PRIBADI YANG BERKENAN DIHATI TUHAN
“Allah mengangkat Daud menjadi
raja mereka. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat
Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala
kehendak-Ku. Dan
dari keturunannyalah, sesuai dengan yang telah dijanjikan-Nya, Allah telah
membangkitkan Juruselamat bagi orang Israel, yaitu Yesus.” (KPR. 13:22-23)
Dalam KPR 13:13-49 mengisahkan
ketika Paulus dan Barnabas berada di kota Antiokhia
di Pisidia. Mereka datang di rumah ibadat Yahudi di kota itu dan
berkhotbah disana dua kali hari sabat berturut-turut.
Dalam
khotbahnya, rasul Paulus
kembali mengingatkan orang-orang Yahudi untuk melihat sejarah bangsa
Israel, bahwa
mereka adalah umat Allah yang telah dipimpin oleh Allah sendiri untuk keluar dari
perbudakan di Mesir sampai
kemudian masuk
ketanah
perjanjian. Selanjutnya rasul Paulus menjelaskan tentang lahirnya Yesus
Kristus dari
keturunan Daud untuk menggenapi
semua janji tentang Messias, yang kemudian
mati disalib dan bangkit kembali dengan penuh kuasa.
Yang
menarik dalam kotbah rasul Paulus
di Antiokhia di Pisidia
ini menyebut Daud sebagai "...,Seorang yang berkenan di hatiKu
dan yang melakukan segala kehendakKu (KPR 13:22)
Apa
yang membuat Daud disebut sebagai pribadi
yang berkenan di hati Tuhan?
Bukankah Daud
adalah orang yang juga mempunyai
kelemahan sehingga dalam suatu peristiwa ia terjatuh dalam dosa
perzinahan dan kemufakatan untuk merencanakan pembunuhan?
Mengapa Paulus tidak mengambil contoh tokoh-tokoh Alkitab lain
seperti Yusuf sebagai
pribadi yang diperkenan Allah dan yang setia melakukan kehendak Allah?
Dari
kehidupan Daud, rasul Paulus mendapatkan gambaran yang utuh dan jelas
tentang keadaan
manusia yang sesungguhnya yang tidak luput dari kesalahan dan dosa.
Karena
semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah
(Roma 3:23).
Memang
Daud adalah manusia yang juga
mempunyai kelemahan, namun dalam jalan-jalan
kehidupannya,
Daud
memiliki hubungan yang sangat baik dengan Allah. Bahkan saat-saat
dia jatuh dalam dosa, Daud tidak menjauh dari Allah tetapi dia tetap menjalin
hubungan yang baik dengan Allah dalam pertobatannya.
Sehingga rasul Paulus menyebut Daud sebagai pribadi yang
berkenan dihati Allah dan yang dengan setia melakukan kehendak Allah.
Dari kehidupan pribadi Daud
yang memiliki hubungan yang sangat baik dengan Allah inilah, kita dapat belajar
untuk untuk dapat menjadi pribadi yang berkenan dihati Tuhan:
1.
Daud
memiliki hubungan yang intim dengan Allah.
Kitab
Mazmur merupakan
kitab pujian dan penyembahan yang dipakai
umat Israel dalam ibadah.
Sebagian besar kitab Mazmur ditulis oleh Daud yang menggambarkan kedekatan
hubungannya sebagai pribadi dengan Allah, dan juga hubungannya sebagai umat dengan
Allah. didalamnya banyak terdapat nyanyian syukur, nyanyian pujian, dan
nyanyian penyembahan kepada Allah. Juga doa-doa Daud kepada Allah yang bersifat
pribadi (doa mohon pertolongan, perlindungan, penyelamatan dan doa permohonan
pengampunan) sedangkan yang lainnya adalah doa-doa yang mewakili kebutuhan umat
kepada Allah. Sebagai contoh,
·
“TUHAN, pada waktu pagi Engkau
mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku
menunggu-nunggu.” (Mazmur
5:4)
·
“Sebab
lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain;....” (Maz.
84:10)
·
“...TUHAN
adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.” (Maz. 23)
Contoh ayat-ayat tersebut adalah sebagian kecil dari Mazmur
Daud ini menggambarkan sikap
hati Daud yang
senantiasa rindu
untuk mengalami dan merasakan hadirat
Allah setiap waktu.
Ini adalah sikap hati yang dipenuhi kasih kepada Allah yang membawa dirinya
untuk semakin Intim dengan Allah. Inilah sikap hati Daud yang berkarakter dalam
hubungannya dengan Allah, sehingga Allah mengatakan bahwa Daud adalah seorang
hamba yang kepadanya Allah berkenan.
Bagaimana hubungan kita dengan Allah? Apakah kita telah
memiliki kerinduan untuk setiap waktu senantiasa mengalami dan merasakan
hadirat Allah seperti yang Daud lakukan?
