Sunday, November 2, 2014

KATEKITIKA


KATEKITIKA

PENDAHULUAN

                Untuk mengetahui maksud katekisasi, kita harus terlebih dahulu memahami apa sebenarnya katekisasi itu. Sebab ada salah paham seolah-olah katekisasi itu hanya ditujukan kepada anak-anak (anak muda). Padahal kita tahu bahwa katekisasi itu ditujukan kepada semua anggota jemaat, sebab pada dasarnya ketekisasi itu merupakan pengajaran  (bimbingan/latihan) bagi semua pesertanya. Didalamnya ada juga unsure pendidikan, latihan, bimbingan, pemberitaan dan lain-lain dari semua unsure yang saling terkait.
                Selain itu kita juga mengetahui bahwa katejisasi itu adalah tugas dan fungsi gereja, baik aliran Kristen Protestan maupun aliran Roma Katolik, walaupun definisinya berbeda-beda. Pengertian itu penting dalam hubungannya dengan maksud katekisasi itu.  Misalnya menurut Roma Katolik maksud katekisasi adalah mengajarkan kebenaran-kebenaran pokok dari ajaran agama gereja kepada angota-anggotanya, terutama pada anak-anak muda.
                Gereja sebagai lembaga satu-satunya yang benar dari tubuh Kristus, harus berusaha supaya anggota-anggotanya mengetahui kebenaran-kebenaran itu dengan baik. Disamping pemberitaan firman (khotbah), katekisasi merupakan tugas yang paling penting dari pejabat gereja kepada tiap-tiap jemaat (paroki). Memang benar bahwa pemberitaan firman itu mengandungunsur-unsur pengajaran, tetapi unsure-unsur itu agak terbatas jumlahnya. Tugas katekisasi ialah mengajar ajaran gereja sebagai suatu keseluruhan.
                Menurut gereja Ortodoks Timur, maksud katekisasi ialah memimpin anggota gereja kedalam misteri-misteri (rahasia) yang kekal. Karena itu cara pengudusan hidup dianggap lebih penting daripada pengetahuan tentang penerimaan akan apa yang diajarkan oleh gereja. Makna pengajaran yang sistematis ialah, agar anggota-anggota gereja tahu apa yang harus mereka percayai. Bagaimana mereka harus berpartisipasi dalam liturgia gereja, agar perasaan keagamaan mereka dikembangkan dan dengan jalan itu mereka dapat menjadi orang-orang Kristen dalam arti yang sebenarnya.
                Dan menurut gereja-gereja Protestan, katekisasi sering dianggap sebagai pemberitaan dalam bentuk pengajaran, atau sengai “jembatan” yang menghubungkan Babtisan dan Perjamuan Malam, atau sebagai pelayan gereja dari generasi yang satu ke generasi yang lain. Bahkan sering pula dianggap sebagai proses pembentukan kepribadian keagamaan atau sebagai proses dimana manusia sebagai pribadi bertumbuh kearah Kristus.
                Dapat disimpulkan disini bahwa maksud katekisasi adalah:
·         Supaya anak muda mengenal Allah dalam seluruh hidup mereka. Yang penting dalam katekisasi ialah bukan saja pengetahuan yang banyak tentang soal-soal Alkitab dan Gereja, tetapi terutama pengenalan akan Allah sebagai Allah perjanjian.
·         Supaya anak musa mengenal Allah, dan mengenalnya begitu rupa, sehingga mereka dengan jalan itu dapat hidup bersama-sama dengan Allah.
·         Supaya anggota-anggota jemaat diperlengkapi, diiajar, dilatih dan dididik untuk menjadi anggota-anggota jemaat yang dewasa.

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KATEKISASI

Pengajaran orang Yahudi
                Katekisasi gereja atau katekese gerejawi berasal dari orang Yahudi atau Israel. Dalam Perjanjian Lama kita membaca bahwa orang tua, terutama ayah mendapat tugas untuk memberikan pengajaran tentang karya-karya Allah yang besar bagi umatNya. Cara ini harus berlanjut secara turun temurun di kalangan umat Israel (Band. Mazmur 78:1-7)
                Dapat dikatakan bahwa kurikulum utama dari pengajaran orang Yahudi adalah Torah, yang berarti: ajaran atau intruksi. Dalam arti luas Torah berarti:  memberi arahan, mengajar. Yang dimaksud dengan Torah disini adalah 5 buku utama dalam Perjanjian Lama: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan. Dan dari ke-5 buku iniberbagai tema dan sub tema diangkat untuk diajarkan kepada anak-anak.
                Diawal abad pertama, dalam jemaat Yahudi didirikan “sekolah-sekolah” dimana anak-anak kecil (dari usia 6-7 tahun) menerima pengajaran atau bimbingan dari guru-guru Torah.
Pengetahuan itu terdiri dari: pembacaan dan penghafalan nas-nas Torah secara harfiah. Berhubungan dengan hal ini, “sekolah dasar” tempat anak-anak menerima pengajaran disebut beth-ha-sefer (rumah buku). Sedang pengajaran yang lebih tinggi diberikan di “madrasah” yang disebut beth-ha-midrasy (rumah pengajaran) dan disini bukan hanya menghafal nas-nas Torah, tetapi juga mengetahui arti dan maknanya secara lebih dalam dan lebih luas lagi.
                Pada usia 6-7 tahun anak-anak sudah belajar membaca nas-nas Torah. Usia 10 tahun mereka mulai dengan pengajaran yang sebenarnya (misyna), usia 12-13 tahun anak-anak diwajibkan untuk menuruti atau melaksanakan seluruh tuntutan (syariat) Yahudi (mistwoth). Pada tahap ini anak-anak dianggap sebagai anak-anak syariat (bar-mistwa atau the son of Law atau anak Torah)
                Pengajaran atau bimbingan dalam rumah pengajaran erat kaitannya dengan rumah ibadah (sinagoge) orang Yahudi. Disini anak-anak duduk pada kaki guru Torah dan menerima pengajaran dari mereka dalam rahasia Torah. Salah seorang bar-mistwa yang hebat adalah Yesus (band. Lukas 2:46-48)
                Pada dasarnya sebagian besar dari rumah-rumah ibadah (sinagoge) itu dimaksudkan sebagai rumah pengajaran bagi seluruh rakyat untuk mengajar (membimbing) mereka dalam pengetahuan dan ajaran Torah. Bahan pengajaran terdiri dari beberapa bagian,
1.       Pengakuan Iman (Syema). Nas pengakuan Iman terdiri dari Ulangan 6:4-9,11,13-21 dan Bilangan 15:37-41.
2.       Doa Utama (syemone esre) yang harus didoakan oleh orang-orang Israel baik yang muda maupun tua , tiga kali dalam sehari. Doa ini merupakan puji-pujian kepada Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Dan suatu permohonan untuk pemulihan Yerusalem dan kerajaan Daud.
3.       Pembacaan Torah. Pembacaan ini mendapat tempat yang sentral. Sebagaimana kita tahu bahwa Torah adalah bagian yang fundamental dari Perjanjian Lama. Pembacaan ini dapat kita temui dalam Nehemia 8:9
4.       Pengajaran tentang arti dari hari raya-hari raya Yahudi, yaitu hari raya Paskah, Pentakosta, Pendamaian, Pondok Daun, Purim,dll

