Thursday, July 9, 2015

NUH SEBAGAI SAKSI IMAN

NUH SEBAGAI SAKSI IMAN
Ibrani 11: 7

Kitab Ibrani mengisahkan kembali seorang tokoh dalam Perjanjian lama yaitu Nuh. Belajar tentang kisah kehidupan Nuh selalu saja mengingatkan kita akan cerita guru sekolah minggu di gereja pada masa yang lalu. Yaitu bagaimana Nuh yang membuat bahtera yang besar diatas gunung, dan Nuh yang mengumpulkan semua binatang yang ada didunia masing-masing sepasang didalam bahtera yang dibuatnya. Akan tetapi penulis kitab Ibrani tidak hanya melihat kisah hidup Nuh hanya sebagai satu peristiwa sejarah atau bagaimana Allah menghukum dunia yang jahat dengan air bah. Tapi disini penulis kitab Ibrani lebih melihat kisah hidup Nuh dalam peristiwa Allah menghukum dunia dengan air bah sebagai saksi iman. Kesaksian Nuh yang hidup dalam iman dan ketaatannya akan Firman Tuhan inilah yang ingin ditonjolkan dalam kitab Ibrani ini.
Dalam Ibrani 11: 7 ini setidaknya ada tiga kata / ungkapan iman yang ditampilkan oleh penulis kitab Ibrani yang dapat kita pelajari, yaitu:

1. Karena iman Nuh taat kepada Allah.
Ayat ini diawali dengan, "Karena iman, maka Nuh - dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan - dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya "(Ibrani 11: 7).
 Disini Allah telah mengatakan kepada Nuh tentang sesuatu yang belum terjadi, bahkan yang belum pernah terjadi pada masa hidup Nuh. Yaitu akan datangnya hukuman Allah terhadap generasi yang jahat, "Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata," (Kej 6: 5) sehingga Allah mengatakan kepada Nuh, "Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi "(Kej 6:13).
Allah berfirman kepada Nuh "tentang sesuatu yang belum terlihat", dan Nuh mempercayainya dengan penuh iman karena Allah sendiri yang mengatakannya. Meskipun hukuman Allah terhadap semua makhluk dibumi dengan air bah belum pernah terjadi sebelumnya, bahkan pada saat itu belum pernah ada hujan turun dari langit, seperti yang dikatakan dalam kitab Kejadian 2: 5-6, "belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh -tumbuhan apapun di padang, sebab TUHAN Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu; tetapi ada kabut naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu ". Tetapi Nuh percaya kepada Allah ketika ia diperingatkan "tentang sesuatu yang belum kelihatan" itu, dan itulah apa yang disebut IMAN seperti yang dikatakan penulis kitab Ibrani "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat" ( Ibrani 11: 1).
Dan salah satu ujian bagi IMAN adalah "waktu". Pada waktu menerima firman, usia Nuh pada waktu itu 480 tahun. Dan saat air bah melanda, usia Nuh pada waktu itu 600 tahun. Untuk membuktikan bahwa apa yang dikatakan Allah tentang penghukuman dengan air bah itu benar, Nuh harus menunggu dengan penuh kesabaran selama 120 tahun. Dan dalam kurun waktu 120 tahun itu Nuh beriman dan taat kepada Allah meskipun arus dunia pada waktu itu bertentangan dengan imannya, dan Nuh harus menghadapi cemoohan dari orang-orang sebangsanya yang dapat melemahkan imannya kepada Allah.
Inilah IMAN dari Nuh yang dimaksud dalam kitab Ibrani, yaitu:
a. Percaya kepada Tuhan untuk sesuatu yang belum terlihat.
b. Kesabaran dalam menunggu sesuatu yang belum terlihat itu.

