HIDUP MENJADI MILIK TUHAN
Galatia 2:
20
“Namun aku hidup, tetapi bukan
aku lagi sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan
hidupku yang kuhidupi sekarang didalam daging, adalah hidup oleh iman dalam
Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.”
Dalam pengenalan kita orang percaya kepada Tuhan Yesus
Kristus terdapat dua aspek kebenaran
iman yang penting untuk dipahami dan imani:
Pertama, karya Kristus diatas
kayu salib menebus manusia dari dosa maut & memberikan keselamatan. Kedua, manusia
berdosa yang telah ditebus dan dibebaskan dari perbudakan dosa telah menjadi
milik kepunyaan Allah. Aspek yang kedua ini sama pentingnya dengan
aspek yang pertama,
sebab aspek ini menegaskan kepada kita tujuan dari karya penebusan Kristus. Bahwa kita yang telah
ditebus dan
dibebaskan
dari kuasa dosa
bukan supaya kita menjadi orang-orang yang kemudian hidup sebebas-bebasnya semau sendiri dan mengikuti arus dunia yang berdosa, namun kita hidup bagi Allah,
memuliakan Allah dan
melayani Dia, karena kita telah menjadi milik/kepunyaan Allah. Dan kehidupan diluar
Allah
adalah hidup dalam perbudakan dosa,
hal ini berarti dosa menguasai dan menjadi tuan dari seseorang yang hidup
diluar Kristus.
Menyadari bahwa dosa-dosa kita telah ditebus oleh Kristus
dan sekarang kita telah menjadi milik Allah, apa yang kita harus kita
sadari dan lakukan?
PERUBAHAN
HIDUP
Tanda bagi orang percaya dimana Kristus telah hidup didalamnya adalah adanya perubahan
hidup. Di sini Paulus berkata, "Bukan
lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku."
Dalam hal
ini rasul Paulus menyatakan bahwa "aku" yang telah disalibkan bersama
Kristus ini adalah "aku" yang lama,
dari manusia
lama Paulus.
Dan
"aku"
yang sekarang
hidup adalah "aku" yang baru dimana Kristus hidup didalam diri Paulus. Secara
sederhana dapat dipahami, bahwa “aku” dari manusia lama tidak seharusnya hidup lagi, sebaliknya Kristuslah yang harus hidup, di
dalam kehidupan kita.
Inilah aspek dasar dari kebenaran Injil.
Inilah
alasannya mengapa Paulus berkata bahwa hidup yang dia jalani sekarang adalah
hidup bagi Kristus dan
dia bukan hidup bagi dirinya sendiri lagi,
namun Kristuslah yang hidup dalam diri Paulus.
Untuk
memulai satu perubahan dalam hidup memang tidak mudah, apalagi perubahan
tersebut harus berbalik 180 derajat dari hal yang sudah biasa dijalani sekian
waktu lamanya dan sudah menjadi satu kebiasaan bahkan telah menjadi suatu gaya
hidup. Daya tarik dan godaan keindahan serta kenikmatan dunia yang berdosa
seringkali menghambat bagi orang percaya untuk meninggalkan manusia lamanya
yang penuh dosa dan berubah menjadi manusia baru yang dikehendaki Allah. Oleh
karena itu tidak jarang terjadi orang yang telah percaya kepada Kristus sebagai
Juru Selamat, tapi masih tidak dapat lepas sepenuhnya dari belenggu kenikmatan
dosa.
Bahkan saat orang percaya telah dapat hidup sebagai
manusia baru didalam Kristus, tetapi bayang-bayang kehidupan manusia lama
dengan segala daya tariknya seringkali menjadi penghambat bagi pertumbuhan
iman. Dalam hal ini rasul Paulus mengatakan dalam Filipi 3:13, “...aku melupakan apa
yang telah dibelakangku
dan mengarahkan
diri kepada apa yang ada dihadapanku.”