Pengajaran di Zaman Yesus
                Yesus Kristus dapat kita katakana sebagai Kateket Agung, penuh hikmat, kuasa dan wibawa. Sebagai Keteket Agung banyak hal telah Ia ajarkan kepada para murid selama hudupNya di dunia. Pada umumnya dapat disebutkan bahwa tema-tema yang Yesus ajarkan antara lain:
1.       Kerajaan Allah yang dijelaskan dalam berbagai perumpamaan (band. Matius 13, dll)
2.       Kehendak Allah merupakan hal yang penting dan menentukan dalam hidup dan karya Yesus, termasuk orang-orang yang percaya padaNya.
3.       Doa dengan contoh doa yang sempurna: Doa apa Kami
4.       Kemanusiaan menjadi salah satu tekanan utama dalam ajaran Yesus, sebab manusia merupakan mahkota dari seluruh ciptaan Allah.
5.       Dosa hal yang nyata dan berpengaruh dalam hidup didunia ini, sebab itu harus dimengerti dengan baik dan tepat oleh manusia yang percaya agar kelak memperoleh kehidupan kekal di surga.
6.       Nilai-nilai merupakan ajaran pokok dari Yesus, sebab oleh kuasa dan pengaruh dosa, banyak nilai-nilai ilahi berubah menjadi nilai-nilai duniawi dan akibatnya terjadilah benturan nilai-nilai ilahi dengan duniawi tersebut, selama manusia masih hidup dan berkarya di dunia ini.
7.       Godaan-godaan yang sejak awal dunia ini sudah dialami oleh manusia pertama, bahkan oleh Yesus sendiri. Oleh sebab itu masalah godaan ini menjadi hal pokok dalam ajaran Yesus.
8.       Politik termasuk dalam ajaran Yesus, sebab Ia sendiri mati diatas kayu salib sebagai akibat permainan politik. Dan setelah Ia bangkit, Ia menyatakan manifesto politik Kerajaan Allah dalam Matius 28:18, yaitu: bahwa segala kuasa telah diberikan kepadaNya, baik di surge maupun dibumi. Atas dasar inilah Dia member perintah: “pergilah….”.
9.       Gereja Sebagai Israel baru merupakan ajaran Yesus kepada para murid. Gereja yang merupakan wujud nyata dari tubuh Kristus di dunia ini patut dimengerti oleh setiap murid Yesus agar dapat melaksanakan misi gereja didunia ini dengan baik sampai Ia dating kembali.
10.   Musuh-musuh Tidak dilupakan Yesus dalam ajaran-ajaranNya sebab banyak orang membenci Dia dan para pengikutNya.
11.   Pengampunan juga merupakan bagian dari ajaran yesus, sebab tanpa pengampunan dosa, manusia yang percaya tidak akan diselamatkan dan memperoleh hidup kekal.
12.   Kesalahan Tidak dilupakan dalam ajaran Yesus, sebab manusia yang berdosa pasti banyak melakukan kesalahan yang dibuat dalam perkataan dan perbuatan yang dilakukan terhadap Allah dan sesame.
13.   Injil Merupakan bagian yang sentral dalam seluruh ajaran Yesus selama Ia hidup dan berkarya di dunia ini. Tanpa Injil gereja akan kehilangan maknanya didunia ini.

