Thursday, April 23, 2015

PARA WANITA DALAM PERISTIWA KEBANGKITAN


PARA WANITA DALAM PERISTIWA KEBANGKITAN
Markus 16:1-8; 1 Korintus 15:3-4

Di dalam Alkitab, kaum wanita memang sudah lama hidup dalam masyarakat patriarkhal karena umumnya mereka tinggal di lingkungan rumah atau keluarga yang seringkali mendapat perlindungan dari ayah, suami atau laki-laki lain dalam keluarga tersebut, kecuali beberapa wanita yang mampu menjadi pemimpin.
Banyak pandangan atau pendapat yang mengatakan bahwa dalam Perjanjian Lama kedudukan seorang perempuan dianggap kurang penting dan kurang diperhitungkan keberadaannya. Hal ini nampak pada bentuk kemasyarakatan dalam tradisi dan budaya Israel yang menganut system/hubungan kekeluargaan. Sistem/hubungan kekeluargaan ini dipelihara dalam bentuk silsilah. Silsilah ini tidak hanya menggambarkan hubungan darah, tetapi juga hubungan ekonomi, status sosial, dan kekuasaan yang dapat terlihat di dalam satu kelompok/suku.
Seorang ayah atau laki-laki dewasa juga sangat berperan untuk maju berperang demi melindungi negerinya dan keluarganya, sehingga dalam kebudayaan Israel, ayah atau laki-laki dewasa memiliki peranan yang sangat penting.

Akan tetapi di dalam masa pelayanan Tuhan Yesus, Tuhan Yesus seringkali bertemu dan berbicara dengan beberapa wanita sedemikian akrabnya, seperti halnya pada wanita Samaria di sumur Yakub yang akhirnya wanita tersebut menjadi saksi bagi banyak orang, khususnya di kota Samaria itu (Yoh 4:1-42). Tatkala seorang wanita yang tertangkap sedang berzinah dihadapkan kepadaNya, dengan lemah lembut Ia berkata kepadanya dan tidak menghukumnya (Yoh 8:1-11). Pada kesempatan lain, Tuhan Yesus mengizinkan seorang pelacur mendatangiNya ketika Ia sedang makan untuk membasahi kaki-Nya dengan air matanya, menyeka dengan rambutnya dan mencium kaki-Nya (Luk 7:36-50). Pada saat Ia bergumul menghadapi kematian, seorang wanita datang mengurapi-Nya dengan minyak narwastu. Para wanita juga yang berani berada dekat dengan Dia ketika dipaku di atas kayu salib dan mereka menyaksikan kematian-Nya. Mereka tidak pernah menyangkal Yesus, melainkan terus menyertai Yesus hingga Ia mati dan mayat-Nya diletakkan dalam lubang kubur. Selama kehidupan-Nya, Tuhan Yesus telah memperlihatkan sikap yang terbuka terhadap kaum wanita sama seperti kepada kaum pria.

Dalam peristiwa kebangkitan Kristus yang dikatakan oleh rasul Paulus didalam 1 Korintus 15:3-4 sebagai “hal yang sangat penting” dalam iman kristen, karena melalui penderitaan, kematian, dan kebangkitan Kristus inilah orang percaya telah dilepaskan dari kuasa dosa dan dari murka Allah. Dan kebangkitan Kristus memberikan jaminan serta pengharapan iman bagi orang percaya “Dan jika Kristus tidak dibangkitkan maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu” (1 Kor 15:17).
Disini rasul Paulus menekankan bahwa kematian dan kebangkitan Kristus adalah rangkaian peristiwa yang menjadi inti Injil. Ia mati karena dosa-dosa manusia, dikuburkan dan dibangkitkan pada hari yang ketiga sesuai Kitab Suci (Yes 53:4-6,8,11-12; Hos 6:2; Yun 1:17).
Pada peristiwa kebangkitan Kristus sebagai suatu “hal yang sangat penting” seperti yang dikatakan rasul Paulus itulah ternyata memperlihatkan kepada kita tentang pentingnya peranan wanita.
Ada beberapa wanita yang menjadi saksi mata yang menyaksikan peristiwa kebangkitan itu untuk yang pertama kali. Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus, dan Salome adalah mereka yang pertama kali diberi kepercayaan untuk mewartakan peristiwa kebangkitan Kristus tersebut. Sedangkan para murid Tuhan Yesus yang dianggap sebagai laki-laki yang lebih gagah dan kuat justru digambarkan sebagai orang yang mula-mula kurang percaya dan ragu-ragu terhadap kabar baik tentang kebangkitan Kristus.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam peristiwa kebangkitan Kristus yang disaksikan para wanita itu:

