KATEKITIKA
PENDAHULUAN
Untuk mengetahui maksud
katekisasi, kita harus terlebih dahulu memahami apa sebenarnya katekisasi itu.
Sebab ada salah paham seolah-olah katekisasi itu hanya ditujukan kepada
anak-anak (anak muda). Padahal kita tahu bahwa katekisasi itu ditujukan kepada
semua anggota jemaat, sebab pada dasarnya ketekisasi itu merupakan pengajaran (bimbingan/latihan) bagi semua pesertanya.
Didalamnya ada juga unsure pendidikan, latihan, bimbingan, pemberitaan dan lain-lain
dari semua unsure yang saling terkait.
Selain itu kita juga mengetahui
bahwa katejisasi itu adalah tugas dan fungsi gereja, baik aliran Kristen
Protestan maupun aliran Roma Katolik, walaupun definisinya berbeda-beda.
Pengertian itu penting dalam hubungannya dengan maksud katekisasi itu. Misalnya menurut Roma Katolik maksud
katekisasi adalah mengajarkan kebenaran-kebenaran pokok dari ajaran agama
gereja kepada angota-anggotanya, terutama pada anak-anak muda.
Gereja sebagai lembaga
satu-satunya yang benar dari tubuh Kristus, harus berusaha supaya
anggota-anggotanya mengetahui kebenaran-kebenaran itu dengan baik. Disamping
pemberitaan firman (khotbah), katekisasi merupakan tugas yang paling penting
dari pejabat gereja kepada tiap-tiap jemaat (paroki). Memang benar bahwa
pemberitaan firman itu mengandungunsur-unsur pengajaran, tetapi unsure-unsur
itu agak terbatas jumlahnya. Tugas katekisasi ialah mengajar ajaran gereja
sebagai suatu keseluruhan.
Menurut gereja Ortodoks Timur,
maksud katekisasi ialah memimpin anggota gereja kedalam misteri-misteri
(rahasia) yang kekal. Karena itu cara pengudusan hidup dianggap lebih penting
daripada pengetahuan tentang penerimaan akan apa yang diajarkan oleh gereja.
Makna pengajaran yang sistematis ialah, agar anggota-anggota gereja tahu apa
yang harus mereka percayai. Bagaimana mereka harus berpartisipasi dalam
liturgia gereja, agar perasaan keagamaan mereka dikembangkan dan dengan jalan
itu mereka dapat menjadi orang-orang Kristen dalam arti yang sebenarnya.
Dan menurut gereja-gereja
Protestan, katekisasi sering dianggap sebagai pemberitaan dalam bentuk
pengajaran, atau sengai “jembatan” yang menghubungkan Babtisan dan Perjamuan
Malam, atau sebagai pelayan gereja dari generasi yang satu ke generasi yang
lain. Bahkan sering pula dianggap sebagai proses pembentukan kepribadian
keagamaan atau sebagai proses dimana manusia sebagai pribadi bertumbuh kearah
Kristus.
Dapat disimpulkan disini bahwa
maksud katekisasi adalah:
·
Supaya anak muda mengenal Allah
dalam seluruh hidup mereka. Yang penting dalam katekisasi ialah bukan saja
pengetahuan yang banyak tentang soal-soal Alkitab dan Gereja, tetapi terutama
pengenalan akan Allah sebagai Allah perjanjian.
·
Supaya anak musa mengenal
Allah, dan mengenalnya begitu rupa, sehingga mereka dengan jalan itu dapat
hidup bersama-sama dengan Allah.
·
Supaya anggota-anggota jemaat
diperlengkapi, diiajar, dilatih dan dididik untuk menjadi anggota-anggota
jemaat yang dewasa.
SEJARAH
DAN PERKEMBANGAN KATEKISASI
Pengajaran orang Yahudi
Katekisasi gereja atau katekese gerejawi berasal dari orang
Yahudi atau Israel. Dalam Perjanjian Lama kita membaca bahwa orang tua,
terutama ayah mendapat tugas untuk memberikan pengajaran tentang karya-karya
Allah yang besar bagi umatNya. Cara ini harus berlanjut secara turun temurun di
kalangan umat Israel (Band. Mazmur 78:1-7)
Dapat dikatakan bahwa kurikulum
utama dari pengajaran orang Yahudi adalah Torah, yang berarti: ajaran atau
intruksi. Dalam arti luas Torah berarti:
memberi arahan, mengajar. Yang dimaksud dengan Torah disini adalah 5
buku utama dalam Perjanjian Lama: Kejadian,
Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan. Dan dari ke-5 buku iniberbagai tema
dan sub tema diangkat untuk diajarkan kepada anak-anak.
Diawal abad pertama, dalam
jemaat Yahudi didirikan “sekolah-sekolah” dimana anak-anak kecil (dari usia 6-7
tahun) menerima pengajaran atau bimbingan dari guru-guru Torah.
Pengetahuan
itu terdiri dari: pembacaan dan penghafalan nas-nas Torah secara harfiah.
Berhubungan dengan hal ini, “sekolah dasar” tempat anak-anak menerima
pengajaran disebut beth-ha-sefer
(rumah buku). Sedang pengajaran yang lebih tinggi diberikan di “madrasah” yang
disebut beth-ha-midrasy (rumah
pengajaran) dan disini bukan hanya menghafal nas-nas Torah, tetapi juga
mengetahui arti dan maknanya secara lebih dalam dan lebih luas lagi.
Pada usia 6-7 tahun anak-anak
sudah belajar membaca nas-nas Torah. Usia 10 tahun mereka mulai dengan
pengajaran yang sebenarnya (misyna),
usia 12-13 tahun anak-anak diwajibkan untuk menuruti atau melaksanakan seluruh
tuntutan (syariat) Yahudi (mistwoth). Pada tahap ini anak-anak
dianggap sebagai anak-anak syariat (bar-mistwa
atau the son of Law atau anak Torah)
Pengajaran atau bimbingan dalam
rumah pengajaran erat kaitannya dengan rumah ibadah (sinagoge) orang Yahudi. Disini anak-anak duduk pada kaki guru Torah
dan menerima pengajaran dari mereka dalam rahasia Torah. Salah seorang bar-mistwa yang hebat adalah Yesus
(band. Lukas 2:46-48)
Pada dasarnya sebagian besar
dari rumah-rumah ibadah (sinagoge)
itu dimaksudkan sebagai rumah pengajaran bagi seluruh rakyat untuk mengajar
(membimbing) mereka dalam pengetahuan dan ajaran Torah. Bahan pengajaran
terdiri dari beberapa bagian,
1.
