Proses Pembaharuan
Bacaan
:
·
Kolose 3:1-4
·
Kolose 3:5-11
Tujuan Instruksional
Umum:
·
Pesertadidik memahami bahwa dirinya telah dibangkitkan bersama
Kristus. Dan dengan pembaptisan, mereka telah dibebaskan dari perhambaan dunia
untuk lebih mementingkan hal-hal yang
berhubungan dengan hidup rohani, bukan yang bersifat duniawi.
Tujuan
Instruksional Khusus:
·
Pesertadidik menyadari bahwa pertobatan harus ditandai oleh
perubahan pola hidup yang melawan kenikmatan duniawi.
·
Pesertadidik menyadari panggilan kasih Allah yang menuntun mereka
kepada pembaharuan moral dan spiritual.
I.
Dasar Pemikiran
Kemajuan adalah satu kata yang secara umum dipahami secara positif. Lawan dari kata “kemajuan” adalah “kemunduran”. Hampir dapat dipastikan, setiap orang mengharapkan adanya kemajuan dalam hidupnya, daripada mengalami kemunduran. Setiap orang pasti mengharapkan terjadinya perubahan kualitas dan kuantitas dalam hidupnya: dari tidak tahu menjadi tahu; dari tahu satu hal menjadi dua hal, dst; dari tidak ada menjadi ada; dari ada satu menjadi ada dua, dst.
Apakah zaman sekarang ini dapat kita katakan sebagai zaman penuh dengan kemajuan? Sudah tentu! Banyak hal yang dapat kita nikmati berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Dulu orang tidak mengantongi pesawat telepon. Sekarang orang dapat mengantongi dua (bahkan lebih dari dua) telepon genggam. Ini kemajuan atau kemunduran? Pasti kemajuan!
Namun, kemajuan berkat hasil-hasil iptek itu tampaknya dibayang-bayangi kemunduran. Buktinya, dulu orang mengikuti persekutuan atau kebaktian di gereja tidak pakai acara bertelepon. Sekarang orang bisa bertelepon sambil ikut kebaktian. Orang bisa dengar khotbah sambil memainkan jempolnya di handphone-nya untuk menulis short massage service (sms).
Sekali lagi, ini adalah kemajuan. Tapi sadarkah kita bahwa hal ini dapat membuat suatu kemunduran?
Kemajuan adalah satu kata yang secara umum dipahami secara positif. Lawan dari kata “kemajuan” adalah “kemunduran”. Hampir dapat dipastikan, setiap orang mengharapkan adanya kemajuan dalam hidupnya, daripada mengalami kemunduran. Setiap orang pasti mengharapkan terjadinya perubahan kualitas dan kuantitas dalam hidupnya: dari tidak tahu menjadi tahu; dari tahu satu hal menjadi dua hal, dst; dari tidak ada menjadi ada; dari ada satu menjadi ada dua, dst.
Apakah zaman sekarang ini dapat kita katakan sebagai zaman penuh dengan kemajuan? Sudah tentu! Banyak hal yang dapat kita nikmati berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Dulu orang tidak mengantongi pesawat telepon. Sekarang orang dapat mengantongi dua (bahkan lebih dari dua) telepon genggam. Ini kemajuan atau kemunduran? Pasti kemajuan!
Namun, kemajuan berkat hasil-hasil iptek itu tampaknya dibayang-bayangi kemunduran. Buktinya, dulu orang mengikuti persekutuan atau kebaktian di gereja tidak pakai acara bertelepon. Sekarang orang bisa bertelepon sambil ikut kebaktian. Orang bisa dengar khotbah sambil memainkan jempolnya di handphone-nya untuk menulis short massage service (sms).
Sekali lagi, ini adalah kemajuan. Tapi sadarkah kita bahwa hal ini dapat membuat suatu kemunduran?
Dampak negatif dari kemajuan di era globalisasi teknologi kamunikasi yang
membuat dunia yang begitu luas serasa “tanpa batas” adalah nilai-nilai moral
dan tata susila yang menjadi ciri khas bangsa Timur menjadi pudar. Hal ini
karena akulturasi budaya (masuknya
budaya asing) dari negara-negara Barat yang masuk dengan deras ke Indonesia
melalui teknologi komunikasi. Budaya asing tersebut sering diterima begitu saja
oleh para anak-anak muda yang masih labil dalam emosi dan belum matang dalam
berpikir karena takut dibilang: ketinggalan jaman!. Sehingga
nilai-nilai agama diacuhkan, dan khususnya kekristenan dianggap: “jadul” (jaman dulu), “kuno” dan “kurang gaul”.