1.Kunjungan para wanita dikubur Yesus.(Markus 16:1-5)
Tujuan para wanita berkunjung ke kubur Yesus adalah untuk meminyaki mayat Yesus sebagai bentuk hormat dan kasih mereka kepadaNya menurut adat/kebiasaan mereka.
Ada satu hal yang mereka cemaskan saat mereka datang kekubur Yesus, "Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?", kata mereka seorang kepada yang lain. Kecemasan dan keluhan itu wajar karena keterbatasan fisik para wanita itu, karena batu penutup lubang kubur sangat besar. Tetapi apa yang mereka anggap sebagai kesulitan justru diselesaikan Allah bagi mereka. Ketika mereka berada dekat dengan kuburan, mereka melihat bahwa batu yang sangat besar itu sudah terguling.
Keterbatasan fisik pada wanita apabila dibandingkan dengan kaum pria inilah yang seringkali membuat wanita “seolah” tidak berdaya dalam keterbatasannya tersebut. Kecemasan yang muncul akibat keterbatasan fisik wanita ini seringkali justru membuat potensi sebenarnya yang ada dalam diri wanita sulit untuk berkembang. Dan yang lebih daripada hal itu, kecemasan dalam diri wanita akan keterbatasannya justru dapat mempersempit ruang gerak iman dan pengharapan kepada Tuhan untuk dapat bertumbuh. Sehingga yang dilihat hanyalah masalah yang ada didepannya dan ketidakberdayaannya dalam menghadapi masalah tersebut. Sehingga kemudian gagal untuk dapat melihat Tuhan dan kuasaNya yang ajaib yang ada dibalik permasalahan yang muncul.
Dalam peristiwa kebangkitan Kristus yang disaksikan oleh para wanita yang datang ke kubur Yesus, kesulitan yang muncul tentang siapa yang akan menggulingkan batu besar penutup kubur Yesus dikerjakan secara sempurna oleh Allah sendiri.

2. Respon terhadap berita dan perintah yang disampaikan malaikat. (Markus 16:7)
Respon para wanita tersebut ketika menyaksikan mayat Yesus sudah tidak ditempatnya dan mereka melihat malaikat Tuhan berdiri disitu adalah takut, gentar dan dahsyat. Hal ini juga menimbulkan ketidakpercayaan serta keragu-raguan. (bdk. Mat 28:17). Tetapi kepada mereka yang sedang diliputi ketakutan dan keraguan tersebut, malaikat Tuhan yang berada dikubur Yesus katakan “Jangan takut!”.
Menjadi saksi bagi peristiwa kebangkitan Kristus diawali dengan penegasan Allah sendiri melalui malaikat-Nya, bahwa Yesus telah bangkit! Namun penegasan itu tidak akan ada artinya bila para wanita itu masih dikuasai oleh rasa ketakutan. Oleh karena itu, "Jangan takut" adalah pernyataan pertama yang paling dibutuhkan oleh orang yang mau menjadi saksi kebangkitan Kristus. Mereka  yang takut, Tuhan berikan penghiburan dan peneguhan untuk memiliki hati yang berani. Dan dengan keberanian yang baru itu, para wanita itu siap menerima kabar baik bahwa Yesus telah bangkit, dan kemudian siap menjadi saksi bagi kebangkitan Kristus.Mereka kemudian menyampaikan berita kebangkitan itu kepada murid-murid laki-laki Yesus, yaitu Petrus dan teman-teman, dan pada akhirnya berita kebangkitan Kristus itu terus tersebar semakin luas dan semakin jauh sampai ke masa kini.

Para wanita memegang peranan penting dalam pelayanan, kehidupan, kematian dan kebangkitan Kristus. Tuhan Yesus tidak mengabaikan peranan para wanita dalam melayani-Nya semasa hidup dan pelayananNya didunia ini. Perempuan yang mengiring pelayanan Tuhan Yesus diberi tempat dan tanggung jawab yang tidak kalah pentingnya dari para murid yang laki-laki.  Di hadapan Allah, perempuan sepadan dengan laki-laki. Artinya, tidak lebih rendah atau lebih tinggi, karena Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam sebagai "penolong yang sepadan" bagi Adam (Kej. 2:18, 21-22). Soli Deo Gloria!