PENGERTIAN KATEKISASI DALAM ALKITAB DAN TUGAS PANGGILAN GEREJA DI DUNIA

Pengertian Katekisasi dalam Alkitab
                Setelah diuraikan didepan bahwa jemaat purba mengambil alih pengajaran di jaman Perjanjian Lama (dikalangan orang Yahudi) dan memakainya didalam pelayanan mereka. Untuk pengertian pengajaran tersebut, mereka memakai rupa-rupa istilah yang sebagaimana dapat kita lihat dalam Perjanjian Baru, antara lain:
1.       Kathekein
Kata dari istilah ini berarti: memberitakan, memberitahukan, mengajar, member pengajaran (Band. Kis 21:21, 24; Kis 18:25; Luk 1:4; Rom 2:17-18; 1 Kor 14:19; Gal 6:6)
Dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa Kathekein itu mempunyai rupa-rupa arti: mengatakan, menjelaskan, memberitakan, memberitahukan, mengajar. Arti mengajar lebih menonjol, tetapi bukan dalam pengertian intelektualistis, melainkan dalam pengertian praktis: mengajar atau membimbing orang untuk melakukan apa yang diajarkan kepadanya (band. Mat 28:20)
2.       Didaskein
Kata atau istilah ini berarti: mengajar dengan satu tujuan tertentu, yaitu mengajar supaya orang yang diajar itu melakukan apa yang diajarkan kepadanya (band. Mat 4:23; Mat 26:25; 1 Tim 4:11;Kol 1:28; 3:16) Dalam ayat-ayat tersebut dapat dijelaskan bahwa didaskein itu terarah pada seluruh manusia dan bersifat sangat praktis. Karena yang paling penting ialah pemahaman dan penghayatan.
3.       Ginoskein
Arti dasar dari istilah ini: mengenal, belajar mengenal. Dalam dunia pemikiran Yunani ginoskein bersifat intelektualistis. Dapat berarti: mengetahui sesuatu (berdasarkan pengalaman yang nyata) (Band. Ul 11:2; Hos 4:6; Rom 1:21,28; 1 Kor 10:5; Gal 4:8-9; Yoh 17:3) Kesimpulan kata ginoskein adalah: Pengetahuan (pengenalan) yang manusia peroleh tentang kehendak Allah karena pergaulan yang intim dengan Dia, dan yang menyatakan diri dalam suatu hidup yng taat kepadaNya.
4.       Manthanein
Kata ini berkaitan erat dengan belajar. Dalam pengertian umum kata ini memberikan pengertian tentang suatu proses rohani dimana seseorang mencapai sesuatu bagi dirinya untuk perkembangan kepribadiannya (Band. Mat 9:13; Ibr 5:7-8; Ef 4:20-32) Kesimpulannya ialah bahwa manthanein adalah kata yang mengindikasikan suatu relitas, dimana terdapat suatu persekutuan yang tetap antara murid-murid dan Tuhan Yesussebagai Tuhan yang hidup, yaitu Tuhan yang memanggil mereka untuk mengikutiNya dan melakukan apa yang Ia ajarkan kepada mereka.
5.       Paideuein
Erat kaitannya dengan kata “mendidik” dalam bahsa Indonesia. Yang dimaksudkan adalah memberikan bimbingan kepada anak-anak supaya mereka dapat menempati tempat mereka (band. Im 19:2; 20:26; 1 Tim 3:16-17; Tit 2:12; Ibr 12:17; 1 Pet 2:9) Kesimpulannya adalah: mendidik dan membimbing anggota-anggota jemaat untuk belajar berjalan di jalan pengudusan dan tetap berada di jalan itu.
Tugas Dan Panggilan Gereja
                Tugas dan panggilan gereja yang pertama dan utama adalah memberitakan Injil Yesus Kristus kepada dunia ini dan seluruh makhluk yang ada didalamnya (band. Mark 15:16). Pemberitaan Injil dilaksanakan dalam tiga aspek, yakni: Koinonia (persekutuan), Martyria (kesaksian) dan Diakonia (pelayanan). Dan dalam perkembangan selanjutnya ditambah aspek ke empat, yaitu: Didache (pembinaan dan pendidikan). Dalam dimensi keempat inilah tercakup materi Katekisasi. Hal ini berarti bahwa gereja mempunyai tugas dan panggilan yang mencakup pula katekisasi gerejawi yang merupakan pelayanan yang tetap ada selama gereja berada di dunia ini.
                Akan tetapi sayangnya banyak gereja yang kurang memberikan perhatian yang serius dalam bidang Katekisasi ini. Padahal sangat jelas bahwa Katekisasi Gerejawi bukanlah pelayanan sampingan dari gereja, tetapi merupakan pelayanan pokok  dan mempunyai fungsi yang mendasar dari gereja. Katekisasi merupakan pelayanan yang gereja terima dari Tuhan Yesus sendiri.
Dan oleh pengakuan ini  Katekisasi ditempatkan  dalam satu kerangka yang luas yaitu kerangka Gereja sebagai “Persekutuan Mengajar”. Gereja tidak saja terpanggil untuk memberitakan Firman, melayani sakramen babtisan dan perjamuan kudus, menggembalakan anggota-anggota jemaat, tetapi juga mengajar dan membina anggota-anggotanya terutama mereka yang masih muda.
Gereja yang tidak mengajar dan membina anggota-anggotanya , sebenarnya bukanlah gereja, sebab gereja tidak melaksanakan tugas dan panggilannya yang telah dipercayakan Tuhan Yesus bagi gereja.

Rangkuman
                Katekisasi yang kita kenal dalam gereja-gereja sekarang bersal dari jemaat-jemaat purba yang mengambil alih pengajaran (bimbingan) di jaman PL di kalangan Yahudi. Untuk penngertian istilah katekisasi PB memakai beberapa kata: Katekhein, Didaskein, Ginoskein, Manthanein, Paideuein. Kelima kata ini pada hakikatnya menunjukkan pada satu pengertian yakni: Mengajar atau member pengajaran secara lisan.
Tugas dan panggilan gereja yang  utama adalah memberitakan Injil Yesus Kristus kepada dunia ini dan seluruh makhluk yang didalamnya (Mark 16:15) Dan Injil ini diberitakan dalam tiga aspek: Koinonia (persekutuan) Martyria (Kesaksian) Diakonia (pelayanan. Disamping ketiga aspek tersebut ada aspek yang lain yakni Didache (ajaran ke-12 rasul Tuhan Yesus) yang pada dewasa ini diartikan dengan pembinaan dan pendidikan. Dan dalam aspek Didache ini bidang Katekisasi tercakup didalamnya.
KATEKISASI DAN AMANAT AGUNG TUHAN YESUS
SERTA JENIS-JENIS KATEKISASI

Katekisasi dan Amanat Agung Tuhan Yesus
                Seperti telah diuraikan didepan bahwa katekisasi  gerejawi adalah pelayanan yang dipercayakan Yesus Kristus kepada gereja-gereja di dunia. Dasar kepercayaan ini adalah Matius 28:19-20 secara khusus yang menekankan pada kata “ajarlah”. Kata mengajar erat kaitannya dengan tugas pemberitaan (Matius 28: 19) dan juga dengan membabtis.
Matius 28:19-20 yang dikenal sebagai Amanat Agung Tuhan Yesus dilaksanakan gereja dalam tiga hal: Pemberitaan, Babtisan dan Pengajaran. Salah satu bentuk pengajaran gereja adalah Katekisasi. Oleh karena itu pengajaran Katekisasi oleh gereja erat kaitannya dengan Amanat Agung Tuhan Yesus.
Tanpa pendidikan dan pengajaran tidak mungkin ada pengikut atau murid dari seorang guru. Dan Yesus adalah Guru atau Rabi yang Agung. Ia melaksanakan pendidikan dan pengajaran sedemikian rupa sehingga banyak orang menjadi pengikut dan muridNya. Menjadi murid berarti melakukan segala sesuatu yang diperintahkan guru.