Pengakuan Iman (Syema). Nas pengakuan Iman terdiri dari
Ulangan 6:4-9,11,13-21 dan Bilangan 15:37-41.
2.
Doa Utama (syemone esre) yang harus didoakan oleh orang-orang Israel baik yang
muda maupun tua , tiga kali dalam sehari. Doa ini merupakan puji-pujian kepada
Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Dan suatu permohonan untuk pemulihan Yerusalem
dan kerajaan Daud.
3.
Pembacaan Torah. Pembacaan ini
mendapat tempat yang sentral. Sebagaimana kita tahu bahwa Torah adalah bagian
yang fundamental dari Perjanjian Lama. Pembacaan ini dapat kita temui dalam Nehemia
8:9
4.
Pengajaran tentang arti dari
hari raya-hari raya Yahudi, yaitu hari raya Paskah, Pentakosta, Pendamaian,
Pondok Daun, Purim,dll
Pengajaran di Zaman Yesus
Yesus Kristus dapat kita
katakana sebagai Kateket Agung, penuh hikmat, kuasa dan wibawa. Sebagai Keteket
Agung banyak hal telah Ia ajarkan kepada para murid selama hudupNya di dunia.
Pada umumnya dapat disebutkan bahwa tema-tema yang Yesus ajarkan antara lain:
1. Kerajaan Allah yang dijelaskan dalam berbagai perumpamaan (band. Matius 13, dll)
2. Kehendak Allah merupakan hal yang penting dan menentukan dalam hidup dan karya
Yesus, termasuk orang-orang yang percaya padaNya.
3. Doa dengan contoh doa yang sempurna: Doa apa Kami
4. Kemanusiaan menjadi salah satu tekanan utama dalam ajaran Yesus, sebab manusia
merupakan mahkota dari seluruh ciptaan Allah.
5. Dosa hal yang nyata dan berpengaruh dalam hidup didunia ini, sebab itu
harus dimengerti dengan baik dan tepat oleh manusia yang percaya agar kelak memperoleh
kehidupan kekal di surga.
6. Nilai-nilai merupakan ajaran pokok dari Yesus, sebab oleh kuasa dan pengaruh
dosa, banyak nilai-nilai ilahi berubah menjadi nilai-nilai duniawi dan
akibatnya terjadilah benturan nilai-nilai ilahi dengan duniawi tersebut, selama
manusia masih hidup dan berkarya di dunia ini.
7. Godaan-godaan yang sejak awal dunia ini sudah dialami oleh manusia pertama, bahkan
oleh Yesus sendiri. Oleh sebab itu masalah godaan ini menjadi hal pokok dalam
ajaran Yesus.
8. Politik termasuk dalam ajaran Yesus, sebab Ia sendiri mati diatas kayu
salib sebagai akibat permainan politik. Dan setelah Ia bangkit, Ia menyatakan
manifesto politik Kerajaan Allah dalam Matius 28:18, yaitu: bahwa segala kuasa
telah diberikan kepadaNya, baik di surge maupun dibumi. Atas dasar inilah Dia
member perintah: “pergilah….”.
9. Gereja Sebagai Israel baru merupakan ajaran Yesus kepada para murid.
Gereja yang merupakan wujud nyata dari tubuh Kristus di dunia ini patut
dimengerti oleh setiap murid Yesus agar dapat melaksanakan misi gereja didunia
ini dengan baik sampai Ia dating kembali.
10. Musuh-musuh Tidak dilupakan Yesus dalam ajaran-ajaranNya sebab banyak orang
membenci Dia dan para pengikutNya.
11. Pengampunan juga merupakan bagian dari ajaran yesus, sebab tanpa pengampunan
dosa, manusia yang percaya tidak akan diselamatkan dan memperoleh hidup kekal.
12. Kesalahan Tidak dilupakan dalam ajaran Yesus, sebab manusia yang
berdosa pasti banyak melakukan kesalahan yang dibuat dalam perkataan dan
perbuatan yang dilakukan terhadap Allah dan sesame.
13. Injil Merupakan bagian yang sentral dalam seluruh ajaran Yesus selama Ia
hidup dan berkarya di dunia ini. Tanpa Injil gereja akan kehilangan maknanya
didunia ini.
PENGERTIAN KATEKISASI DALAM ALKITAB DAN TUGAS
PANGGILAN GEREJA DI DUNIA
Pengertian
Katekisasi dalam Alkitab
Setelah
diuraikan didepan bahwa jemaat purba mengambil alih pengajaran di jaman
Perjanjian Lama (dikalangan orang Yahudi) dan memakainya didalam pelayanan
mereka. Untuk pengertian pengajaran tersebut, mereka memakai rupa-rupa istilah
yang sebagaimana dapat kita lihat dalam Perjanjian Baru, antara lain:
1.
Kathekein
Kata dari istilah ini
berarti: memberitakan, memberitahukan,
mengajar, member pengajaran (Band. Kis 21:21, 24; Kis 18:25; Luk 1:4; Rom
2:17-18; 1 Kor 14:19; Gal 6:6)
Dari ayat-ayat tersebut
dapat disimpulkan bahwa Kathekein itu
mempunyai rupa-rupa arti: mengatakan,
menjelaskan, memberitakan, memberitahukan, mengajar. Arti mengajar lebih menonjol, tetapi bukan
dalam pengertian intelektualistis, melainkan dalam pengertian praktis: mengajar
atau membimbing orang untuk melakukan apa yang diajarkan kepadanya (band. Mat
28:20)
2.
Didaskein
Kata atau istilah ini
berarti: mengajar dengan satu tujuan tertentu, yaitu mengajar supaya orang yang
diajar itu melakukan apa yang diajarkan kepadanya (band. Mat 4:23; Mat 26:25; 1
Tim 4:11;Kol 1:28; 3:16) Dalam ayat-ayat tersebut dapat dijelaskan bahwa didaskein itu terarah pada seluruh
manusia dan bersifat sangat praktis. Karena yang paling penting ialah pemahaman
dan penghayatan.
3.
Ginoskein
Arti dasar dari istilah
ini: mengenal, belajar mengenal.
