Friday, March 27, 2015

HIDUP MENJADI MILIK TUHAN


HIDUP MENJADI MILIK TUHAN
Galatia 2: 20
Namun aku hidup, tetapi bukan aku lagi sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang didalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.

Dalam pengenalan kita orang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus terdapat  dua aspek kebenaran iman yang penting untuk dipahami dan imani:
Pertama, karya Kristus diatas kayu salib menebus manusia dari dosa maut & memberikan keselamatan.  Kedua, manusia berdosa yang telah ditebus dan dibebaskan dari perbudakan dosa telah menjadi milik kepunyaan  Allah. Aspek yang kedua ini sama pentingnya dengan aspek yang pertama, sebab aspek ini menegaskan kepada kita tujuan dari karya penebusan Kristus. Bahwa kita yang telah ditebus dan dibebaskan dari kuasa dosa bukan supaya kita menjadi orang-orang yang kemudian hidup sebebas-bebasnya semau sendiri dan mengikuti arus dunia yang berdosa, namun kita hidup bagi Allah, memuliakan Allah dan melayani Dia, karena kita telah menjadi milik/kepunyaan Allah. Dan kehidupan diluar Allah adalah hidup dalam perbudakan dosa, hal ini berarti dosa menguasai dan menjadi tuan dari seseorang yang hidup diluar Kristus.

Menyadari bahwa dosa-dosa kita telah ditebus oleh Kristus dan sekarang kita telah menjadi milik Allah, apa yang kita harus kita sadari dan lakukan?

PERUBAHAN HIDUP
Tanda bagi orang percaya dimana Kristus telah hidup didalamnya adalah adanya perubahan hidup. Di sini Paulus berkata, "Bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku."  Dalam hal ini rasul Paulus menyatakan bahwa "aku" yang telah disalibkan bersama Kristus ini adalah "aku" yang lama, dari manusia lama Paulus. Dan "aku" yang sekarang hidup adalah "aku" yang baru dimana Kristus hidup didalam diri Paulus. Secara sederhana dapat dipahami, bahwa “aku” dari manusia lama tidak seharusnya hidup lagi,  sebaliknya Kristuslah yang harus hidup, di dalam kehidupan kita. Inilah aspek dasar dari kebenaran Injil.
Inilah alasannya mengapa Paulus berkata bahwa hidup yang dia jalani sekarang adalah hidup bagi Kristus dan dia bukan hidup bagi dirinya sendiri lagi, namun Kristuslah yang hidup dalam diri Paulus.
            Untuk memulai satu perubahan dalam hidup memang tidak mudah, apalagi perubahan tersebut harus berbalik 180 derajat dari hal yang sudah biasa dijalani sekian waktu lamanya dan sudah menjadi satu kebiasaan bahkan telah menjadi suatu gaya hidup. Daya tarik dan godaan keindahan serta kenikmatan dunia yang berdosa seringkali menghambat bagi orang percaya untuk meninggalkan manusia lamanya yang penuh dosa dan berubah menjadi manusia baru yang dikehendaki Allah. Oleh karena itu tidak jarang terjadi orang yang telah percaya kepada Kristus sebagai Juru Selamat, tapi masih tidak dapat lepas sepenuhnya dari belenggu kenikmatan dosa.
Bahkan saat orang percaya telah dapat hidup sebagai manusia baru didalam Kristus, tetapi bayang-bayang kehidupan manusia lama dengan segala daya tariknya seringkali menjadi penghambat bagi pertumbuhan iman. Dalam hal ini rasul Paulus mengatakan dalam Filipi 3:13, “...aku melupakan apa yang telah dibelakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang ada dihadapanku.”
Didalam Lukas 17:32  Tuhan Yesus mengatakan “Ingatlah akan istri Lot!”. Disini Tuhan Yesus menjelaskan kepada pendengar-Nya (orang-orang Farisi dan Murid-murid-Nya) tentang bagaimana Kerajaan Allah akan dinyatakan.  Dalam penjelasan-Nya, Yesus memberikan contoh tentang sebuah kasus dalam Perjanjian Lama (Kej 19:1-29), yaitu tentang riwayat keluarga Lot khususnya istri Lot. Di saat kota dan tetangga-tetangganya mengalami kepunahan oleh amarah Allah karena dosa-dosa mereka, isteri Lot mendapat hak istimewa untuk diselamatkan. Tetapi yang terjadi adalah, istri Lot memilih tidak taat dan mengabaikan keselamatan yang sudah menunggunya. Isteri Lot telah “memalingkan dirinya” dari keselamatan yang sudah ada di depannya. Dan alkitab mencatat dengan segera istri Lot menjadi tiang garam, yaitu sebuah kondisi yang tidak dapat diubah lagi.
Menoleh ke belakang juga berbicara mengenai saat di mana kita selalu mengingat masa lalu kita yang mungkin saja itu manghalangi kita untuk masuk dalam rencana Allah.
Ini adalah peringatan apabila kita memandang rendah keselamatan yang sudah disediakan Tuhan Yesus. Jika bermain-main dengan kelamatan yang mahal harganya itu dan memandangnya sebagai anugerah yang murahan, kemudian berpikir sedikit tidak taat dan sedikit berpaling pada keindahan dan kenikmatan dunia yang penuh dosa tidak akan apa-apa.”Tiang garam adalah monumen ketidaktaatan istri Lot mengingatkan kita untuk tidak menyia-nyiakan keselamatan.
Memang menjadi umat milik Allah yang telah ditebus dan diselamatkan dari dosa maut itu seolah terikat dan tak enak, dan secara dunia seolah tak perlu. Tetapi bagi kita orang percaya yang telah menjadi umat milik kepunyaan Tuhan harus menyadari bahwa hidup itu bukan milik kita tetapi milik Kristus.


