Friday, October 31, 2014

Kekristenan yang dualistik


KEKRISTENAN YANG DUALISTIK

Rom. 12:2 “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”
Ada sebagian orang Kristen yang memisahkan antara kehidupan rohani dengan kehidupan duniawi yang menjadi aktifitas hidup sehari-hari. Karena mereka berfikir bahwa kehidupan rohani terpisah dengan kehidupan sekuler/duniawi.
Sebagai contoh adalah, adanya pendapat umum yang mengatakan bahwa aktifitas kehidupan di gereja dengan pelayanannya adalah rohani, sedangkan sebagian besar waktu yang dihabiskan dalam segala aktifitas hidup dan di dalam pekerjaan sehari-hari itu adalah duniawi/sekuler dan tidak ada kaitannya dengan kehidupan rohani.
Inilah yang disebut dengan kekristenan yang dualistik,  yaitu pemisahan antara hal yang rohani dan yang sekuler. Pemikiran ini membelah hidup menjadi dua bagian yaitu hidup rohani dan hidup duniawi, seolah-oleh keduanya tidak berhubungan. Dan pandangan mereka terhadap Firman Tuhan/Alkitab adalah, apa yang diajarkan di dalam Alkitab hanya berlaku di dalam kehidupan di gereja dan di dalam aktifitas kehidupan rohani saja. Sedangkan untuk kehidupan di luar aktifitas rohani, di mana mereka menghabiskan jauh lebih banyak waktu seperti di dalam bekerja, membina keluarga, sekolah, bermasyarakat dll, semuanya dilakukan dengan kebijaksanaan diri sendiri yang tidak ada hubungannya dengan Alkitab/Firman Tuhan.
Praktek kekristenan yang demikian tidak akan sungguh-sungguh membentuk orang Kristen untuk menemukan arti hidup didalam Tuhan, dan tidak memahami tujuan hidupnya sebagai orang percaya.
Rasul Paulus mengatakan dalam Roma 12:2 mengajarkan “janganlah kita menjadi serupa dengan dunia ini.....”. Ayat ini mengajarkan agar di dalam seluruh hidup orang percaya jangan menjadi duniawi/sekuler, baik dalam aktifitas kehidupan rohani, maupun aktifitas hidup sehari-hari. Atau dengan kata lain jangan biarkan dunia membentuk kita menjadi seperti mereka, tapi kita harus mengembangkan diri kita untuk hidup dalam kehendak Allah, walaupun kita masih tinggal didunia yang fana ini.
Karena pemahaman kekristenan yang dualistik  inilah, maka tidak heran apabila ada orang Kristen yang rajin berjemaat dan tekun mengikuti kegiatan-kegiatan gereja, tetapi praktek hidupnya sehari-hari tidak berbeda dengan orang-orang lain pada umumnya, seperti halnya yang dikatakan rasul Paulus tentang perbuatan “daging”,
Gal. 5:19 “Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, 20. penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, 21. kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu seperti yang telah kubuat dahulu bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.”
Bahkan tidak sedikit orang Kristen yang menganut kekristenan yang dualistik ini kemudian menjadi pelaku-pelaku kejahatan atau kriminal.
Padahal yang sebenarnya adalah, dalam kekristenan selalu membutuhkan aplikasi nilai-nilai kebenaran dalam praktek kehidupan sehari-hari.

Terhadap praktek-praktek kekristenan yang dualistik ini, Alkitab menunjukkan kepada setiap umat Tuhan bagaimana Allah berbicara kepada umatNya melalui FirmanNya.
Ibr. 1:1-2 “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, ....”
Allah telah berinisiatif untuk memperkenalkan diriNya dalam Manusia Yesus Kristus.
Dan manusia tidak perlu mencari Allah, karena hal itu adalah sia-sia. Karena apapun yang dilakukan manusia yang berdosa semuanya menuju kebinasaan.
Dan karena begitu besar kasih Allah pada manusia yang dikasihiNya, maka Allah berkenan mencari manusia dalam diri Yesus Kristus, dan berkarya dalam karya keselamatanNya diatas kayu salib bagi manusia yang berdosa.
Bila Allah telah melangkah sedemikian jauh untuk mencari dan menyelamatkan manusia yang berdosa, Allah mengharapkan jawaban/respon dari manusia melalui iman percaya.
Dan iman percaya memerlukan aplikasinya dalam kehidupan nyata sebagai wujud nyata dari iman, seperti yang dikatakan oleh rasul Yakobus dalam Surat Yakobus 2:17,
“Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.”

Penutup.
Kita sering berpikir bahwa kehidupan rohani yang ada dalam kontrol Tuhan itu hanya sebagian kecil saja yaitu sebatas kegiatan-kegiatan gereja dan pelayanan, sedangkan seluruh hal lainnya di dalam hidup sehari-hari itu adalah urusan kita sendiri dan terlepas dari urusan rohani.
Melalui apa yang telah dipaparkan diatas, bahwa hidup rohani orang Kristen bu­­kanlah yang hi­dup yang dualistik, me­lainkan hidup yang terintegrasi secara to­­tal antara iman dan perbuatan, baik rohani dan juga kehidupan duniawi (aktifitas hidup sehari-hari).
Dan sebagaimana hu­­­bungan dan sikap kita ter­ha­dap Allah dalam aktifitas rohani, ma­ka demikian pula seharusnya tindakan dan sikap kita dalam kehidupan sehari-hari. AMIN.


Korelasi ayat:
Rasul Paulus mengajarkan bahwa tindakan iman dan aktifitas sehari-hari harus terintegrasi dalam hidup orang percaya, 1 Korintus 10:31:
“Jika engkau makan atau jika engkau minum atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemulian Allah”.
Kolose 3:23,
“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”

No comments:

Post a Comment