Akulturasi
budaya masuk melalui media Televisi (TV kabel, TV berlangganan atau antena parabola
memungkinkan pemirsa dapat menikmati tayangan-tayangan stasiun TV luar negeri),
Media masa cetak (Banyak diantaranya
yang berisi berita-berita yang tidak mendidik), Tayangan film (Banyak film yang beredar yang sengaja mengekspoitasi
kekerasan dan sex), sampai dengan Media
masa elektronik ( Internet walaupun banyak manfaatnya tetapi seringkali
disalahgunakan dengan mengakses tayangan-tayangan yang menghancurkan moral)
Kita tentu tidak alergi dengan berbagai
kemajuan-kemajuan yang ada didunia modern ini. Justru kita patut bersyukur! Karena
dengan berbagai kemajuan teknologi yang ada akan banyak menolong kita dalam
mengerjakan banyak hal. Namun, kita juga seharusnya selalu berusaha kritis
terhadap setiap kemajuan. Kita harus berusaha memperhitungkan dampak negatif
dari suatu kemajuan.
Kemajuan iptek memungkinkan pekerjaan-pekerjaan manusia dapat ditangani dengan baik dan mudah. Sekali lagi, ini patut kita syukuri!
Kemajuan iptek memungkinkan pekerjaan-pekerjaan manusia dapat ditangani dengan baik dan mudah. Sekali lagi, ini patut kita syukuri!
Namun, tampaknya kemudahan-kemudahan akibat
hasil-hasil iptek itu dapat menggiring orang pada sikap egois-hedonis, yakni sikap mengutamakan kesenangan diri.
Hal-hal yang berkaitan dengan hubungan sosial
dengan sesamanya dikesampingkan apabila hal tersebut tidak membawa kesenangan
dalam dirinya. Apalagi dalam hubungan vertical
manusia dengan Allah. Dalam hal ini Allah justru dinilai hendak merebut
kesenangan-kesenangan itu dari diri mereka. Sehingga dengan tindakan sadar
orang-orang seperti ini akan meninggalkan Allah, menghindari
pertemuan-pertemuan ibadah, bahkan menghindari orang-orang dari dalam
persekutuan Kristen karena dicurigai akan mencampuri urusan kesenangan mereka
pribadi.
Allah telah tersingkir dari khasanah
manusia egois-hedonis. Allah telah
dibelakangi oleh para pecandu kenikmatan dunia. Sekalipun barangkali Allah
sering disebut oleh mereka, penyebutan Allah itu tampaknya tanpa makna, karena
toh dilakukan untuk kepentingan, kesenangan dan hiburan diri semata. Bagi
pecandu kenikmatan dunia, yang menjadi pusat hidup tidak lagi Allah, tetapi
diri sendiri.
II.Pemahaman
Teologis: Hidup yang dibangkitkan (Kol 3:1-4)
Karena itu,
kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang diatas,
dimana Kristus ada, duduk disebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang
diatas, bukan dibumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama
dengan Kristus didalam Allah. Apabila Kristus, yang adalah hidup kita,
menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam
kemuliaan.
Disini rasul Paulus menuliskan satu nasihat
yang sifatnya umum. Jemaat telah dibangkitkan bersama Kristus dan dengan
pembaptisan, mereka telah dibebaskan dari perhambaan dunia. Karena itu, jemaat
diminta untuk lebih mementingkan hal-hal yang berhubungan dengan hidup rohani,
bukan yang bersifat duniawi.
Paulus ingin memastikan satu hal, yaitu bahwa “kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah” (ay. 3). Hal ini untuk meyakinkan dan untuk kembali mengingatkan, bahwa orang-orang Kristen sungguh telah bersatu dengan Kristus dan bersama dengan Kristus, dan mereka ada di dalam Allah. Memang, orang-orang Kristen masih tinggal di dunia. Tetapi, tidak semata-mata demikian karena, dengan lebih memerhatikan hal-hal surgawi, orang-orang Kristen diyakinkan bahwa: meskipun mereka masih tinggal di dunia akan tetapi mereka adalah pewaris kerajaan surga dan bersiap untuk menyongsong “dunia lain yang akan segera datang”.