Jenis-jenis Katekisasi
                Ada tiga jenis katekisasi gereja yang dibicarakan dalam bagian ini, Yaitu:
1.       Katekisasi Keluarga (Catechization-domectica)
Menurut kesaksian PL, keluarga (Rumah Tangga) adalah tempat yang mula-mula, dimana pendidikan dan bimbingan agama diberikan, dan orang tua berperan sebagai pendidik yang pertama. Pada waktu-waktu tertentu, ayah sebagai kepala keluarga mengumpulkan anak-anaknya dan anak-anak lain yang tergolong keluarga untuk memberikan kepada mereka pengajaran tentang Hukum-hukum Allah (band. Ul 6:20-25; Maz 78:1-11; Kel 12: 26-27; Kel 13:14) Pengajaran dalam keluarga ini adalah “bentuk purba” dari pelayanan Katekisasi: pemberitaan tentang perbuatan-perbuatan Allah yang besar. Pengajaran berlangsung secara lisan dalam keluarga-keluarga orang Israel (Yahudi). Dapat dikatakan bahwa Katekisasi keluarga menempati tempat yang penting dalam gereja Purba yang sedang tumbuh pada waktu itu.
Gereja tahu bahwa ia mempunyai tugas mengajar anggota-anggotanya, tetapi tugas tersebut dipahami sebagai tugas disamping dan dalam lanjutan dari tugas para orang tua di rumah. Gereja tidak mengambil alih peranan orang tua, tetapi mengokohkannya dan terus membangun katekisasinya diatas dasar ketekisasi keluarga.
Peranan dan fungsi orang tua sebagai pendidik pertama dalam katekisasi keluarga dibenarkan dan dipertegas pada jaman reformasi gereja. Menurut paham para reformator, khususnya Yohanes Calvin, katekisasi adalah pertama-tama tugas keluarga. Dasar pandangan reformasi ini adalah Perjanjian Allah sebagaimana dikatakan dalam litirgi Baptisan Kudus.
Dalam gereja-gereja kita di Indonesia, jenis katekisasi ini tidak kita kenal. Yang kita kenal adalah pembacaan Alkitab dan doa pada waktu makan, walau pelaksanaannya tidak merata dalam semua keluarga Kristen.
Untuk melaksanakannya dimasa kini dan masa mendatang, gereja harus memikirkan bagaimana cara, bentuk, materi serta metode yang cocok sehingga pelaksanaannya mulus dan berhasil guna.

2.       Ketekisasi Sekolah
Diuraikan didepan bahwa sekitar permulaan abad pertama rupanya telah ada sekolah-sekolah yang didirikan oleh jemaat-jemaat Yahudi, dimana anak-anak kecil berusia 6-7 tahun mendapatkan pengajaran dari para guru Torah.
Tekanan utama dari pengajaran tersebut adalah pengetahuan tentang Torah. Pengetahuan ini terdiri dari: pembacaan dan penghafalan nas Torah secara harfiah. Pengajaran ini diajarkan  di Beth-ha-sefer (Rumah Buku)Dan pengajaran yang lebih tinggi diberikan di Beth-ha-medrasy (Rumah Pengajaran) dan tujuannya bukan saja untuk membaca dan menghafal nas Torah tetapi juga untuk mengetahui arti dan maknanya.
Pada tahun-tahun pertama dari sejarah gereja, kita tidak mendengar apa-apa dari sekolah yang demikian untuk para pengikut Kristus. Barulah pada abad-abad pertengahan muncul lagi sekolah-sekolah yang memuat katekisasi dalam kurikulumnya.
Adanya sekolah-sekolah ini disetujui oleh Yohanes Calvin. Sebab menurut dia manfaat dari sekolah-sekolah ini adalah untuk mendidik orang-orang muda supaya mereka dalam hidupnya dapat bertindak secara bertanggung jawab  menurut Firman Allah. Untuk itu perlu ada guru-guru yang baik dan beriman yakni guru-guru yang saleh yang hidupnya dapat menjadi teladan bagi para murid-muridnya.
Dalam sekolah yang bersifat reformatis ini Alkitab mendapat tempat yang sentral, selain buku-buku katekismus dan Mazmur-mazmur Raja Daud. Dan reformator Marthin Luther sependapat dengan Calvin menganai sekolah-sekolah ini.
Paham reformatis ini kemudian masuk ke Indonesia melalui pendeta-pendeta zending. Dan perkembangan selanjutnya mencatat bahwa pengajaran agama di sekolah dianggap sebagai “pesemaian” dari katekisasi gerejawi. Oleh karena itu kedua pengajaran ini, baik di sekolah dan di gereja, sangat erat kaitannya.
Keadaan ini mengalami perubahan waktu terjadi perpisahan antara gereja dan Negara (di Belanda) yang membawa akibat di Indonesia. Pada waktu itu pelajaran agama (kini PAK) diberikan disekolah-sekolah  Kristen. Tetapi  pada saat ini pengajaran agama (PAK) sudah diberikan mulai dari taman kanak-kanak sampai di Perguruan Tinggi. Dan untuk maksud itulah jurusan PAK dibuka pada beberapa Sekolah Teologia di Indonesia guna mempersiapkan calon-calon Guru agama Kristen guna memberikan pengajaran agama Kristen di sekolah-sekolah baik Sekolah Negeri maupun swasta.