HIDUP YANG MELAYANI
Apabila Kristus telah hidup dalam kehidupan kita berarti kita telah menjadi milik kepunyaan Allah. Dan sebagai milik/kepunyaan Allah, maka sudah selayaknya apabila kita menjalankan hidup bagi Tuhan dan melayaniNya. Hidup yang melayani adalah tujuan penciptaan diri kita, kita dicipta Tuhan sebagai mahluk yang ada dan hidup untuk memuliakan Tuhan.
Hidup bagi Tuhan dan melayani Tuhan bukanlah sebuah beban atau perbudakan, namun melayani Tuhan adalah kehidupan yang sesuai dengan tujuan penciptaan diri kita. Kita dicipta Tuhan sebagai mahluk yang ada dan hidup untuk memuliakan Tuhan.
Saat manusia tidak lagi mau hidup sesuai dengan tujuan penciptaannya, maka tujuan hidup manusia akan berpusat pada diri sendiri yang mencari kesenangan dan kebahagiaan dari yang ditawarkan oleh dunia yang penuh dosa. Kesenangan dan kebahagiaan dunia hanya bersifat semu dan sementara yang pada akhirnya jiwanya akan dipenuhi oleh dengan kekosongan dan kehampaan.
Sebaliknya, saat kita hidup sesuai dengan tujuan Allah menciptakan kita yaitu hidup untuk memuliakan dan melayani Dia, maka hidup kita akan dibuat Tuhan menjadi bermakna, dipenuhi sukacita dan damai sejahtera didalam jiwa kita.
Kita ada dan hidup adalah untuk memuliakan dan melayani Tuhan. Kita dapat memuliakan dan melayani Tuhan melalui panggilan kita masing-masing, baik dalam konteks pelayanan gereja maupun segala aktifitas/pekerjaan. Jika semuanya itu kita melakukannya untuk Tuhan, maka itu sudah merupakan sebuah pelayanan dan sebuah ibadah yang memuliakan Tuhan dan mendatangkan kebaikan bagi sesama. Soli Deo Gloria