Dalam dunia pemikiran Yunani ginoskein bersifat intelektualistis. Dapat
berarti: mengetahui sesuatu (berdasarkan pengalaman yang nyata) (Band. Ul 11:2;
Hos 4:6; Rom 1:21,28; 1 Kor 10:5; Gal 4:8-9; Yoh 17:3) Kesimpulan kata
ginoskein adalah: Pengetahuan (pengenalan) yang manusia peroleh tentang
kehendak Allah karena pergaulan yang intim dengan Dia, dan yang menyatakan diri
dalam suatu hidup yng taat kepadaNya.
4.
Manthanein
Kata ini berkaitan erat
dengan belajar. Dalam pengertian umum
kata ini memberikan pengertian tentang suatu proses rohani dimana seseorang
mencapai sesuatu bagi dirinya untuk perkembangan kepribadiannya (Band. Mat
9:13; Ibr 5:7-8; Ef 4:20-32) Kesimpulannya ialah bahwa manthanein adalah kata
yang mengindikasikan suatu relitas, dimana terdapat suatu persekutuan yang
tetap antara murid-murid dan Tuhan Yesussebagai Tuhan yang hidup, yaitu Tuhan
yang memanggil mereka untuk mengikutiNya dan melakukan apa yang Ia ajarkan
kepada mereka.
5.
Paideuein
Erat kaitannya dengan kata
“mendidik” dalam bahsa Indonesia. Yang dimaksudkan adalah memberikan bimbingan
kepada anak-anak supaya mereka dapat menempati tempat mereka (band. Im 19:2;
20:26; 1 Tim 3:16-17; Tit 2:12; Ibr 12:17; 1 Pet 2:9) Kesimpulannya adalah:
mendidik dan membimbing anggota-anggota jemaat untuk belajar berjalan di jalan
pengudusan dan tetap berada di jalan itu.
Tugas Dan Panggilan Gereja
Tugas
dan panggilan gereja yang pertama dan utama adalah memberitakan Injil Yesus
Kristus kepada dunia ini dan seluruh makhluk yang ada didalamnya (band. Mark
15:16). Pemberitaan Injil dilaksanakan dalam tiga aspek, yakni: Koinonia (persekutuan), Martyria (kesaksian) dan Diakonia (pelayanan). Dan dalam
perkembangan selanjutnya ditambah aspek ke empat, yaitu: Didache (pembinaan dan pendidikan). Dalam dimensi keempat inilah
tercakup materi Katekisasi. Hal ini berarti bahwa gereja mempunyai tugas dan
panggilan yang mencakup pula katekisasi gerejawi yang merupakan pelayanan yang
tetap ada selama gereja berada di dunia ini.
Akan
tetapi sayangnya banyak gereja yang kurang memberikan perhatian yang serius
dalam bidang Katekisasi ini. Padahal sangat jelas bahwa Katekisasi Gerejawi
bukanlah pelayanan sampingan dari gereja, tetapi merupakan pelayanan pokok dan mempunyai fungsi yang mendasar dari
gereja. Katekisasi merupakan pelayanan yang gereja terima dari Tuhan Yesus
sendiri.
Dan oleh pengakuan ini Katekisasi ditempatkan dalam satu kerangka yang luas yaitu kerangka
Gereja sebagai “Persekutuan Mengajar”. Gereja tidak saja terpanggil untuk
memberitakan Firman, melayani sakramen babtisan dan perjamuan kudus,
menggembalakan anggota-anggota jemaat, tetapi juga mengajar dan membina
anggota-anggotanya terutama mereka yang masih muda.
Gereja yang tidak mengajar dan membina
anggota-anggotanya , sebenarnya bukanlah gereja, sebab gereja tidak
melaksanakan tugas dan panggilannya yang telah dipercayakan Tuhan Yesus bagi
gereja.
Rangkuman
Katekisasi
yang kita kenal dalam gereja-gereja sekarang bersal dari jemaat-jemaat purba yang
mengambil alih pengajaran (bimbingan) di jaman PL di kalangan Yahudi. Untuk
penngertian istilah katekisasi PB memakai beberapa kata: Katekhein, Didaskein,
Ginoskein, Manthanein, Paideuein. Kelima kata ini pada hakikatnya menunjukkan
pada satu pengertian yakni: Mengajar atau member pengajaran secara lisan.
Tugas dan panggilan gereja yang utama adalah memberitakan Injil Yesus Kristus
kepada dunia ini dan seluruh makhluk yang didalamnya (Mark 16:15) Dan Injil ini
diberitakan dalam tiga aspek: Koinonia
(persekutuan) Martyria (Kesaksian) Diakonia (pelayanan. Disamping ketiga
aspek tersebut ada aspek yang lain yakni Didache
(ajaran ke-12 rasul Tuhan Yesus) yang pada dewasa ini diartikan dengan
pembinaan dan pendidikan. Dan dalam aspek Didache
ini bidang Katekisasi tercakup didalamnya.
KATEKISASI
DAN AMANAT AGUNG TUHAN YESUS
SERTA
JENIS-JENIS KATEKISASI
Katekisasi dan Amanat Agung
Tuhan Yesus
Seperti telah diuraikan
didepan bahwa katekisasi gerejawi adalah
pelayanan yang dipercayakan Yesus Kristus kepada gereja-gereja di dunia. Dasar
kepercayaan ini adalah Matius 28:19-20 secara khusus yang menekankan pada kata
“ajarlah”. Kata mengajar erat
kaitannya dengan tugas pemberitaan (Matius 28: 19) dan juga dengan membabtis.
Matius 28:19-20 yang dikenal sebagai Amanat Agung Tuhan Yesus
dilaksanakan gereja dalam tiga hal: Pemberitaan,
Babtisan dan Pengajaran. Salah
satu bentuk pengajaran gereja adalah Katekisasi. Oleh karena itu pengajaran
Katekisasi oleh gereja erat kaitannya dengan Amanat Agung Tuhan Yesus.
Tanpa pendidikan dan pengajaran tidak mungkin ada pengikut atau
murid dari seorang guru. Dan Yesus adalah Guru atau Rabi yang Agung. Ia
melaksanakan pendidikan dan pengajaran sedemikian rupa sehingga banyak orang
menjadi pengikut dan muridNya. Menjadi murid berarti melakukan segala sesuatu
yang diperintahkan guru.