3.       Katekisasi Gereja (Catechization-Ecclessiastica)
Katekisasi gereja sudah dikenal di jaman Gereja Purba dalam pertemuan-pertemuan atau ibadah-ibadah (band. Kis 2:41; 8:38; 16:33). Mula-mula isi pengajaran tersebut sangat sederhana. Yaitu hanya terdiri dari Pengakuan Iman yang sangat pendek: “Yesus adalah Tuhan”, bimbingan etis (band. Ibr 6:1-2) dan doa (band. Mat 6:9-13)
Dalam abad-abad pertama Katekisasi Gerejawi  makin berkembang dan memperoleh bentuk-bentuk tertentu seperti Katekumenant (masa persiapan atau masa pendidikan bagi para calon babtisan)
Secara kasar Katekumenant Gereja Purba terdiri dari dua bagian atau tingkat, yaitu: bagian atau tingkat katekumen-katekumen (pengingut katekumen) dan bagian dari tingkat calon-calon babtisan. Dalam abad-abad pertengahan, Katekisasi Gereja mengalami kemerosotan yang mencapai puncaknya pada abad 15.
Akan tetapi pada abad reformasi, katekisasi gereja mengalami perubahan dan perbaikan yang menggembirakan. Sebab pada waktu itu oleh para reformator, katekisasi diterima sebagai lembaga pengajaran tersendiri untuk para anak-anak muda.
Khotbah-khotbah katekinus memainkan peranan penting sebagai bagian dari pendidikan gerejawi kepada anak-anak muda. Khotbah-khotbah tersebut sesuai dengan pendapat Calvin, biasanya diadakan pada hari Minggu sore sebagai suatu “kumum”. Selanjutnya dengan perantaraan Gereja Hervormd di Belanda, Katekisasi Gereja dalam bentuk ini diperkenalkan dan digunakan dalam jemaat-jemaat di Indonesia, walaupun situasinya sangat berbeda. Tetapi walaupun ada perbedaan situasi, tetapi khotbah katekisus-katekisus itu diberikan dalam jemaat-jemaat di Indonesia.
Setelah gereja-gereja di Indonesia berdiri sendiri, bidang katekisasi ini mendapat tempat tersendiri dalam pelayanan gereja sampai saat ini. Dan gereja-gereja terus bergumul mencari bentuk, isi dan cara-cara terbaik yang cocok dengan kebutuhan anggota jemaat yang hidup dalam jaman yang semakin modern, baik dalam era globalisasi maupun dalam era oikumenis.
Mengahadapi perkembangan pada abad 21 mendatang, gereja Katolik telah berhasil menyusun buku Katekisasi yang diberi nama “Katekinus Universal”. Dan semoga gereja-gereja anggota PGI dapat menyusun buku “Katekismus Oikumenis” yang dapat dipakai oleh gereja-gereja anggotanya.


PENGAJARAN TERHADAP ANGGOTA JEMAAT

Dasar Alkitabiah
                Dasar pengajaran terhadap anggota jemaat dalam rangka Ketekisasi  ialah Matius 28:19-20. Dan bertolak dari ayat tersebut maka gereja melaksanakan pendidikan dan pengajaran bagi semua anggota-anggotanya, mulai dari anak-anak sampai dengan orang dewasa.
Semua pengajaran yang diberikan kepada semua anggota-anggota gereja itu tentu saja terarah pada maksud dan tujuan katekisasi yang mau dicapai oleh gereja. Dalam rangka dan kerangka itu, ada beberapa unsure penting yang apatut diperhatikan dalam katekisasi  gerejawi, yaitu: tenaga katekit, sarana atau fasilitas, perpustakaan, dana, tempat dan waktu. Tanpa memperhatikan unsure-unsur penting ini, maka tujuan atau maksud katekisasi gerejawi tidak akan tercapai seperti yang diharapkan.

Tenaga Katekit (Pemberi Katekisasi)
Dijaman Gereja Purba , ada sekolah khusus untuk para Katekit ini, tetapi setelah adanya pendidikan Teologia lewat lembaga-lembaga pendidikan Teologia yang didirikan gereja , maka persiapan tenaga-tenaga Katekit tersebut ditampung di sekolah-sekolah Teologia itu. Sayangnya pada umumnya pendidikan Teologi tersebut bersifat umum, maka persiapan khusus untuk para tenaga Katekit pada umumnya sangat terbatas. Ini terjadi pada gereja-gereja Protestan. Sedang di Gereja Roma Katolik , ada pendidikan khusus untuk para Katekit ini.
Maka untuk mencapai maksud dan tujuan Katekisasi Gerejawi yang baik, perlu dipikirkan untuk gereja-gereja yang beraliran Protestan untuk membuka jurusan atau pendidikan khusus bagi para calon Katekit tersebut, sehingga benar-benar mereka diperlengkapi dengan sebaik-baiknya untuk dapat mengajar anggota-anggota jemaat guna mencapai tingkat yang diharapkan (band. Ef 4:13-15)

Sarana Dan Fasilitas
Sarana atau fasilitas berupa gedung khusus untuk Katekisasi Gerejawi yang dilengkapi dengan berbagai sarana pendidikan katekisasi ini perlu disediakan gereja bila mau mencapai maksud dan tujuan Katekisasi dengan baik. Alat-alat peraga dalam berbagai bentuk dan corak perlu disediakan sehingga dapat membantu para katekit maupun katekisan (pengikut katekisasi) mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kenyataannya, masih banyak gereja-gereja kita yang kurang atau tidak memperhatikan unsur ini, sehingga proses belajar mengajar dalam kelas ketekisasi itu berjalan secara tradisional saja.

Perpustakaan
Ketekisasi gerejawi yang tidak ditunjang dengan perpustakaan yang memadai, tidak dapat diharapkan mutunya dengan baik. Sebab dengan adanya perpustakaan yang cukup menyediakan buku-buku bacaan bagi para anggota-anggota jemaat pada umumnya dan pengikut katekisasi pada khususnya, maka wawasan dan pengetahuan peserta katekisasi dan para anggota jemaat itu akan terus bertambah luas.

Dana atau Biaya
Pendidikan pada umumnya merupakan hal yang paling mahal. Juga Katekisasi sebagai suatu bentuk pendidikan formalgerejawi. Hal itu berarti dana atau biaya untuk pengajaran terhadap anggota-anggota jemaat perlu disediakan dalam anggaran jemaat.
Dengan adanya dana atau biaya tersebut, semua sarana atau fasilitas perpustakaan dan berbagai kebutuhan serta perlengkapan lainnya dapat disediakan sesuai kebutuhan nyata dalam proses katekisasi. Sayang sekali bahwa kebanyakan gereja di Indonesia belum berfikir secara serius terhadap masalah dana atau biaya bagi proses pengajaran terhadap anggota-anggota jemaat pada umumnya dan katekisasi pada khususnya.

