PARA WANITA DALAM PERISTIWA KEBANGKITAN
Markus 16:1-8; 1 Korintus 15:3-4
Di dalam
Alkitab, kaum wanita memang sudah lama hidup dalam masyarakat patriarkhal
karena umumnya mereka tinggal di lingkungan rumah atau keluarga yang seringkali
mendapat perlindungan dari ayah, suami atau laki-laki lain dalam keluarga
tersebut, kecuali beberapa wanita yang mampu menjadi pemimpin.
Banyak
pandangan atau pendapat yang mengatakan bahwa dalam Perjanjian Lama kedudukan
seorang perempuan dianggap kurang
penting dan kurang diperhitungkan keberadaannya. Hal ini nampak pada bentuk kemasyarakatan dalam tradisi dan budaya Israel yang menganut system/hubungan
kekeluargaan. Sistem/hubungan kekeluargaan ini dipelihara dalam
bentuk silsilah. Silsilah ini tidak hanya menggambarkan hubungan darah, tetapi
juga hubungan ekonomi, status sosial, dan kekuasaan yang dapat terlihat di
dalam satu kelompok/suku.
Seorang
ayah atau laki-laki dewasa juga sangat berperan untuk
maju berperang demi melindungi
negerinya dan keluarganya, sehingga dalam kebudayaan Israel, ayah atau laki-laki dewasa memiliki peranan yang sangat penting.
Akan tetapi di dalam masa pelayanan
Tuhan Yesus, Tuhan Yesus seringkali
bertemu dan berbicara dengan beberapa wanita sedemikian
akrabnya, seperti
halnya pada wanita Samaria di sumur Yakub
yang akhirnya wanita tersebut menjadi saksi bagi banyak
orang, khususnya di kota Samaria itu (Yoh 4:1-42). Tatkala seorang wanita yang
tertangkap sedang berzinah dihadapkan kepadaNya, dengan lemah lembut Ia berkata
kepadanya dan tidak menghukumnya (Yoh 8:1-11). Pada kesempatan lain, Tuhan
Yesus mengizinkan seorang pelacur mendatangiNya ketika Ia sedang makan untuk
membasahi kaki-Nya dengan air matanya, menyeka dengan rambutnya dan mencium
kaki-Nya (Luk 7:36-50). Pada
saat Ia bergumul menghadapi kematian, seorang wanita
datang mengurapi-Nya dengan minyak narwastu. Para wanita juga yang berani
berada dekat dengan Dia ketika dipaku di atas kayu salib dan mereka
menyaksikan kematian-Nya. Mereka tidak pernah menyangkal Yesus, melainkan terus
menyertai Yesus hingga Ia mati dan mayat-Nya diletakkan dalam lubang kubur. Selama
kehidupan-Nya, Tuhan Yesus telah memperlihatkan sikap yang terbuka terhadap
kaum wanita sama seperti kepada kaum pria.
Dalam peristiwa
kebangkitan Kristus yang dikatakan oleh rasul Paulus didalam 1 Korintus 15:3-4
sebagai “hal
yang sangat penting” dalam iman kristen, karena melalui
penderitaan, kematian, dan kebangkitan Kristus inilah orang percaya telah dilepaskan dari kuasa dosa dan dari murka Allah. Dan kebangkitan
Kristus memberikan jaminan serta pengharapan iman bagi orang percaya “Dan jika Kristus tidak dibangkitkan
maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu” (1
Kor 15:17).
Disini rasul Paulus menekankan bahwa
kematian dan kebangkitan Kristus adalah rangkaian peristiwa yang
menjadi inti Injil. Ia mati karena dosa-dosa manusia, dikuburkan dan
dibangkitkan pada hari yang ketiga sesuai Kitab Suci (Yes 53:4-6,8,11-12; Hos
6:2; Yun 1:17).
Pada peristiwa kebangkitan Kristus sebagai suatu “hal yang sangat penting” seperti yang dikatakan rasul Paulus
itulah
ternyata memperlihatkan kepada kita tentang pentingnya peranan wanita.
Ada beberapa wanita yang menjadi saksi mata yang
menyaksikan peristiwa kebangkitan itu untuk yang pertama kali. Maria Magdalena,
Maria ibu Yakobus, dan Salome adalah mereka yang pertama
kali diberi kepercayaan untuk mewartakan peristiwa
kebangkitan Kristus tersebut. Sedangkan para
murid Tuhan Yesus yang dianggap sebagai
laki-laki yang
lebih gagah dan kuat justru digambarkan sebagai
orang yang mula-mula kurang percaya dan
ragu-ragu terhadap kabar baik tentang kebangkitan Kristus.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam peristiwa kebangkitan Kristus yang disaksikan para wanita itu:
1.Kunjungan
para wanita dikubur Yesus.(Markus 16:1-5)
Tujuan para
wanita berkunjung ke kubur Yesus adalah untuk meminyaki mayat Yesus sebagai
bentuk hormat dan kasih mereka kepadaNya menurut adat/kebiasaan mereka.