Jenis-jenis Katekisasi
Ada tiga jenis
katekisasi gereja yang dibicarakan dalam bagian ini, Yaitu:
1.
Katekisasi Keluarga (Catechization-domectica)
Menurut kesaksian PL, keluarga
(Rumah Tangga) adalah tempat yang mula-mula, dimana pendidikan dan bimbingan
agama diberikan, dan orang tua berperan sebagai pendidik yang pertama. Pada
waktu-waktu tertentu, ayah sebagai kepala keluarga mengumpulkan anak-anaknya
dan anak-anak lain yang tergolong keluarga untuk memberikan kepada mereka
pengajaran tentang Hukum-hukum Allah (band. Ul 6:20-25; Maz 78:1-11; Kel 12:
26-27; Kel 13:14) Pengajaran dalam keluarga ini adalah “bentuk purba” dari
pelayanan Katekisasi: pemberitaan tentang
perbuatan-perbuatan Allah yang besar. Pengajaran berlangsung secara lisan
dalam keluarga-keluarga orang Israel (Yahudi). Dapat dikatakan bahwa Katekisasi
keluarga menempati tempat yang penting dalam gereja Purba yang sedang tumbuh
pada waktu itu.
Gereja tahu bahwa ia mempunyai
tugas mengajar anggota-anggotanya, tetapi tugas tersebut dipahami sebagai tugas
disamping dan dalam lanjutan dari tugas para orang tua di rumah. Gereja tidak
mengambil alih peranan orang tua, tetapi mengokohkannya dan terus membangun
katekisasinya diatas dasar ketekisasi keluarga.
Peranan dan fungsi orang tua
sebagai pendidik pertama dalam katekisasi keluarga dibenarkan dan dipertegas
pada jaman reformasi gereja. Menurut paham para reformator, khususnya Yohanes
Calvin, katekisasi adalah pertama-tama tugas keluarga. Dasar pandangan
reformasi ini adalah Perjanjian Allah sebagaimana dikatakan dalam litirgi
Baptisan Kudus.
Dalam gereja-gereja kita di
Indonesia, jenis katekisasi ini tidak kita kenal. Yang kita kenal adalah
pembacaan Alkitab dan doa pada waktu makan, walau pelaksanaannya tidak merata
dalam semua keluarga Kristen.
Untuk melaksanakannya dimasa kini
dan masa mendatang, gereja harus memikirkan bagaimana cara, bentuk, materi
serta metode yang cocok sehingga pelaksanaannya mulus dan berhasil guna.
2.
Ketekisasi Sekolah
Diuraikan didepan bahwa sekitar
permulaan abad pertama rupanya telah ada sekolah-sekolah yang didirikan oleh
jemaat-jemaat Yahudi, dimana anak-anak kecil berusia 6-7 tahun mendapatkan
pengajaran dari para guru Torah.
Tekanan utama dari pengajaran
tersebut adalah pengetahuan tentang Torah. Pengetahuan ini terdiri dari: pembacaan dan penghafalan nas Torah secara
harfiah. Pengajaran ini
diajarkan di Beth-ha-sefer
(Rumah Buku)Dan pengajaran yang lebih tinggi diberikan di Beth-ha-medrasy (Rumah Pengajaran) dan tujuannya bukan saja untuk
membaca dan menghafal nas Torah tetapi juga untuk mengetahui arti dan maknanya.
Pada tahun-tahun pertama dari
sejarah gereja, kita tidak mendengar apa-apa dari sekolah yang demikian untuk
para pengikut Kristus. Barulah pada abad-abad pertengahan muncul lagi
sekolah-sekolah yang memuat katekisasi dalam kurikulumnya.
Adanya sekolah-sekolah ini
disetujui oleh Yohanes Calvin. Sebab menurut dia manfaat dari sekolah-sekolah
ini adalah untuk mendidik orang-orang muda supaya mereka dalam hidupnya dapat
bertindak secara bertanggung jawab
menurut Firman Allah. Untuk itu perlu ada guru-guru yang baik dan
beriman yakni guru-guru yang saleh yang hidupnya dapat menjadi teladan bagi
para murid-muridnya.
Dalam sekolah yang bersifat
reformatis ini Alkitab mendapat tempat yang sentral, selain buku-buku
katekismus dan Mazmur-mazmur Raja Daud. Dan reformator Marthin Luther
sependapat dengan Calvin menganai sekolah-sekolah ini.
Paham reformatis ini kemudian
masuk ke Indonesia melalui pendeta-pendeta zending. Dan perkembangan
selanjutnya mencatat bahwa pengajaran agama di sekolah dianggap sebagai
“pesemaian” dari katekisasi gerejawi. Oleh karena itu kedua pengajaran ini,
baik di sekolah dan di gereja, sangat erat kaitannya.
Keadaan ini mengalami perubahan
waktu terjadi perpisahan antara gereja dan Negara (di Belanda) yang membawa
akibat di Indonesia. Pada waktu itu pelajaran agama (kini PAK) diberikan
disekolah-sekolah Kristen. Tetapi pada saat ini pengajaran agama (PAK) sudah
diberikan mulai dari taman kanak-kanak sampai di Perguruan Tinggi. Dan untuk
maksud itulah jurusan PAK dibuka pada beberapa Sekolah Teologia di Indonesia
guna mempersiapkan calon-calon Guru agama Kristen guna memberikan pengajaran
agama Kristen di sekolah-sekolah baik Sekolah Negeri maupun swasta.
3.
Katekisasi Gereja
(Catechization-Ecclessiastica)
Katekisasi gereja sudah dikenal di
jaman Gereja Purba dalam pertemuan-pertemuan atau ibadah-ibadah (band. Kis 2:41;
8:38; 16:33). Mula-mula isi pengajaran tersebut sangat sederhana. Yaitu hanya
terdiri dari Pengakuan Iman yang
sangat pendek: “Yesus adalah Tuhan”, bimbingan
etis (band. Ibr 6:1-2) dan doa (band.
Mat 6:9-13)
Dalam abad-abad pertama Katekisasi
Gerejawi makin berkembang dan memperoleh
bentuk-bentuk tertentu seperti Katekumenant
(masa persiapan atau masa pendidikan bagi para calon babtisan)
Secara kasar Katekumenant Gereja
Purba terdiri dari dua bagian atau tingkat, yaitu: bagian atau tingkat katekumen-katekumen (pengingut
katekumen) dan bagian dari tingkat calon-calon
babtisan. Dalam abad-abad pertengahan, Katekisasi Gereja mengalami
kemerosotan yang mencapai puncaknya pada abad 15.