Nasihatnya itu sebenarnya sederhana saja. Orang-orang Kristen adalah orang-orang yang beriman kepada Kristus. Konsekuensinya, orang Kristen tentu saja mesti sepenuhnya bersatu bersama Kristus. Mereka ini telah mati dan bangkit bersama Kristus (makna babtisan). Karena itu, jangan lagi terikat dan lebih memerhatikan hal-hal yang duniawi. Sebaliknya, perhatikanlah hal-hal surgawi, sebab demikianlah panggilan hidup orang Kristen!
Paulus ingin memastikan satu hal, yaitu bahwa “kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah” (ay. 3). Hal ini untuk meyakinkan dan untuk kembali mengingatkan, bahwa orang-orang Kristen sungguh telah bersatu dengan Kristus dan bersama dengan Kristus, dan mereka ada di dalam Allah. Memang, orang-orang Kristen masih tinggal di dunia. Tetapi, tidak semata-mata demikian karena, dengan lebih memerhatikan hal-hal surgawi, orang-orang Kristen diyakinkan bahwa: meskipun mereka masih tinggal di dunia akan tetapi mereka adalah pewaris kerajaan surga dan bersiap untuk menyongsong “dunia lain yang akan segera datang”.
Nasihatnya itu sebenarnya sederhana saja. Orang-orang Kristen adalah orang-orang yang beriman kepada Kristus. Konsekuensinya, orang Kristen tentu saja mesti sepenuhnya bersatu bersama Kristus. Mereka ini telah mati dan bangkit bersama Kristus (makna babtisan). Karena itu, jangan lagi terikat dan lebih memerhatikan hal-hal yang duniawi. Sebaliknya, perhatikanlah hal-hal surgawi, sebab demikianlah panggilan hidup orang Kristen!
Hal ini adalah semacam puncak pengabdian (devotion). Sebagai contoh, terkadang
seseorang karena demikian cintanya dan hatinya telah melekat pada musik menyatakan
bahwa: musik adalah hidupnya!
Demikian pula yang begitu menyukai sepakbola menyatakan bahwa: sepakbola adalah hidupnya!
Puncak pengabdian orang Kristen (yang
seharusnya menjadi suatu keharusan bagi setiap orang Kristen) adalah: Kristus
adalah hidupnya, dan hidupnya adalah untuk Kristus!
III.
Pemahaman Etis: Pembaharuan hidup orang Kristen (Kol 3:5-10)
Didalam Kolose 3:1-4 diatas rasul Paulus
memaparkan pemahaman teologis tentang
orang Kristen yang telah mati dan bangkit bersama Kristus. Untuk dapat hidup
bersama dengan Kristus tidak hanya berhenti pada tahap mengetahui, mengerti dan
memahami setiap ajaran atau doktrin Kristen saja. Oleh karena itu rasul Paulus
selanjutnya memaparkan tuntutan etis dalam Kolose 3:5-11 yang harus dikerjakan
orang Kristen dalam hidupnya. Setiap orang Kristen harus memiliki kesadaran etis untuk menjadi
pelaku-pelaku firman dalam hidupnya (Yakobus 1:22)
Yang dimaksud dengan kesadaran etis adalah
kesadaran tentang norma-norma yang ada dalam diri manusia. Norma inilah yang mengendalikan
tingkah laku manusia. Yang membuatnya tidak sekedar mengikuti desakan dan
dorongan naluri alamiahnya (makan dan sex). Yaitu norma-norma atau
ukuran-ukuran tentang apa yang seharusnya. Norma-norma tentang apa yang benar
dan apa yang salah, apa yang baik dan apa yang jahat, apa yang tepat dan apa
yang tidak tepat. Manusia akan berusaha untuk melakukan apa yang dianggap
benar, baik dan tepat. Dan sebaliknya, sedapat mungkin tidak melakukan apa yang
menurut pendapatnya salah, jahat dan tidak tepat.
Alkitab khususnya Perjanjian Baru sangat
jelas dan tidak ragu-ragu menuntut orang Kristen untuk menumpas total segala
sesuatu yang melawan Allah.