2. Hidup Nuh digerakkan oleh iman
Selanjutnya dalam Ibrani 11: 7 dikatakan, "Karena iman, maka Nuh - dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan - dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya "
Disini iman Nuh yang penuh keyakinan tentang "sesuatu yang belum terlihat" menghasilkan TINDAKAN iman.
Iman itu tidak cukup hanya dengan percaya, tetapi lebih dari itu dalam iman harus disertai dengan suatu TINDAKAN yang berdasarkan iman yang diyakini tersebut.
Dan TINDAKAN iman Nuh dalam hal ini adalah mempersiapkan bahtera tepat seperti yang Allah firmankan. Meskipun tindakan iman Nuh dinilai suatu tindakan yang "bodoh" oleh orang-orang pada masa itu karena membuat bahtera diatas gunung yang jauh dari air, sementara pada saat itu belum ada hujan yang turun ke bumi. Akan tetapi dengan setia Nuh terus mengerjakannya sampai bahtera itu siap dan penghukuman Allah itu datang.
Selanjutnya Nuh tidak menjadi puas diri ketika mendengar bahwa ia mendapatkan anugerah keselamatan dari Allah ditengah penghukuman Allah atas dunia yang jahat dengan air bah. Nuh tidak puas menjadi orang yang diselamatkan sendirian, dan ia juga sangat peduli terhadap keselamatan keluarganya. Ia ingin keluarganya juga turut diselamatkan, sehingga ia membuat ruang bagi mereka di dalam bahtera itu. Nuh "dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya".
TINDAKAN IMAN Nuh yang dimaksudkan dalam kitab Ibrani ini adalah,
a. Nuh mengerjakan anugerah keselamatan yang diterimanya dari Allah dengan membuat bahtera keselamatan.
b. Untuk penghargaan keselamatan yang diterimanya, Nuh juga menyelamatkan keluarganya.

3. Nuh menerima kebenaran sesuai dengan imannya.
 "Karena iman, maka Nuh - dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan - dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya "(Ibrani 11: 7).
Nuh hidup beriman kepada Allah, dan dalam imannya ia mengerjakan pembuatan bahtera dan menyelamatkan keluarganya. Dari iman dan tindakan Nuh ini, maka ia menerima kebenaran dari Allah sesuai dengan imannya.
Dalam hal hidup dalam KEBENARAN, Nuh bukanlah manusia yang sempurna dan tanpa dosa, Nuh adalah juga seorang yang berdosa sama seperti setiap manusia pada umumnya. Pada satu kali Nuh pernah minum anggur sampai mabuk, Kej. 9: 20-21 "Nuh menjadi petani; dialah yang pertama kali membuat kebun anggur. Setelah ia minum anggur, mabuklah ia dan ia telanjang dalam kemahnya. "
Tapi karena iman Nuh yang mau taat kepada Firman Allah, maka iman Nuh diperhitungkan Allah sebagai KEBENARAN. Tepat seperti yang dikatakan oleh rasul Paulus dalam Roma 3: 27-28, "Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat. "
Nuh dibenarkan bukan karena hidup Nuh itu sendiri, tapi semata-mata karena kasih karunia Allah yang diberikan kepada Nuh yang hidup beriman kepada Allah ditengah bangsa yang jahat dimata Tuhan.

Mengingat penghukuman Allah pada masa Nuh karena kehidupan manusia yang telah demikian jahatnya "Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata," (Kej 6: 5). Kita yang hidup di zaman akhir ini juga diingatkan dengan apa yang difirmankan oleh Tuhan Yesus, "Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia "(Matius 24: 37-39).
Setiap tanda-tanda yang muncul karena kejahatan manusia pada saat ini menunjukkan bahwa kita sekarang juga sedang hidup pada zaman itu, "sebagaimana pada zaman Nuh" demikian dikatakan Tuhan Yesus. Banyak orang hanya peduli dengan hal-hal materi dalam kehidupan tanpa menghiraukan penderitaan sesama dan juga tidak peduli dengan Tuhan, sementara kejahatan manusia merajalela dan manusia telah jauh meninggalkan Allah. Inilah saatnya bagi orang percaya untuk hidup didalam iman kepada Kristus yang adalah "bahtera" keselamatan kita, dan kehidupan kita senantiasa digerakkan oleh iman percaya kepadaNya. Maka iman kita itu akan diperhitungkan Allah sebagai KEBENARAN, dan kita akan mendapatkan hak untuk diperkenankan masuk "bahtera" Allah dalam kehidupan kekal. Soli Deo Gloria!