Akan tetapi pada abad reformasi,
katekisasi gereja mengalami perubahan dan perbaikan yang menggembirakan. Sebab
pada waktu itu oleh para reformator, katekisasi diterima sebagai lembaga
pengajaran tersendiri untuk para anak-anak muda.
Khotbah-khotbah katekinus
memainkan peranan penting sebagai bagian dari pendidikan gerejawi kepada
anak-anak muda. Khotbah-khotbah tersebut sesuai dengan pendapat Calvin,
biasanya diadakan pada hari Minggu sore sebagai suatu “kumum”. Selanjutnya dengan perantaraan Gereja Hervormd di Belanda,
Katekisasi Gereja dalam bentuk ini diperkenalkan dan digunakan dalam
jemaat-jemaat di Indonesia, walaupun situasinya sangat berbeda. Tetapi walaupun
ada perbedaan situasi, tetapi khotbah katekisus-katekisus
itu diberikan dalam jemaat-jemaat di Indonesia.
Setelah gereja-gereja di Indonesia
berdiri sendiri, bidang katekisasi ini mendapat tempat tersendiri dalam
pelayanan gereja sampai saat ini. Dan gereja-gereja terus bergumul mencari bentuk, isi dan cara-cara terbaik yang
cocok dengan kebutuhan anggota jemaat yang hidup dalam jaman yang semakin
modern, baik dalam era globalisasi maupun dalam era oikumenis.
Mengahadapi perkembangan pada abad
21 mendatang, gereja Katolik telah berhasil menyusun buku Katekisasi yang
diberi nama “Katekinus Universal”.
Dan semoga gereja-gereja anggota PGI dapat menyusun buku “Katekismus Oikumenis”
yang dapat dipakai oleh gereja-gereja anggotanya.
PENGAJARAN TERHADAP
ANGGOTA JEMAAT
Dasar Alkitabiah
Dasar pengajaran terhadap anggota jemaat dalam rangka
Ketekisasi ialah Matius 28:19-20. Dan
bertolak dari ayat tersebut maka gereja melaksanakan pendidikan dan pengajaran
bagi semua anggota-anggotanya, mulai dari anak-anak sampai dengan orang dewasa.
Semua pengajaran yang diberikan
kepada semua anggota-anggota gereja itu tentu saja terarah pada maksud dan
tujuan katekisasi yang mau dicapai oleh gereja. Dalam rangka dan kerangka itu,
ada beberapa unsure penting yang apatut diperhatikan dalam katekisasi gerejawi, yaitu: tenaga katekit, sarana atau
fasilitas, perpustakaan, dana, tempat dan waktu. Tanpa memperhatikan
unsure-unsur penting ini, maka tujuan atau maksud katekisasi gerejawi tidak
akan tercapai seperti yang diharapkan.
Tenaga Katekit (Pemberi Katekisasi)
Dijaman Gereja Purba , ada sekolah
khusus untuk para Katekit ini, tetapi setelah adanya pendidikan Teologia lewat
lembaga-lembaga pendidikan Teologia yang didirikan gereja , maka persiapan
tenaga-tenaga Katekit tersebut ditampung di sekolah-sekolah Teologia itu.
Sayangnya pada umumnya pendidikan Teologi tersebut bersifat umum, maka
persiapan khusus untuk para tenaga Katekit pada umumnya sangat terbatas. Ini
terjadi pada gereja-gereja Protestan. Sedang di Gereja Roma Katolik , ada
pendidikan khusus untuk para Katekit ini.
Maka untuk mencapai maksud dan
tujuan Katekisasi Gerejawi yang baik, perlu dipikirkan untuk gereja-gereja yang
beraliran Protestan untuk membuka jurusan atau pendidikan khusus bagi para
calon Katekit tersebut, sehingga benar-benar mereka diperlengkapi dengan
sebaik-baiknya untuk dapat mengajar anggota-anggota jemaat guna mencapai
tingkat yang diharapkan (band. Ef 4:13-15)
Sarana Dan Fasilitas
Sarana atau fasilitas berupa
gedung khusus untuk Katekisasi Gerejawi yang dilengkapi dengan berbagai sarana
pendidikan katekisasi ini perlu disediakan gereja bila mau mencapai maksud dan
tujuan Katekisasi dengan baik. Alat-alat peraga dalam berbagai bentuk dan corak
perlu disediakan sehingga dapat membantu para katekit maupun katekisan
(pengikut katekisasi) mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
kenyataannya, masih banyak gereja-gereja kita yang kurang atau tidak memperhatikan
unsur ini, sehingga proses belajar mengajar dalam kelas ketekisasi itu berjalan
secara tradisional saja.
Perpustakaan
Ketekisasi gerejawi yang tidak
ditunjang dengan perpustakaan yang memadai, tidak dapat diharapkan mutunya
dengan baik. Sebab dengan adanya perpustakaan yang cukup menyediakan buku-buku
bacaan bagi para anggota-anggota jemaat pada umumnya dan pengikut katekisasi
pada khususnya, maka wawasan dan pengetahuan peserta katekisasi dan para
anggota jemaat itu akan terus bertambah luas.
Dana atau Biaya
Pendidikan pada umumnya merupakan
hal yang paling mahal. Juga Katekisasi sebagai suatu bentuk pendidikan
formalgerejawi. Hal itu berarti dana atau biaya untuk pengajaran terhadap
anggota-anggota jemaat perlu disediakan dalam anggaran jemaat.
Dengan adanya dana atau biaya
tersebut, semua sarana atau fasilitas perpustakaan dan berbagai kebutuhan serta
perlengkapan lainnya dapat disediakan sesuai kebutuhan nyata dalam proses
katekisasi. Sayang sekali bahwa kebanyakan gereja di Indonesia belum berfikir secara
serius terhadap masalah dana atau biaya bagi proses pengajaran terhadap
anggota-anggota jemaat pada umumnya dan katekisasi pada khususnya.
Tempat
Pada umumnya tempat yang dipakai
dalam katekisasi adalah gedung gereja. Kelemahan dan penggunaan gedung gereja
ialah bahwa para peserta katekisasi khususnya yang masih bersekolah tidak
merasakan adanya perbedaan suasana anatara gedung sekolah dari hari Senin
sampai Sabtu dengan gedung gereja pada hari Katekisasi.