Dan disini Paulus mulai dengan tuntutan
yang hidup dan mendaftarkan hal-hal yang
harus dibuang dari kehidupan orang Kristen:
- Percabulan dan kenajisan harus dibuang!
Etika Kristen
menekankan kesucian, memandang hubungan jasmani antara manusia yang berbeda
jenis kelamin sebagai sesuatu yang sangat berharga. Sehingga penggunaan seks
yang sembarangan akan merusak citra diri orang Kristen sebagai gambar Allah (Imago Dei).
- Hawa nafsu, nafsu jahat dan keserakahan
Adalah manusia
yang menjadi budak nafsu-nafsunya. Nafsu disini berarti: haus terhadap sesuatu
yang tidak berhak untuk dimiliki. Apabila merupakan keinginan akan uang, ia
mendorong pencurian. Apabila keinginan akan kuasa, akan mendapatkannya dengan
segala cara dan apabila sudah berkuasa akan bertindak semena-mena.
Keinginan-keinginan tersebut menurut Paulus
disamakan dengan penyembahan berhala. Hakikat penyembahan berhala dalam
hal ini adalah: orang yang hidupnya dikuasai oleh keinginan untuk mendapatkan benda-benda, dan telah
menempatkan benda-benda tersebut menggantikan kedudukan Allah.
Hal-hal
yang harus ditanggalkan dari kehidupan orang
Kristen:
Kata yang digunakan adalah kata untuk menanggalkan pakaian. Ketika orang
Kristen dibabtiskan, ia menanggalkan pakaiannya ketika masuk kedalam air, dan
ketika ia keluar dari air ia mengenakan jubah baru yang putih bersih.
Pengertiannya: Orang Kristen menanggalkan kehidupan yang lalu dan mengenakan
kehidupan yang baru didalam Kristus. Disini Paulus mendaftarkan hal-hal yang
harus ditanggalkan oleh orang Kristen.
- Memadamkan perasaan marah dan geram.
Bagi orang
Kristen ledakan kemarahan maupun kemarahan yang berupa kegeraman adalah
dilarang. Karena kemarahan seringkali menghilangkan akal sehat, sehingga orang
Kristen tidak akan dapat melakukan tindakan-tindakan etis dalam hidupnya.
- Menanggalkan Kejahatan.
Orang Kristen
harus menanggalkan pikiran-pikiran yang jahat. Karena pikiran yang jahat akan
menuntun orang untuk melakukan tindakan-tindakan yang jahat.
- Menanggalkan fitnah dan kata-kata kotor dan tidak boleh saling mendustai.
Ucapan fitnah akan melahirkan
perseteruan dan pertengkaran anatara sesama manusia. Kata-kata kotor diterjemahkan sebagai ucapan cabul yang
berhubungan dengan ucapan lisan, yang seringkali menjadi sebuah kebiasaan
walaupun tidak dimaksudkan untuk memaki. Mendustai
adalah pernyataan yang tidak benar. Orang Kristen harus selalu berbicara
kebenaran, supaya setiap orang menjadi yakin bahwa orang Kristen hidup dalam
kebenaran.
Semua tindakan etis diatas harus senantiasa
ada dalam hidup orang Kristen karena orang Kristen adalah Gambar Allah yang hidup, yang dapat dilihat oleh semua orang.
Kesimpulan orang terhadap hidup orang Kristen sangat menentukan bagaimana orang
yang belum percaya mengenal Kristus yang hidup dalam diri setiap orang Kristen.
Memang kita semua adalah manusia biasa dan
bukan Tuhan, juga bukan Kristus yang sempurna. Akan tetapi hal ini tidak
boleh menjadi alasan pembenaran bagi orang Kristen untuk tidak hidup benar
sebagaimana yang dikehendaki Tuhan dalam hidup orang percaya. Untuk itu orang
Kristen harus rela dan ikhlas untuk terus menerus diperbaharui dan memperharui
hidupnya sebagai proses menuju kesempurnaan sebagai Gambar Allah.
IV.
Pembaharuan total
(Penutup)
Menjadi Kristen bukan berarti secara
otomatis hidupnya akan menjadi lebih kristiani sebagai pengikut Kristus.
