hari.

Terhadap praktek-praktek kekristenan yang dualistik ini, Alkitab menunjukkan kepada setiap umat Tuhan bagaimana Allah berbicara kepada umatNya melalui FirmanNya.
Ibr. 1:1-2 “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, ....”
Allah telah berinisiatif untuk memperkenalkan diriNya dalam Manusia Yesus Kristus.
Dan manusia tidak perlu mencari Allah, karena hal itu adalah sia-sia. Karena apapun yang dilakukan manusia yang berdosa semuanya menuju kebinasaan.
Dan karena begitu besar kasih Allah pada manusia yang dikasihiNya, maka Allah berkenan mencari manusia dalam diri Yesus Kristus, dan berkarya dalam karya keselamatanNya diatas kayu salib bagi manusia yang berdosa.
Bila Allah telah melangkah sedemikian jauh untuk mencari dan menyelamatkan manusia yang berdosa, Allah mengharapkan jawaban/respon dari manusia melalui iman percaya.
Dan iman percaya memerlukan aplikasinya dalam kehidupan nyata sebagai wujud nyata dari iman, seperti yang dikatakan oleh rasul Yakobus dalam Surat Yakobus 2:17,
“Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.”

Penutup.
Kita sering berpikir bahwa kehidupan rohani yang ada dalam kontrol Tuhan itu hanya sebagian kecil saja yaitu sebatas kegiatan-kegiatan gereja dan pelayanan, sedangkan seluruh hal lainnya di dalam hidup sehari-hari itu adalah urusan kita sendiri dan terlepas dari urusan rohani.
Melalui apa yang telah dipaparkan diatas, bahwa hidup rohani orang Kristen bu­­kanlah yang hi­dup yang dualistik, me­lainkan hidup yang terintegrasi secara to­­tal antara iman dan perbuatan, baik rohani dan juga kehidupan duniawi (aktifitas hidup sehari-hari).
Dan sebagaimana hu­­­bungan dan sikap kita ter­ha­dap Allah dalam aktifitas rohani, ma­ka demikian pula seharusnya tindakan dan sikap kita dalam kehidupan sehari-hari. AMIN.


Korelasi ayat:
Rasul Paulus mengajarkan bahwa tindakan iman dan aktifitas sehari-hari harus terintegrasi dalam hidup orang percaya, 1 Korintus 10:31:
“Jika engkau makan atau jika engkau minum atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemulian Allah”.
Kolose 3:23,
“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”