Tuesday, November 4, 2014

ETIKA (2)


Pola berfikir dan bertindak dalam ETIKA

Etika berbicara tentang APA YANG SEHARUSNYA dilakukan oleh manusia. Tentang apa yang BENAR, BAIK, dan TEPAT.
1.       Cara berfikir etis: DEONTOLOGIS
Cara berfikir etis yang mendasarkan diri pada prinsip dan hukum yang berlaku mutlak dalam kondisi apapun. Deontologis hanya berbicara tentang apa yang BENAR dan yang SALAH.
Cara berfikir etis deontologis memberikan pegangan etis yang jelas dan tegas.
Dalam etika Kristen: cara berfikir deontologis adalah cara yang tepat untuk memahami HUKUM ALLAH.
Kelebihan dan kelemahan cara berfikir DEONTOLOGIS:
Ø  KELEBIHAN: Orang tidak perlu bingung menafsirkan yang benar dan yang salah, karena hukumnya jelas.
Ø  Kelemahan: hidup manusia begitu kompleks dan dinamis, sehingga hampir mustahil mempunyai hukum yang jelas dalam setiap kemungkinan.
Misal: Hukum “jangan membunuh”. Bagaimana hukum tsb bisa diterapkan dalam kehidupan manusia yang kompleks dan penuh dengan dinamika.  Misalnya dalam penerapan hukuman mati, perang, membela diri,dll.
ETIKA DEONTOLOGIS jadi terkesan LEGALIS, BEKU dan KAKU. Dalam prakteknya Hukum ini tidak            lagi malayani manusia, tapi sebaliknya manusia melayani hukum. (seperti yang selalu dikritik         Tuhan Yesus pada orang-orang Farisi dan para ahli Taurat)

2.       Cara berfikir etis: TELEOLOGIS
Teleos artinya “tujuan”. Dalam cara berfikir etis Teleologis orang tahu benar mana yang benar dan yang salah. Akan tetapi yang terpenting adalah: tujuan dan akibat
Cara berfikir teleologis tidak berfikir dalam kategori “benar” atau “salah”, tetapi menurut kategori “baik” dan “jahat”. Betapapun salahnya, kalau bertujuan baik dan berakibat baik, maka ia baik. Betapapun benarnya, kalau dilakukan dengan tujuan jahat, maka ia jahat.
Permasalahan dalam cara berfikir TELEOLOGIS
       Tidak ada ukuran yang obyektif yang dapat dipakai untuk menilai suatu tindakan itu sebagai “Baik” atau “Jahat”.
       Menjadi berbahaya apabila dipakai untuk menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
       Bahaya cara berfikir dan bertindak etis teleologis, yaitu sikap hedonism yang berpusat dan bertujuan pada diri sendiri. Apa yang paling baik untuk “saya”, paling gampang untuk “saya”, paling menguntungkan untuk “saya”, tetapi disisi orang lain tindakan yang sama bisa jadi merugikan atau mencelakakan.
Penggabungan Deontologis dan Teleologis
       Tujuan adalah cara yang baik, tetapi juga harus diusahakan dengan cara-cara yang benar.
       Dalam cara berfikir teleologis, aspek-aspek deontologis tidak boleh hilang sama sekali.

3.       Cara berfikir etis KONSTEKTUAL
       Juga disebut sebagai: Etika Tanggung Jawab.
       Cara berfikir konstektual bukanlah berfikir yang secara universal “benar”, atau apa yang secara universal “baik”, tetapi apa yang secara konstektual “bertanggung jawab”.
       Bukan apa yang paling “benar” atau “baik”, tetapi apa yang paling “tepat” pada saat itu.
Cara berfikir KONSTEKTUAL
       Etika konstektual menuntut orang-orang yang bersangkutan mengambil keputusan sendiri: apa yang paling bertanggungjawab dalam keadaan yang khusus itu.
       Tidak ada norma-norma yang berlaku. Semuanya tergantung situasi dan kondisi.
       Cara berfikir yang subyektif. Karena semuanya bergantung pada pertimbangan dan keputusan si pelaku.
Kelemahan cara berfikir Konstektual
       Mudah terjebak dalam etika situasional dan tanpa prinsip. Situasi menjadi pertimbangan pokok.
Bahaya cara berfikir konstektual:
Fungsi etika adalah untuk memberikan pegangan pada manusia mengenai apa yang seharusnya.        Dan apabila semua bergantung pada situasi dan kondisi, maka tidak ada pegangan apa-apa        dalam tindakan etis ini.

Kesimpulan
       Ketiga cara berfikir etis diatas mempunyai kebenarannya sendiri-sendiri. Tetapi juga memiliki keterbatasan sendiri-sendiri.
       Ketiga pilihan etis tersebut bukan untuk dipilih, tetapi untuk dimanfaatkan ketiga-tiganya.
       Setiap tindakan etis yang bertanggungjawab adalah tindakan yang seharusnya BENAR, BAIK, dan TEPAT.
(JAP)

No comments:

Post a Comment