2. Daud memiliki hati yang sabar dalam menantikan janji
Allah dengan
tetap menjaga hati dan kelakuan yang bersih di
hadapan Tuhan.
Ketika
raja Saul hidup tidak lagi berkenan
kepada Tuhan, maka nabi Samuel
disuruh ke rumah keluarga Isai untuk mengurapi Daud sebagai raja Israel menggantikan Saul (I
Samuel 16 : 13). Tetapi pengurapan Daud sebagai raja atas Israel itu tidak
serta merta tahta kerajaan langsung jatuh
ketangan Daud. Daud
harus menunggu lama sekali (kurang lebih 13 tahun) untuk hal itu
digenapi dalam dirinya.
Dan dalam masa menunggu janji Allah digenapi dalam dirinya, Daud tidak
memaksakan kehendak pribadinya untuk menjadi raja walaupun dia memiliki dua
kali kesempatan emas untuk membunuh Saul. Dalam
I Samuel 24:5–8 dan I
Samuel 26:10–12 dikisahkan tentang keberadaan Daud
yang memiliki posisi yang sangat tepat
saat itu untuk
dapat membunuh Saul yang mengejarnya dan beritikat untuk membunuhnya. Kepada
para pengikutnya Daud justru mengatakan “Dijauhkan
TUHANlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku,
kepada orang yang diurapi TUHAN, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang
diurapi TUHAN.” (I Sam
24:7) Dalam hal ini Daud mentaati
kebenaran Firman Tuhan untuk
tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Dan Daud tidak menggunakan
kesempatan untuk membunuh raja Saul hanya demi memuaskan ambisi pribadinya
untuk menjadi raja.
Inilah karakter Daud dalam menjaga hubungan pribadinya
dengan Allah, yaitu dengan
bersabar menantikan waktu Tuhan digenapi atas dirinya dengan tetap menjaga hati dan kelakuan
yang bersih di hadapan Tuhan.
Bagaimana kita menjaga hubungan pribadi kita dengan
Allah? Apakah kita memiliki hati yang sabar dalam menantikan janji Tuhan
tergenapi dalam diri kita dengan tetap
menjaga hati dan kelakuan kita yang
bersih di hadapan Tuhan?
3.
Daud
memiliki hati yang terbuka untuk menerima teguran.
Setelah Daud
menjadi raja dan telah
20 tahun memerintah atas Israel dalam kejayaan, maka ada suatu peristiwa yang membuat Daud jatuh
dalam dosa perzinahan dengan
Batsyeba istri Uria. Dan demi menutupi dosanya tersebut Daud
bermufakat untuk “membunuh” Uria dengan mengirimnya kegaris depan medan
pertempuran. Daud
berusaha menutupi dosa-dosanya
tersebut dengan
berpura-pura seolah tidak terjadi apa-apa dan semua baik-baik saja. Namun kemudian
Allah mengutus
nabi Natan datang menjumpai Daud dan membongkar semua dosanya. Bagaimanakah
reaksi Daud ketika ia ditegur keras oleh nabi Natan? Marah dan kemudian
membunuh nabi natan?
(Bandingkan dengan reaksi Herodes ketika Yohanes Pembabtis menegurnya
karena mengambil Herodias istri saudaranya sebagai Istrinya. Lukas 3:19-20;
Matius 14:1-12)
“Lalu berkatalah Daud kepada
Natan: “Aku sudah berdosa kepada TUHAN....” (II Samuel 12:13).
Sebagai bukti pertobatannya Daud berpuasa
dengan tekun dan berbaring di tanah 7 hari lamanya (II
Samuel 12:16). Dan Daud juga menuliskan pengakuan dosanya itu dalam Mazmur 51.
Adalah sangat
tidak mudah untuk mempunyai sikap terbuka untuk teguran dan
segera bertobat atas dosanya seperti yang dilakukan Daud. Ini adalah satu karakter luar
biasa yang dimiliki Daud yang membuat ia disebut sebagai seorang yang berkenan
di hati Tuhan.
Bagaimana sikap hati kita ketika menerima teguran atas
kesalahan atau dosa yang telah kita perbuat?
Apabila
Allah
menyingkapkan suatu dosa dalam diri kita, seharusnya kita memiliki sikap hati
yang terbuka dan memiliki keberanian untuk mengakuinya, serta meminta ampun kepada-Nya
seperti yang dilakukan oleh Daud. Karena hal ini mendatangkan perkenanan di hati Tuhan walaupun
kita telah melakukan kesalahan atau dosa dihadapanNya.
Kehidupan pribadi Daud adalah
pribadi yang senantiasa memelihara hubungan yang intim dengan Allah, bahkan
saat dia jatuh dalam dosa sekalipun dia tetap menjalin hubungan yang baik
dengan Allah dengan pertobatannya.
Dan sebagai orang percaya
kita dapat belajar dari teladan pribadi Daud ini untuk kita dapat menjadi
pribadi yang berkenan dihati Allah. Soli
Deo Gloria!
No comments:
Post a Comment