Menjadi Kristen berarti melakukan tindakan dengan kesadaran penuh untuk
mengupayakan perubahan total dalam kepribadiannya. Ada orang-orang tertentu yang memang beragama
Kristen tetapi tidak bisa dibilang hidup secara kristiani karena hidupnya
justru merupakan ingkaran dari ajaran Kristus. Menjadi Kristen dalam pengertian
yang sesungguhnya adalah menanggalkan manusia lamanya dan mengenakan manusia
baru. Tanda-tanda dari manusia baru adalah seseorang yang hati dan pikiran yang
telah diperbaharui oleh Roh Kudus sehingga melahirkan tindakan-tindakan dalam
hidupnya yang benar dan tidak menyimpang dari ajaran Kristus. Sehingga mencapai
keadaan yang seharusnya, yaitu kemanusiaan menurut gambar Allah. Untuk
mencapai kesempurnaan sebagaimana gambaran khaliknya inilah ciptaan baru hidup
dalam proses pembaharuan untuk dapat hidup lebih berkwalitas. Dalam proses
pembaharuan inilah seseorang harus memiliki keikhlasan dan kerelaan untuk
hidupnya terus menerus diperbaharui oleh Roh Kudus.
Menjadi manusia baru bukan berarti menutup
diri dengan lingkungan sosialnya karena menganggap hanya dirinyalah yang benar
dan orang lain salah. Menjadi manusia baru harus berdampak juga dalam hubungan
sosialnya dengan mampu merobohkan tembok-tembok pemisah.
Dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang
Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Bar-bar atau orang Skit,
budak atau merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan didalam segala sesuatu.
(Kol 3:11)
Tembok-tembok pemisah yang seringkali
memisahkan orang Kristen sebagai manusia baru dalam hubungan sosialnya adalah:
- Primordialisme atau yang berkaitan tentang asal muasal atau identitas seseorang dari latar belakang keturunannya.
Kekristenan
merobohkan tembok pemisah yang berasal dari kelahiran atau kebangsaan.
Bangsa-bangsa yang berbeda, yang saling merendahkan atau membenci, telah
ditarik masuk dalam satu keluarga dalam Kristus dan duduk bersama dengan damai
di meja perjamuan Tuhan.
- Kekristenan merobohkan tembok pemisah yang berasal dari peraturan ibadah dan upacara. Orang-orang yang bersunat dan tidak bersunat sama-sama ditarik masuk kedalam satu persekutuan.
- Kekristenan merobohkan tembok pemisah diantara mereka yang berbudaya dan mereka yang (dianggap) tidak berbudaya. Orang Skit adalah bangsa Bar-bar yang dungu dan bebal pada jaman kuno dan orang Yunani adalah kaum orang yang terpelajar. Semua dipersatukan dalam Kristus sebagai satu keluarga dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.
- Kekristenan merobohkan tembok pemisah antara kelas-kelas. Dalam gereja perdana, budak dan orang merdeka bisa masuk dan duduk bersama dalam gereja dengan damai.
Didalam hadirat Allah perbedaan-perbedaan
sosial dalam dunia sama sekali tidak berlaku. Semuanya dipersatukan didalam
Kristus.
Manusia lama yang telah diubahkan menjadi
manusia baru tidak serta merta langsung diangkat Tuhan dari dunia ini. Manusia
baru harus menjadi imamat yang rajani,
bangsa yang kudus (1 Petrus 2:9) tetapi tetap ditempatkan dalam dunia yang
tidak kudus ini. Inilah yang sulit bagi manusia baru untuk hidup kudus. Apabila
untuk menjadi kudus dengan cara mengurung diri di biara, maka hal ini tidak
terlalu sulit untuk menjaga kekudusan. Tetapi jelas maksud Tuhan bukan hal itu.
“Lihat,
Aku mengutus kamu seperti domba ditengah-tengah serigala….” (Matius 10:16) Yang penting dari perintah ini adalah: posisi kita tetap sebagai
“domba” walau harus di tengah “serigala”. Apabila kita ternyata tidak mampu
mengubahkan “serigala” itu untuk menjadi “domba”, paling tidak kita tetap
sebagai domba dan tidak pernah berubah menjadi serigala.
Amin. (JAP)
No comments:
Post a Comment