Tempat
Pada umumnya tempat yang dipakai dalam katekisasi adalah gedung gereja. Kelemahan dan penggunaan gedung gereja ialah bahwa para peserta katekisasi khususnya yang masih bersekolah tidak merasakan adanya perbedaan suasana anatara gedung sekolah dari hari Senin sampai Sabtu dengan gedung gereja pada hari Katekisasi.
Juga cara duduk tidak ada perbedaan antara cara duduk di ruang sekolah dengan di ruang gereja, yakni berjajar kebelakang. Padahal apabila kita belajar dari jaman Tuhan Yesus, bahwa Ia tidak terbatas di Bait Allah atau di sinagoge-sinagoge, tetapi terkadang di tepi pantai, diatas bukit atau tempat-tempat terbuka lainnya.
Di jaman reformasi, baik Martin Luther maupun Yohanes Calvin mengenal tiga tempat untuk berkatekisasi, yaitu Rumah (keluarga), Sekolah, dan gereja. Kenyataannya dua tempat yang dipakai secara teratur yakni Sekolah dan Gereja. Sedangkan rumah (keluarga) yang sebenarnya merupakan tempat yang pertama dan utama, tidak berfungsi. Akibatnya kenakalan remaja dan pemuda semakin menjadi-jadi di jaman modern ini, karena pendidikan agama di lingkungan rumah tidak menunjang.
Tugas dan tanggung jawab gereja pada saat ini adalah membina dan mempersiapkan para orang tua untuk melaksanakan fungsi dan tanggung jawab mereka sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anaknya, disamping yang diterima disekolah maupun gereja.

Waktu
Unsur  waktu inipun merupakan masalah dalam katekisasi gerejawi dalam gereja-gereja di Indonesia. Ada yang mengikuti ketentuanwaktu di jaman Gereja Purba, yaitu antara 2-3 tahun, tetapi ada yang hanya satu tahun atau kurang dari satu tahun karena berbagai sebab dan alasan.
Waktu ini bisa menjadi lebih pendek bilamana pengajaran diberikan baik di rumah maupun di sekolah, termasuk pengajaran yang diberikan pada Sekolah minggu sampai remaja. Sehingga maksud dantujuan katekisasi ini dapat dicapai dengan sebaik-baiknya.


MATERI-MATERI KATEKISASI

Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) sejak tahun 1980 telah berusaha menyusun satu kurikulum katekisasi yang bersifat oikumene untuk dapat dipakai gereja anggota-anggotanya, tetapi  karena usaha ini belum berhasil dengan baik maka gereja anggota telah menyusun kurikulumnya sendiri untuk dipaka dalam lingkungannya sambil menantikan hasil dari PGI tersebut.
Walaupun PGI belum berhasil menyusun satu kurikulum katekisasi yang sifat oikumenis, maka dalam rangka pemahaman bersama iman Kristen di Indonesia, telah disepakati pokok-pokok iman kristiani sebaga berikut:
1.       Tuhan Allah
2.       Penciptaan dan pemeliharaan
3.       Manusia
4.       Penyelamatan
5.       Kerajaan Allah dan hidup baru
6.       Gereja
7.       Alkitab
Ketujuh pokok-pokok iman ini dapat dimasukkan kedalam kurikulum katekisasi dari setiap gereja anggota PGI, sehingga ada keseragaman pemahaman tentang iman kristiani di Indonesia.
Banyak gereja-gereja di Indonesia khususnya anggota PGI sudah menyusun kurikulum katekisasinya masing-masing. Sebagai contoh dapat disebutkan beberapa diantaranya:
1.       GKI Jawa Tengah buku katekisasinya diberi nama: Tumbuh Dalam Kristus
2.       GKJ Jawa Tengah buku katekisasinya diberi nama: Berkumpul Disekitar Kristus
3.       GKI Irian Jaya buku katerkisasinya diberi nama: Effata
4.       Dewan Gereja-gereja Sulawesi Utara dan Tenggara, dan persekutuan Gereja-gereja di Sulawesi Tengah, buku katekisasinya diberi nama: Berjalan Bersama
5.       GPM Ambon buku katekisasinya diberi nama: Menguak Tabir Katekisasi


POKOK-POKOK KEPERCAYAAN

Tuhan Allah
                Pokok pertama dari pengakuan iman rasuli adalah pengakuan terhadap Tuhan Allah terhadap Bapa dan Khalik dan Bumi. Sebab Ia tidak hanya khalik atau pencipta tetapi juga sebagai pemelihara dan pelindung sepanjang jaman.
Setelah manusia dan seluruh alam semesta jatuh kedalam dosa, Ia menyatakan diri kepada manusia sebagai Allah Perjanjian (band. Kejadian 12) Isi Perjanjian (Berith) itu adalah: Tanah, Keturunan, dan Berkat.
Berdasarkan perjanjianNya ini, Allah terus bertindak dan membuat rencana untuk menyelamatkan umat manusia dari kuasa dan cengkeraman dosa dan maut. Rencana penyelamatan Allah ini dilaksanakan lewat PerjanjianNya kepada Abraham dan keturunannya Ishak, Yakub dan umat Israel keturunan Yakub. Rencana penyelamatan Allah ini akhirnya bermuara pada diri Yesus Kristus, anak Allah yang hidup.
                Dalam hubungan dengan ketritunggalan Allah, maka perlu dijelaskan bahwa: ketritunggalan Allah erat kaitannya dengan tiga kali Allah menyatakan diriNya kepada manusia sebagai penolong dan penghibur (Allah Roh Kudus)
Yang menunjukkan arti keesaan Allah adalah kata “Allah” dalam ketiga sebutan: Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh kudus.
Jadi tidak ada tiga Allah atau tiga oknum ke-Allah dalam pemahaman iman Kristen seperti yang seringkali dipersoalkan oleh penganut-penganut agama di luar Kristen.