Ada
satu hal yang mereka cemaskan saat mereka datang kekubur
Yesus,
"Siapa yang akan menggulingkan batu
itu bagi kita dari pintu kubur?",
kata mereka seorang kepada yang lain. Kecemasan dan keluhan itu wajar karena keterbatasan fisik para wanita itu, karena batu
penutup lubang kubur sangat besar. Tetapi apa
yang mereka anggap sebagai kesulitan justru diselesaikan Allah bagi mereka.
Ketika mereka berada dekat dengan kuburan, mereka melihat bahwa batu yang
sangat besar itu sudah terguling.
Keterbatasan fisik pada wanita apabila dibandingkan
dengan kaum pria inilah yang seringkali membuat wanita “seolah” tidak berdaya
dalam keterbatasannya tersebut. Kecemasan yang muncul akibat keterbatasan fisik
wanita ini seringkali justru membuat potensi sebenarnya yang ada dalam diri
wanita sulit untuk berkembang. Dan yang lebih daripada hal itu, kecemasan dalam
diri wanita akan keterbatasannya justru dapat mempersempit ruang gerak iman dan
pengharapan kepada Tuhan untuk dapat bertumbuh. Sehingga yang dilihat hanyalah
masalah yang ada didepannya dan ketidakberdayaannya dalam menghadapi masalah
tersebut. Sehingga kemudian gagal untuk dapat melihat Tuhan dan kuasaNya yang
ajaib yang ada dibalik permasalahan yang muncul.
Dalam peristiwa kebangkitan Kristus yang disaksikan oleh
para wanita yang datang ke kubur Yesus, kesulitan yang muncul tentang siapa
yang akan menggulingkan batu besar penutup kubur Yesus dikerjakan secara
sempurna oleh Allah sendiri.
2. Respon terhadap berita dan perintah yang disampaikan
malaikat. (Markus 16:7)
Respon para
wanita tersebut ketika menyaksikan mayat Yesus sudah tidak ditempatnya dan
mereka melihat malaikat Tuhan berdiri disitu adalah takut, gentar
dan dahsyat. Hal ini juga menimbulkan ketidakpercayaan
serta keragu-raguan. (bdk. Mat 28:17). Tetapi kepada mereka yang sedang diliputi ketakutan dan keraguan tersebut,
malaikat Tuhan yang berada dikubur Yesus katakan “Jangan takut!”.
Menjadi saksi bagi peristiwa kebangkitan Kristus diawali dengan penegasan Allah
sendiri melalui malaikat-Nya, bahwa Yesus telah bangkit!
Namun penegasan itu tidak akan ada artinya bila para wanita
itu masih dikuasai oleh rasa ketakutan. Oleh karena itu,
"Jangan takut" adalah pernyataan pertama yang paling dibutuhkan oleh
orang yang mau menjadi saksi kebangkitan Kristus. Mereka yang takut,
Tuhan berikan penghiburan dan peneguhan untuk memiliki
hati yang berani. Dan dengan keberanian yang
baru itu, para wanita itu siap menerima kabar baik bahwa
Yesus telah bangkit, dan kemudian siap
menjadi saksi bagi kebangkitan Kristus.Mereka
kemudian menyampaikan berita kebangkitan itu
kepada murid-murid laki-laki Yesus, yaitu Petrus dan teman-teman, dan pada akhirnya berita kebangkitan Kristus itu terus
tersebar semakin luas dan semakin jauh sampai ke masa kini.
Para wanita
memegang peranan penting dalam pelayanan, kehidupan, kematian dan kebangkitan
Kristus. Tuhan Yesus tidak mengabaikan peranan para wanita dalam melayani-Nya semasa hidup dan pelayananNya didunia ini. Perempuan
yang mengiring pelayanan Tuhan Yesus diberi
tempat dan tanggung jawab yang tidak kalah pentingnya dari para murid yang laki-laki. Di hadapan Allah, perempuan
sepadan dengan laki-laki. Artinya, tidak lebih rendah atau lebih tinggi, karena Hawa
diciptakan dari tulang rusuk Adam sebagai "penolong yang sepadan"
bagi Adam (Kej. 2:18, 21-22). Soli Deo Gloria!
No comments:
Post a Comment