Juga cara duduk tidak ada
perbedaan antara cara duduk di ruang sekolah dengan di ruang gereja, yakni
berjajar kebelakang. Padahal apabila kita belajar dari jaman Tuhan Yesus, bahwa
Ia tidak terbatas di Bait Allah atau di sinagoge-sinagoge, tetapi terkadang di
tepi pantai, diatas bukit atau tempat-tempat terbuka lainnya.
Di jaman reformasi, baik Martin
Luther maupun Yohanes Calvin mengenal tiga tempat untuk berkatekisasi, yaitu
Rumah (keluarga), Sekolah, dan gereja. Kenyataannya dua tempat yang dipakai
secara teratur yakni Sekolah dan Gereja. Sedangkan rumah (keluarga) yang
sebenarnya merupakan tempat yang pertama dan utama, tidak berfungsi. Akibatnya
kenakalan remaja dan pemuda semakin menjadi-jadi di jaman modern ini, karena
pendidikan agama di lingkungan rumah tidak menunjang.
Tugas dan tanggung jawab gereja
pada saat ini adalah membina dan mempersiapkan para orang tua untuk
melaksanakan fungsi dan tanggung jawab mereka sebagai pendidik yang pertama dan
utama bagi anak-anaknya, disamping yang diterima disekolah maupun gereja.
Waktu
Unsur waktu inipun merupakan masalah dalam
katekisasi gerejawi dalam gereja-gereja di Indonesia. Ada yang mengikuti
ketentuanwaktu di jaman Gereja Purba, yaitu antara 2-3 tahun, tetapi ada yang
hanya satu tahun atau kurang dari satu tahun karena berbagai sebab dan alasan.
Waktu ini bisa menjadi lebih pendek
bilamana pengajaran diberikan baik di rumah maupun di sekolah, termasuk
pengajaran yang diberikan pada Sekolah minggu sampai remaja. Sehingga maksud
dantujuan katekisasi ini dapat dicapai dengan sebaik-baiknya.
MATERI-MATERI KATEKISASI
Persekutuan
Gereja-gereja di Indonesia (PGI) sejak tahun 1980 telah berusaha menyusun satu
kurikulum katekisasi yang bersifat oikumene untuk dapat dipakai gereja
anggota-anggotanya, tetapi karena usaha
ini belum berhasil dengan baik maka gereja anggota telah menyusun kurikulumnya
sendiri untuk dipaka dalam lingkungannya sambil menantikan hasil dari PGI
tersebut.
Walaupun PGI
belum berhasil menyusun satu kurikulum katekisasi yang sifat oikumenis, maka
dalam rangka pemahaman bersama iman Kristen di Indonesia, telah disepakati
pokok-pokok iman kristiani sebaga berikut:
1.
Tuhan Allah
2.
Penciptaan dan pemeliharaan
3.
Manusia
4.
Penyelamatan
5.
Kerajaan Allah dan hidup baru
6.
Gereja
7.
Alkitab
Ketujuh pokok-pokok iman ini dapat dimasukkan kedalam kurikulum
katekisasi dari setiap gereja anggota PGI, sehingga ada keseragaman pemahaman
tentang iman kristiani di Indonesia.
Banyak
gereja-gereja di Indonesia khususnya anggota PGI sudah menyusun kurikulum
katekisasinya masing-masing. Sebagai contoh dapat disebutkan beberapa
diantaranya:
1.
GKI Jawa Tengah buku
katekisasinya diberi nama: Tumbuh Dalam
Kristus
2.
GKJ Jawa Tengah buku
katekisasinya diberi nama: Berkumpul
Disekitar Kristus
3.
GKI Irian Jaya buku
katerkisasinya diberi nama: Effata
4.
Dewan Gereja-gereja Sulawesi
Utara dan Tenggara, dan persekutuan Gereja-gereja di Sulawesi Tengah, buku
katekisasinya diberi nama: Berjalan
Bersama
5.
GPM Ambon buku katekisasinya
diberi nama: Menguak Tabir Katekisasi
POKOK-POKOK KEPERCAYAAN
Tuhan Allah
Pokok
pertama dari pengakuan iman rasuli adalah pengakuan terhadap Tuhan Allah
terhadap Bapa dan Khalik dan Bumi. Sebab Ia tidak hanya khalik atau pencipta
tetapi juga sebagai pemelihara dan pelindung sepanjang jaman.
Setelah manusia dan seluruh alam
semesta jatuh kedalam dosa, Ia menyatakan diri kepada manusia sebagai Allah
Perjanjian (band. Kejadian 12) Isi Perjanjian (Berith) itu adalah: Tanah,
Keturunan, dan Berkat.
Berdasarkan perjanjianNya ini,
Allah terus bertindak dan membuat rencana untuk menyelamatkan umat manusia dari
kuasa dan cengkeraman dosa dan maut. Rencana penyelamatan Allah ini
dilaksanakan lewat PerjanjianNya kepada Abraham dan keturunannya Ishak, Yakub
dan umat Israel keturunan Yakub. Rencana penyelamatan Allah ini akhirnya
bermuara pada diri Yesus Kristus, anak Allah yang hidup.
Dalam
hubungan dengan ketritunggalan Allah, maka perlu dijelaskan bahwa:
ketritunggalan Allah erat kaitannya dengan tiga kali Allah menyatakan diriNya
kepada manusia sebagai penolong dan penghibur (Allah Roh Kudus)
Yang menunjukkan arti keesaan
Allah adalah kata “Allah” dalam ketiga sebutan: Allah Bapa, Allah Anak dan
Allah Roh kudus.
Jadi tidak ada tiga Allah atau
tiga oknum ke-Allah dalam pemahaman iman Kristen seperti yang seringkali
dipersoalkan oleh penganut-penganut agama di luar Kristen.
Penciptaan
Kejadian 1 dan 2 memuat kisah
lengkap tentang proses penciptaan langit dan bumi serta seluruh isinya,
termasuk manusia pertama dam dan Hawa serta keturunannya dikemudian hari.
Keturunan demi keturunan dari umat manusia terus dikuasai dan dicengkeram dosa
yang mengakibatkan kematian pada akhirnya.