Didalam Lukas 17:32
Tuhan Yesus mengatakan “Ingatlah
akan istri Lot!”. Disini Tuhan Yesus menjelaskan kepada
pendengar-Nya (orang-orang Farisi dan
Murid-murid-Nya) tentang bagaimana Kerajaan Allah akan dinyatakan. Dalam penjelasan-Nya, Yesus memberikan contoh
tentang sebuah kasus dalam Perjanjian Lama (Kej 19:1-29), yaitu tentang riwayat
keluarga Lot khususnya istri Lot. Di saat kota dan
tetangga-tetangganya mengalami kepunahan oleh amarah Allah karena
dosa-dosa mereka,
isteri Lot mendapat hak istimewa untuk diselamatkan. Tetapi
yang terjadi adalah,
istri Lot
memilih tidak taat dan mengabaikan keselamatan yang sudah menunggunya. Isteri Lot telah “memalingkan
dirinya” dari keselamatan yang sudah ada di depannya. Dan alkitab mencatat
dengan segera istri Lot
menjadi tiang garam, yaitu sebuah
kondisi yang tidak dapat diubah lagi.
Menoleh
ke belakang juga berbicara mengenai saat di mana kita selalu mengingat masa
lalu kita yang mungkin saja itu manghalangi kita untuk masuk dalam rencana
Allah.
Ini adalah peringatan apabila kita memandang
rendah keselamatan yang sudah disediakan Tuhan Yesus. Jika bermain-main dengan kelamatan
yang mahal harganya itu dan memandangnya
sebagai anugerah
yang murahan, kemudian berpikir sedikit tidak taat dan sedikit
berpaling pada keindahan dan kenikmatan dunia yang penuh dosa tidak akan apa-apa.”Tiang garam” adalah monumen ketidaktaatan
istri Lot mengingatkan
kita untuk tidak menyia-nyiakan keselamatan.
Memang
menjadi umat milik Allah
yang telah ditebus
dan diselamatkan
dari dosa maut itu
seolah terikat dan tak enak, dan secara dunia seolah tak perlu. Tetapi bagi
kita orang percaya yang telah menjadi umat milik kepunyaan Tuhan harus
menyadari bahwa hidup itu bukan milik kita tetapi milik Kristus.
HIDUP YANG MELAYANI
Apabila Kristus telah hidup dalam kehidupan kita berarti
kita telah menjadi
milik kepunyaan Allah.
Dan sebagai milik/kepunyaan Allah, maka sudah selayaknya apabila kita
menjalankan hidup bagi Tuhan dan melayaniNya. Hidup yang melayani adalah tujuan penciptaan
diri kita,
kita dicipta Tuhan sebagai mahluk yang ada dan hidup untuk memuliakan Tuhan.
Hidup
bagi Tuhan dan melayani Tuhan bukanlah sebuah beban atau perbudakan, namun melayani
Tuhan adalah
kehidupan yang sesuai dengan tujuan penciptaan diri kita. Kita dicipta Tuhan
sebagai mahluk yang ada dan hidup untuk memuliakan Tuhan.
Saat
manusia tidak lagi mau hidup sesuai dengan tujuan penciptaannya, maka tujuan
hidup manusia akan berpusat pada diri sendiri yang mencari kesenangan dan
kebahagiaan dari yang ditawarkan oleh dunia yang penuh dosa. Kesenangan dan
kebahagiaan dunia hanya bersifat semu dan sementara yang pada akhirnya jiwanya
akan dipenuhi oleh dengan
kekosongan dan kehampaan.
Sebaliknya,
saat kita hidup
sesuai dengan tujuan Allah menciptakan kita yaitu hidup untuk memuliakan
dan melayani Dia,
maka hidup kita akan dibuat
Tuhan menjadi
bermakna, dipenuhi sukacita dan damai sejahtera didalam jiwa kita.
Kita ada dan hidup adalah untuk
memuliakan dan melayani
Tuhan. Kita dapat memuliakan dan melayani Tuhan melalui panggilan kita
masing-masing, baik dalam konteks pelayanan gereja maupun segala
aktifitas/pekerjaan. Jika
semuanya itu kita
melakukannya untuk Tuhan, maka itu sudah merupakan sebuah pelayanan dan sebuah
ibadah yang memuliakan
Tuhan dan mendatangkan kebaikan bagi sesama. Soli Deo Gloria
No comments:
Post a Comment