Penciptaan
Kejadian 1 dan 2 memuat kisah lengkap tentang proses penciptaan langit dan bumi serta seluruh isinya, termasuk manusia pertama dam dan Hawa serta keturunannya dikemudian hari. Keturunan demi keturunan dari umat manusia terus dikuasai dan dicengkeram dosa yang mengakibatkan kematian pada akhirnya.
Dalam urutan buku-buku dalam alkitab, buku Kejadian menempati urutan yang pertama. Padahal yang menempati urutan yang pertama adalah buku Keluaran. Sebab berdasarkan pengalaman peristiwa keluaran (exodus) dari tanah Mesir itulah umat Israel mengetahui dan meyakini bahwa Allah Abraham, Ishak dan Yakub para leluhur mereka yang disebut “Yahwe” itulah yang telah menciptakan langit dan bumi beserta isinya. Sehingga semua ciptaan takluk kepadaNya (Laut Teberau, Manna, Burung puyuh, ketuk batu karang keluar air, Belukar terbakar tanpa hangus, dan berbagai tanda ajaib lainnya).
Setelah Israek menduduki tanah Kanaan sebagai tanah yang dijanjikan oleh Yahwe kepada leluhur mereka, maka pengalaman exodus ini diceritakan secara lisan dan kemudian secara tertulis.
Hasil pembukuan cerita-cerita lisan seputar kejadian-kejadian selama perjalanan dari tanah Mesir ke tanah kanaan itulah yang menjadi buku pertama dan disebut dengan Kejadian.
                Kita telah mengetahui sejak Sekolah Minggu bahwa Allah menciptakan langit dan bumi ini serta seluruh isinya (termasuk manusia) dalam tempo enam hari, dan pada hari ke tujuh Allah beristirahat. Dan semua yang telah diciptakanNya dilihat oleh Allah amat baik (Kej 1:31) artinya Allah telah menciptakan segala sesuatu secara lengkap dan sempurna, baik fauna, flora dan manusia. Segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah tersebut atas kuasa FirmanNya. Jadi tidak ada bahan atau benda yang darimananya Allah menciptakan semua itu. Proses penciptaan tanpa bahan inilah yang disebut dengan istilah “creatio exnihilo”, artinya menciptakan tanpa menggunakan sesuatu, menciptakan dari yang tidak ada.
                Walaupun dikemudian hari dosa telah merusak ciptaan dan juga manusia, namun Allah telah melanjutkan pekerjaan penciptaanNya dalam arti terus memimpin, memelihara dan melindungi manusia dan dunia ini agar tidak binasa oleh kuasa dosa.
Penciptaan yang terus berlangsung inilah yang lazim di sebut “creation continua”. Dan ketika Kristus dating ke dunia, semua ciptaan itu menjadi baru, khususnya manusia (band. 2 Kor 5:17)

Manusia
                Menurut kesaksian alkitab (band. Kej 1 dan 2) manusia diciptakan menurut Gambar dan Rupa Allah. Pengertian segambar dan serupa dengan Allah ini menunjuk pada relasi atau hubungan khusus antara Allah dan manusia. Jadi tidak seperti relasi atau hubungan makhluk lainnya dengan Allah.
Adanya hubungan khusus ini, manusia dapat menjawab kepada Allah, apabila Allah memanggil atau bertanya kepadanya (band. Kej 3:9-13). Dengan demikian jelas bagi kita bahwa hubungan itu selalu berkaitan dengan tanggung jawab. Dalam memberikan jawab dan pertanggungjawabannya, manusia itu berada dalam kebebasan tetapi dalam ikatan kasih dengan Allah yang adalah kasih itu sendiri (band. 1 Yoh 4:16). Manusia itu dijadikan laki-laki dan perempuan yang merupakan penolong bagi laki-laki yang sepadan dengan dia. Perempuan itu menjadi kawan hidup, seorang partner, walaupun tidak sama benar dengan sang laki-laki, tetapi yang dijadikan begitu rupa, sehingga keduanya merupakan manusia yang lengkap, manusia yang komplit.
                Kejadian 3-11 menjelaskan kejatuhan manusia kedalam dosa dengan segala akibatnya yang mengerikan. Kejahatan mulai merajalela dalam kendali dosa yang akibatnya membawa pada kematian. Manusia dan keturunannya terus dipengaruhi bahkan dikuasai dosa sedemikian rupa sehingga manusia itu tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri dengan kut kuasanya sendiri. Manusia semakin jatuh kedalam jurang kebinasaan akibat pengaruh dosa itu. Akan tetapi Allah telah menyelamatkan manusia itu oleh Yesus Kristus lewat kelahiran, sengsara, kematian dan kebangkitanNya (band. Roma 7:24-25)
Tanpa Yesus Kristus manusia tidak mempunyai arti apa-apa dan tidak akan menjadi kawan sekerja Allah di dunia ini (band. 1 Kor 3:16). Didalam Yesus Kristus, arti segambar dan serupa dengan Allah dipulihkan dan kembali menjadi baru.

Yesus Kristus
                Yesus kristus adalah tokoh yang mempunyai 2 sifat, yaitu sifat ilahi (ke-Allah-an) dan sifat insane (ke-manusia-an). Kedua sifat inilah yang membuat dia sanggup menderita bagi keselamatan manusia. Ia adalah Anak Allah yang tunggal yang lahir dari kandungan perawan Maria oleh kuat kuasa Roh kudus. Dan Alkitab Perjanjian Baru menyaksikan kebenaran ini (khususnya kitab-kitab Injil) disamping surat-surat yang lain dalam Perjanjian Baru.
                Tokoh Yesus kristus ini begitu sentral dalam seluruh isi dan kesaksian Alkitab, dank arena itu banyak gelar yang diberian kepadaNya, Misal: Gembala yang baik, Pokok anggur yang benar, Raja diatas segala Raja, pengantin laki-laki, batu penjuru, Anak Domba Allah, dan banyak gelar atau sebutan lainnya. Dan setiap gelar erat kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan BapaNya di surge untuk dilaksanakan demi keselamatan umat manusia dari kuasa dosa. Sebab itu Ia digelari juga sebagai Juru Selamat dan penebus dosa umat manusia dan dunia ini.
                Dia kini sedang berada dalam kerajaanNya  (Surga), dan pada waktu yang ditentukan BapaNya, Ia akan dating kembali kedunia sebagai Hakim yang benar untuk mengadakan penghakiman dan penghukuman terakhir baik bagi yang telah mati maupun yang masih hidup. Disaat itulah setiap manusia mempertanggung-jawabkan perbuatannya selama mereka hidup didunia ini.