Dalam urutan buku-buku dalam
alkitab, buku Kejadian menempati urutan yang pertama. Padahal yang menempati
urutan yang pertama adalah buku Keluaran. Sebab berdasarkan pengalaman
peristiwa keluaran (exodus) dari tanah Mesir itulah umat Israel mengetahui dan
meyakini bahwa Allah Abraham, Ishak dan Yakub para leluhur mereka yang disebut
“Yahwe” itulah yang telah menciptakan langit dan bumi beserta isinya. Sehingga
semua ciptaan takluk kepadaNya (Laut Teberau, Manna, Burung puyuh, ketuk batu
karang keluar air, Belukar terbakar tanpa hangus, dan berbagai tanda ajaib
lainnya).
Setelah Israek menduduki tanah
Kanaan sebagai tanah yang dijanjikan oleh Yahwe kepada leluhur mereka, maka
pengalaman exodus ini diceritakan secara lisan dan kemudian secara tertulis.
Hasil pembukuan cerita-cerita
lisan seputar kejadian-kejadian selama perjalanan dari tanah Mesir ke tanah
kanaan itulah yang menjadi buku pertama dan disebut dengan Kejadian.
Kita
telah mengetahui sejak Sekolah Minggu bahwa Allah menciptakan langit dan bumi
ini serta seluruh isinya (termasuk manusia) dalam tempo enam hari, dan pada
hari ke tujuh Allah beristirahat. Dan semua yang telah diciptakanNya dilihat
oleh Allah amat baik (Kej 1:31) artinya Allah telah menciptakan segala sesuatu
secara lengkap dan sempurna, baik fauna, flora dan manusia. Segala sesuatu yang
diciptakan oleh Allah tersebut atas kuasa FirmanNya. Jadi tidak ada bahan atau
benda yang darimananya Allah menciptakan semua itu. Proses penciptaan tanpa
bahan inilah yang disebut dengan istilah “creatio
exnihilo”, artinya menciptakan tanpa menggunakan sesuatu, menciptakan dari
yang tidak ada.
Walaupun
dikemudian hari dosa telah merusak ciptaan dan juga manusia, namun Allah telah
melanjutkan pekerjaan penciptaanNya dalam arti terus memimpin, memelihara dan
melindungi manusia dan dunia ini agar tidak binasa oleh kuasa dosa.
Penciptaan yang terus berlangsung
inilah yang lazim di sebut “creation
continua”. Dan ketika Kristus dating ke dunia, semua ciptaan itu menjadi
baru, khususnya manusia (band. 2 Kor 5:17)
Manusia
Menurut
kesaksian alkitab (band. Kej 1 dan 2) manusia diciptakan menurut Gambar dan
Rupa Allah. Pengertian segambar dan serupa dengan Allah ini menunjuk pada
relasi atau hubungan khusus antara Allah dan manusia. Jadi tidak seperti relasi
atau hubungan makhluk lainnya dengan Allah.
Adanya hubungan khusus ini,
manusia dapat menjawab kepada Allah, apabila Allah memanggil atau bertanya
kepadanya (band. Kej 3:9-13). Dengan demikian jelas bagi kita bahwa hubungan
itu selalu berkaitan dengan tanggung jawab. Dalam memberikan jawab dan
pertanggungjawabannya, manusia itu berada dalam kebebasan tetapi dalam ikatan
kasih dengan Allah yang adalah kasih itu sendiri (band. 1 Yoh 4:16). Manusia
itu dijadikan laki-laki dan perempuan yang merupakan penolong bagi laki-laki
yang sepadan dengan dia. Perempuan itu menjadi kawan hidup, seorang partner,
walaupun tidak sama benar dengan sang laki-laki, tetapi yang dijadikan begitu
rupa, sehingga keduanya merupakan manusia yang lengkap, manusia yang komplit.
Kejadian
3-11 menjelaskan kejatuhan manusia kedalam dosa dengan segala akibatnya yang
mengerikan. Kejahatan mulai merajalela dalam kendali dosa yang akibatnya
membawa pada kematian. Manusia dan keturunannya terus dipengaruhi bahkan
dikuasai dosa sedemikian rupa sehingga manusia itu tidak mampu menyelamatkan
dirinya sendiri dengan kut kuasanya sendiri. Manusia semakin jatuh kedalam
jurang kebinasaan akibat pengaruh dosa itu. Akan tetapi Allah telah menyelamatkan
manusia itu oleh Yesus Kristus lewat kelahiran, sengsara, kematian dan
kebangkitanNya (band. Roma 7:24-25)
Tanpa Yesus Kristus manusia tidak
mempunyai arti apa-apa dan tidak akan menjadi kawan sekerja Allah di dunia ini
(band. 1 Kor 3:16). Didalam Yesus Kristus, arti segambar dan serupa dengan
Allah dipulihkan dan kembali menjadi baru.
Yesus Kristus
Yesus
kristus adalah tokoh yang mempunyai 2 sifat, yaitu sifat ilahi (ke-Allah-an)
dan sifat insane (ke-manusia-an). Kedua sifat inilah yang membuat dia sanggup
menderita bagi keselamatan manusia. Ia adalah Anak Allah yang tunggal yang
lahir dari kandungan perawan Maria oleh kuat kuasa Roh kudus. Dan Alkitab
Perjanjian Baru menyaksikan kebenaran ini (khususnya kitab-kitab Injil)
disamping surat-surat yang lain dalam Perjanjian Baru.
Tokoh
Yesus kristus ini begitu sentral dalam seluruh isi dan kesaksian Alkitab, dank
arena itu banyak gelar yang diberian kepadaNya, Misal: Gembala yang baik, Pokok
anggur yang benar, Raja diatas segala Raja, pengantin laki-laki, batu penjuru,
Anak Domba Allah, dan banyak gelar atau sebutan lainnya. Dan setiap gelar erat
kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan BapaNya di surge untuk
dilaksanakan demi keselamatan umat manusia dari kuasa dosa. Sebab itu Ia digelari
juga sebagai Juru Selamat dan penebus dosa umat manusia dan dunia ini.
Dia
kini sedang berada dalam kerajaanNya
(Surga), dan pada waktu yang ditentukan BapaNya, Ia akan dating kembali
kedunia sebagai Hakim yang benar untuk mengadakan penghakiman dan penghukuman
terakhir baik bagi yang telah mati maupun yang masih hidup. Disaat itulah
setiap manusia mempertanggung-jawabkan perbuatannya selama mereka hidup didunia
ini.
Roh Kudus
Roh
Kudus merupakan perwujudan nyata dari penytaan diri Allah sebagai penolong dan
penghibur (band. Yohanes 14:15-31; 16:4b-15). Ketika Yesus Kristus naik ke
surga, Ia berjanji pada murid-muridNya bahwa Ia akan mengirim seorang Penolong
dan Pembimbing untuk menyertai mereka selama bersaksi diduni sampai Ia dating
kembali.
JanjiNya
itu telah digenapi dalam peristiwa Pentakosta (Kis 2:1-13). Dan setelah para
murid menerima Roh Kudus dan kuasa dari Yesus Kristus, mereka berani
melaksanakan misi mereka, yakni sambil berpencar mereka memberitakan Injil Yesus Kristus. Hasil pekerjaan para
murid inilah yang telah melahirkan gereja Yesus kristus di seluruh dunia,
termasuk di Indonesia.
Roh
Kudus ini tidak kelihatan, tetapi buatNya dapat dinampakkan dalam hidup dan
kegiatan manusia percaya (band. Gal 5:22-26; Rom 8:1-17) Dan Roh Kudus (Roh
Allah) ada dalam setiap orang percaya yang digambarkan oleh Rasul Paulus
sebagai Bait allah (band. 1 Kor 3:16)
Roh Kudus inilah yang mengarahkan
dan memimpin Gereja Kristus dalam tugas-tugas kesaksian dan pelayanannya
didunia dalam rangka dan kerangka mendirikan tanda-tanda Kerajaan Allah, yaitu
Syalom yang dikidung dalam Mazmur 85:11-14.
Tanpa Roh Kudus gereja akan sesat
di dunia ini. Tanpa Roh Kudus dan kuasaNya orang-orang percaya kepada Yesus
Kristus tidak dapat melaksanakan misinya dengan baik dan benar di dunia ini.
Gereja
Gereja
lahir di dunia ini karena pekerjaan Roh Kudus melalui pekerjaan dan kesaksian
para murid Yesus Kristus. Gereja diibaratkan sebagai Tubuh Kristus (band. 1 Kor
12:14-16) dan berbagai ibarat atau kiasan lainnya yang dapat kit abaca pada
kitab Perjanjian Baru.
Gereja menjalankan misinya di
dunia ini berdasarkan perintah Tuhan dan kepalanya, yaitu Yesus Kristus (band.
Mat 28:19-20; Mark 16:15-20; Kis 1:8,dll)
Gereja memberitakan Injil yesus
Kristus dalam 3 aspek, Yaitu: Koinonia
(Persekutuan), Martyria (Kesaksian)
dan Diakonia (Pelayanan).
Dan dalam melaksanakan misinya
gereja hendaknyamerupakan satu kesatuan seperti yang didoakan Tuhan Yesus dalam
Yohanes 17:21 “Supaya semua menjadi satu…”
Proses keesaan gereja inilah yang
sedang berlangsung di abad ini, sehingga abad ini oleh gereja disebut sebagai
abad oikumene.
Keesaan gereja bukanlah semata-mata usaha dan
upaya manusia, tetapi adalah urusan Yesus Kristus yang menjadi Kepala dan Tuhan
atas gereja. Sebab itu gereja-gereja dalam upaya dan usaha menyatakan keesaan
didunia ini, khususnya di Indonesia, harus selalu berdoa agar pada waktunya ,
Yesus menggenapi doaNya dalam Yohanes 17:21. Yaitu agar dunia percaya bahwa Ia
yang diutus BapaNya untuk menyelamatkan dunia ini dari segala macam kuasa dan
pengaruh dosa atas umat manusia.
Dunia
Menurut
kesaksian Alkitab, khususnya Kejadian 1 dan 2, dunia ini dan seluruh isinya
merupakan ciptaan allah sebagai khaliknya. Itu berarti dunia ini tak dapat
dipisahkan dari khaliknya, yaitu Tuhan Allah. Sebab ketika dunia dan isinya
jatuh ke dalam dosa, maka Allah sangat mengasihinyasehingga Ia rela
mengorbankan AnakNya yang tunggal Yesus Kristus dating ke dunia ini agar setiap
orang yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal
(band. Yoh 3:16)
Dunia
ini adalah milik Allah dan sebab itu Allah terus menjaga dan memelihara serta
melindungi agar tidak rusak oleh kuasa dan pengaruh dosa yang masih merajalela
sampai sekarang. Allah akan terus bersama dengan kedatangan Yesus Kristus pada
kali kedua.
Dunia dan juga gereja sedang
berada dalam masa penantian kedatangan Yesus Kristus. Dan waktunya tidak
seorangpun yang tahu (termasuk Yesus) kecuali Bapa yang di surge (band. 1 Tes
5:1-11; 2 Pet 3:10-14)
Akhir Jaman
Pokok
terakhir dari uraian ini adalah tentang akhir jaman atau masa depan
(eskatologi). Masa depan ini eratkaitannya dengan kedatangan Tuhan Yesus pada
kali ke dua (Parosia) seperti yang diuraikan diatas.
Pada saat itu akan dilakukan
penghakiman dan penghukuman terakhir bagi seluruh manusia, baik yang masih
hidup maupun yang sudah meninggal dan tanpa kecuali.
Sebab itu dalam masa penantian ini
setiap orang hendaknya mempersiapkan diri dalam pertanggungjawabannya selama
hidup didunia, agar pada saatnya ketika ia dipanggil, ia sudah mempersiapkan
diri sebaik-baiknya. Maklumlah bahwa hukuman di akhir jaman itu sangat
mengerikan (band. Mat 25:30-46). Banyak dosa telah kita buat selama hidup
didunia ini, maka wajarlah bila Allah Bapa meminta kejujuran kita untuk
memepertanggungjawabkan semua itu dihadapan Hakim yang benar, yaitu Yesus
Kristus, anakNya yang tunggal tuhan kita.
Kita
sedang menantikan pula tibanya langit dan bumi baru dan juga Yerusalem Baru
(bandingkan ukuran kota ini dalam Wahyu 21:16) sebagaimana disaksikan oleh
rasul Yohanes dalam surat Wahyu 20:11 – 22:17. Alangkah bahagianya apabila kita
nanti menjadi warga atau penghuni Yerusalem Baru.
No comments:
Post a Comment