Roh Kudus
                Roh Kudus merupakan perwujudan nyata dari penytaan diri Allah sebagai penolong dan penghibur (band. Yohanes 14:15-31; 16:4b-15). Ketika Yesus Kristus naik ke surga, Ia berjanji pada murid-muridNya bahwa Ia akan mengirim seorang Penolong dan Pembimbing untuk menyertai mereka selama bersaksi diduni sampai Ia dating kembali.
                JanjiNya itu telah digenapi dalam peristiwa Pentakosta (Kis 2:1-13). Dan setelah para murid menerima Roh Kudus dan kuasa dari Yesus Kristus, mereka berani melaksanakan misi mereka, yakni sambil berpencar mereka memberitakan  Injil Yesus Kristus. Hasil pekerjaan para murid inilah yang telah melahirkan gereja Yesus kristus di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
                Roh Kudus ini tidak kelihatan, tetapi buatNya dapat dinampakkan dalam hidup dan kegiatan manusia percaya (band. Gal 5:22-26; Rom 8:1-17) Dan Roh Kudus (Roh Allah) ada dalam setiap orang percaya yang digambarkan oleh Rasul Paulus sebagai Bait allah (band. 1 Kor 3:16)
Roh Kudus inilah yang mengarahkan dan memimpin Gereja Kristus dalam tugas-tugas kesaksian dan pelayanannya didunia dalam rangka dan kerangka mendirikan tanda-tanda Kerajaan Allah, yaitu Syalom yang dikidung dalam Mazmur 85:11-14.
Tanpa Roh Kudus gereja akan sesat di dunia ini. Tanpa Roh Kudus dan kuasaNya orang-orang percaya kepada Yesus Kristus tidak dapat melaksanakan misinya dengan baik dan benar di dunia ini.

Gereja
                Gereja lahir di dunia ini karena pekerjaan Roh Kudus melalui pekerjaan dan kesaksian para murid Yesus Kristus. Gereja diibaratkan sebagai Tubuh Kristus (band. 1 Kor 12:14-16) dan berbagai ibarat atau kiasan lainnya yang dapat kit abaca pada kitab Perjanjian Baru.
Gereja menjalankan misinya di dunia ini berdasarkan perintah Tuhan dan kepalanya, yaitu Yesus Kristus (band. Mat 28:19-20; Mark 16:15-20; Kis 1:8,dll)
Gereja memberitakan Injil yesus Kristus dalam 3 aspek, Yaitu: Koinonia (Persekutuan), Martyria (Kesaksian) dan Diakonia (Pelayanan).
Dan dalam melaksanakan misinya gereja hendaknyamerupakan satu kesatuan seperti yang didoakan Tuhan Yesus dalam Yohanes 17:21 “Supaya semua menjadi satu…”
Proses keesaan gereja inilah yang sedang berlangsung di abad ini, sehingga abad ini oleh gereja disebut sebagai abad oikumene.
                 Keesaan gereja bukanlah semata-mata usaha dan upaya manusia, tetapi adalah urusan Yesus Kristus yang menjadi Kepala dan Tuhan atas gereja. Sebab itu gereja-gereja dalam upaya dan usaha menyatakan keesaan didunia ini, khususnya di Indonesia, harus selalu berdoa agar pada waktunya , Yesus menggenapi doaNya dalam Yohanes 17:21. Yaitu agar dunia percaya bahwa Ia yang diutus BapaNya untuk menyelamatkan dunia ini dari segala macam kuasa dan pengaruh dosa atas umat manusia.

Dunia
                Menurut kesaksian Alkitab, khususnya Kejadian 1 dan 2, dunia ini dan seluruh isinya merupakan ciptaan allah sebagai khaliknya. Itu berarti dunia ini tak dapat dipisahkan dari khaliknya, yaitu Tuhan Allah. Sebab ketika dunia dan isinya jatuh ke dalam dosa, maka Allah sangat mengasihinyasehingga Ia rela mengorbankan AnakNya yang tunggal Yesus Kristus dating ke dunia ini agar setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (band. Yoh 3:16)
                Dunia ini adalah milik Allah dan sebab itu Allah terus menjaga dan memelihara serta melindungi agar tidak rusak oleh kuasa dan pengaruh dosa yang masih merajalela sampai sekarang. Allah akan terus bersama dengan kedatangan Yesus Kristus pada kali kedua.
Dunia dan juga gereja sedang berada dalam masa penantian kedatangan Yesus Kristus. Dan waktunya tidak seorangpun yang tahu (termasuk Yesus) kecuali Bapa yang di surge (band. 1 Tes 5:1-11; 2 Pet 3:10-14)

Akhir Jaman
                Pokok terakhir dari uraian ini adalah tentang akhir jaman atau masa depan (eskatologi). Masa depan ini eratkaitannya dengan kedatangan Tuhan Yesus pada kali ke dua (Parosia) seperti yang diuraikan diatas.
Pada saat itu akan dilakukan penghakiman dan penghukuman terakhir bagi seluruh manusia, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dan tanpa kecuali.
Sebab itu dalam masa penantian ini setiap orang hendaknya mempersiapkan diri dalam pertanggungjawabannya selama hidup didunia, agar pada saatnya ketika ia dipanggil, ia sudah mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Maklumlah bahwa hukuman di akhir jaman itu sangat mengerikan (band. Mat 25:30-46). Banyak dosa telah kita buat selama hidup didunia ini, maka wajarlah bila Allah Bapa meminta kejujuran kita untuk memepertanggungjawabkan semua itu dihadapan Hakim yang benar, yaitu Yesus Kristus, anakNya yang tunggal tuhan kita.
                Kita sedang menantikan pula tibanya langit dan bumi baru dan juga Yerusalem Baru (bandingkan ukuran kota ini dalam Wahyu 21:16) sebagaimana disaksikan oleh rasul Yohanes dalam surat Wahyu 20:11 – 22:17. Alangkah bahagianya apabila kita nanti menjadi warga atau penghuni Yerusalem Baru.

No comments:

Post a Comment